Rasanya tak ingin detik demi detik waktu pergi begitu saja dari lingkaran oval jam tangan Cartier Baignoire, setiap pergeseran jarum terasa seperti mengantarkan kemewahan waktu secara personal. Klasik. Cartier Baignoire lahir tahun 1912, ketika Louis Cartier sudah terlalu bosan dengan siluet jam tangan melingkar bulat. Ia kemudian berpikir panjang untuk memusnahkan siluet tradisional yang klise tersebut, langkah kreatif yang ia lakukan adalah dengan mengambil karet gelang, lalu menarik dua titik di dalam lingkaran sehingga siluet berubah menjadi oval. Tentu di masa itu tidak terpikirkan untuk berani bermain-main dengan siluet waktu, bisa-bisa klien kehilangan kepercayaan terhadap akurasi waktu yang diberikan karena melihat lempeng waktu berubah jadi ‘tidak biasa’.
Kemewahan ‘Me Time’
Louis Cartier memberanikan diri memperkenalkan desain baru yang ia ciptakan dengan nama Baignoire, yang berarti bathtub dalam bahasa Perancis (siluet ovalnya memang sama seperti siluet bathtub). Bak mandi kala itu hanya digunakan oleh kalangan bourgeois, ia membawa kesan intim dan sexy, personal, dan mewahnya ‘me time’. Desain Cartier Baignoire dianggap advance, apalagi ketika tahun 1920an dunia desain dilanda demam art deco, Baignoire bagaikan ‘waktu’ pembuka kehadiran glamorama art deco di era 20s. Hingga kini kelembutan desain Baignoire bertahan menjadi klasik dengan angka penunjuk waktu Romawi, ia bagai standar bagi kemewahan yang feminin. Pada tahun ini Cartier mengungkapkan lagi seri Cartier Baignoire baru di ajang Salon International de la Haute Horlogerie (SIHH) 2019 dengan pilihan bingkai seamless yang bening, atau yang gemerlap berselimutkan berlian.
Foto: Time International