Untuk meneruskan usaha kuliner legendaris yang tidak banyak diketahui orang bahkan hampir punah, diperlukan inisatif tinggi dan kecintaan pada budaya leluhur. Dan ini yang dilakukan oleh Agung Sedayu Group terhadap bisnis kuliner legendaris Jakarta agar regenerasi tetap berjalan serta memberi ruang usaha untuk UMKM kuliner, dengan membangun sebuah kawasan kuliner bernama Pantjoran PIK yang dibuka pada awal November lalu.
Panjtoran PIK diambil dari nama daerah kuliner Pancroan di Jakarta Pusat yang terkenal dengan berbagai tempat makan kuno yang dikelola hingga generasi ke tiga. Dan di Pantjoran PIK, mereka mendapatkan “rumah”baru agar generasi sekarang tetap bisa menikmati makanan tempo dulu dengan cira rasa yang tidak kalah dengan makanan kekinian. Pantjoran PIK ini berlokasi di pesisir Jakarta Utara, yang terhubung dengan jembatan sepanjang 300 meter dari kawasan Pantai Indah Kapuk dan dibangun di lahan seluas 5.500 meter persegi.
Terdapat 39 tenan restoran dengan tiga tenan legendaris di area bernuansa arsitektur Cina ini, yaitu Kopi Es Tak Kie, Kari Lam dan Wong Fu Kie. Yang ketiganya merupakan bisnis kuliner yang sudah berjalan dari tahun 1920-an dan 70-an. Namun bukan berarti tenan lain tidak legendaris, karena rata-rata restoran yang berada disini adalah restoran yang cukup terkenal di masanya. Aneka jajanan seperti roti, kopi, es campur, kuotie, bakpao, chi chong fan, hingga menu yang lebih mengenyangkan seperti nasi campur, nasi hainan, bakmi, lontong, bakso, soto dan bubur hadir dalam satu tempat. Tak hanya hadir dalam format restoran, beberapa jajanan juga menjadi lebih mudah diakses dalam bentuk gerobak yang tarletan di berbagai titik di area Pantjoran PIK.
Jadi, siapkan perut kosong dan memory kamera yang banyak saat mengunjungi Pantjoran PIK.
Foto dok. Agung Sedayu Group