Dalam suasana yang Jakarta yang cenderung minim dari aktivasi lifestyle, di Jakarta Selatan ditemukan satu kegiatan ‘kecil’ yang berlangsung hanya di kalangan ‘upper class’. Acaranya sangat sederhana, diadakan di rumah kecil di Jakarta Selatan, dengan judul yang apa adanya: ‘Pameran & Penjualan Batik Jambi’, dan diselenggarakan oleh Yayasan Batik Indonesia (YBI) . Batik-batik disajikan di ruang-ruang yang terdapat di dalam rumah, diatur apik dengan suhu yang sejuk, penataan khas standar rumah-rumah Batik eksklusif di Yogyakarta. Luxina ditemani oleh Suyin Pramono dan Nita Seno Adji, dari Bidang Pengembangan Produk YBI. “Kami menghadirkan langsung kain-kain ini dari pengrajin ke sini, kain tidak melalui banyak tangan perantara sehingga harga kain tetap terjaga,” ujar Suyin sambil mengajak berkeliling. Batik Jambi sangat mudah dikenali, terutama dari pewarnaan yang berkisar di warna-warna merah tanah dan terracotta. Warna-warna alami ini aslinya menggunakan campuran bahan khusus buah rotan dan kayu-kayuan yang terdapat di tanah Jambi.
Motif Duren Pecah Di Ruangan Yang Nyaman
“Ini yang menjadi ciri khas dan kekuatan Batik Jambi, motif Keris Seginjai, Sungai Batanghari, dan Kapal Sanggat. Sementara motif yang popular adalah Duren Pecah, dan Angso Duo,” ujar Nita Seno Adji sambil membentangkan kain-kain Batik Jambi dan menunjukkan motif-motif yang popular tersebut. Ia juga menceritakan bahwa ciri yang mudah dikenali ini membuat kain Batik Jambi mendapat sambutan yang baik dari wanita-wanita di Jakarta. Memang kekuatan ciri inilah yang membuat Batik Jambi jadi popular, seperti kata Chandra Satria, penggemar dan kolektor Batik, yang kebetulan juga sedang berada di lokasi pameran. Chandra mengatakan, “motif-motif Batik Jambi yang memang tidak eksperimental membuatnya mudah dikenali. Dari beberapa pengalaman ketika memakainya, orang sudah bisa dengan mudah mengidentifikasi bahwa saya mengenakan Batik Jambi.”
Teknik Pemalaman Yang Berbeda Dan Tips Fashion
Menurut Widhi Budimulia, fashion designer, “kekuatan Batik Jambi memang terdapat pada kombinasi warnanya, bagus, dan mudah dikenali. Yang perlu diperhatikan adalah eksekusi motifnya yang tergolong ‘beleber’ di tepian, sepertinya ini terjadi dari teknik pemalaman yang bocor-bocor, sehingga pewarnaan meluber ke luar dari gambar motif. Peluberan warna membuat ketajaman motif jadi cenderung blur. Dengan visual motif seperti ini, ada yang perlu diperhatikan apabila ingin membuat Batik Jambi menjadi pakaian. Sebaiknya gunakan jenis rancangan yang modern, tabrak motif, dan styling yang berani, sehingga motif-motif yang ‘beleber’ tersebut bisa redam bersama desain pakaian.” Ujar Widhi memberikan tips yang rasanya sangat perlu dicamkan bagi penggemar Batik.
YBI Mendukung Penuh IKM
Dewi Asaad, dari Bidang Humas dan Publikasi YBI mengatakan bahwa kegiatan pameran dan penjualan ini memang digerakkan untuk membantu Industri Kecil Menengah (IKM) yang memang perlu dibantu di masa pandemi ini. “YBI sebenarnya punya agenda Gelar Batik Nusantara yang diadakan dua tahun sekali. Karena pandemi ini kami tak bisa menggelar acara tersebut, namun ketua YBI, Ibu Yanti Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa YBI harus tetap melakukan sesuatu untuk bantu pengrajin. Maka lahirlah ide membuat pameran kecil yang kuat dipenjualan seperti ini. Sebelum Batik Jambi ini kami mengangkat Batik Betawi, kami presentasikan selama dua minggu saja. Selesai Batik Jambi ini kami siap dengan persembahan Batik Jawa Barat, kemudian Batik Papua.” Ujar Dewi sambil menekankan bahwa pameran ini tetap mengikuti protokol kesehatan, tamu yang diundang dijadwalkan kehadirannya, harus menggunakan face mask, dan di depan pintu ada detector suhu dan kamera yang membuat pintu tidak bisa dibuka apabila tamu tidak menggunakan face mask.
Foto: Syahmedi Dean