Venue show yang dibangun sementara di halaman Institute du Monde Arabe untuk show menswear Dior summer 2020 kemarin sore (waktu Paris), 21 Juni, lebih mirip sebuah instalasi ketimbang bangunan show. Tangga masuk bagian depan yqng mirip tangga mansion, jam dinding raksasa dan simulasi ruangan rumah Monseur Dior yang dihiasi huruf dan jam dinding karya Daniel Arsham. Begitu masuk ke dalam ruangan show semua dicat warna pink, runway berwarna gradasi putih-pink adalah pasir yang diatasnya di tata font Dior raksasa karya Arsham. Dengan latar belakang polos berupa lingkaran berisi lampu sehingga terlihat seperti bulan pernama.
Kim Jones, direktur artistik Dior Men, untuk koleksi spring/ summer 2020 kali ini, mengajak dua nama dari industri yang berbeda untuk berkolaborasi. Daniel Arsham, seniman perupa visual dan Rimowa, jenama koper dari dunia travelling. Arsham adalah seniman perupa, visual dan pembuat film pendek Amerika yang karyanya dikenal dengan bentuk-bentuk rusak. Sementara Rimowa, adalah jenama koper alumunium asal Jerman yang juga masih bagian dari LVMH.
Kolaborasi ketiganya ini dibagi Kim Jones dengan rata sesuai porsi industri dan kemampuan. Arsham membuat logo visual Dior dengan gayanya yang khas, dimana huruf DIOR dibuat stengah rusak dan dihadirkan pada tas, motif dan visual set runway. Sementara Rimowa membuat koper-koper mini yang bisa genggam tangan dan di tenteng yang mengandung logo monogram oblique Dior.
Bisa dikatakan multi, silang industri kolaborasi ini adalah langkah paling pintar oleh Kim Jones sejak ia berada di industri fashion. Kolaborasi seperti ini belum dibuat oleh industri fashion sebelumnya. Tapi Kim Jones sangat pintar untuk tidak membuat keduanya mendominasi pada koleksi pakaian yang ia buat sehingga Dior masih menjadi bintang utama disini. Koleksi pakaian yang Kim Jones suguhkan sungguh memiliki kekuatan yang sangat apik dan dinamis.
Dimulai dari look pertama adalah stelan jas dengan juntai shawl yang keluar dari balik jas, dengan palet off-white dan abu-abu tua, memakai sneakers putih. Look kedua masih dengan tone warna yang sama hingga seterusnya secara gradual tone warna yang keluar adalah pink pastel muda, pink stabilo, abu-abu, putih, camel khaki, biru, oranye dan hitam. Yang seluruh dibuat dalam format tailoring. Stelan jas, jaket bomber, blouson, trench coat dan kemeja dalam variasi material sutra, katun sutra, katun poplin, nylon, satin wool, crocco dan rajut.
Pada kemeja dan trench coat, Kim Jones menambahkan elemen penutup dibagian dada dengan mengambil pola kurva saddle bag. Ini adalah cara Kim Jones memecah kode saddle bag Dior yang sangat pintar. Dan ini juga hadir pada tas tangan dengan bentuk saddle baru yang kurvanya lebih seimbang kiri dan kanan. Secara keseluruhan, koleksi ini sangat kuat dan jauh dari tampilan street fashion. Walaupun semua model memakai sneakers, yang lebih menonjol adalah tampilan luks dari pria modern. Hybrid, persilangan antara sporty street (pada sepatu) dan konsep tailoring yang sleek dan polished. Sungguh berkelas.
Kim Jones kembali mengeluarkan motif koran ikonik John Galliano dan dibuat dengan format memudar pada tas saddle dan print pada pakaian diatas bahan nylon pada jaket bomber dan jumpsuit. Bahkan dihadirkan diatas bahan transparan yang hanya memunculkan motif-motif koran tersebut dalam warna yang sama, putih. Tas saddle karya Arsham dibuat seperti dalam kondisi rusak dalam warna putih juga.
Sepatu boots transparan susu seperti mengandung monogram oblique dan motif koran Dior yang dihasilkan dari motif kaos kaki, sehingga motif monogram muncul seperti blur dari luar. Tas-tas kecil yang disandang dengan tali kecil, logo-logo Dior pada kalung dan gantungan kunci, semua dibuat berdasarkan desain Arsham. Koper Rimowa di renovasi menjadi ukuran besar dan kecil yang bisa digenggam dan di peluk. Walau ada yang bentuknya seperti beauty case, fungsi container ini adalah untuk membawa makanan dan wine.
Koleksi yang matang dan kuat ini, membuat Kim Jones selalu berhasil menaikan tingkat dirinya sebagai desainer pakaian pria. Ia selalu berhasil berevolusi dengan baik dimanapun ia berada. Apa yang ia buat sebelumnya, akan menjadi lebih pada koleksi setelahnya dan membawanya ke level berikutnya untuk terus menguras otak lebih jauh berkreatifitas. Jadi ini bukan soal brand, tapi kreatifitas dan passion yang tidak pernah berhenti.