Setahun lagi menuju 100 tahun FENDI (2025), rumah mode yang berbasis di Roma ini sudah tak sabar untuk menyalakan keriaan, FENDI langsung menebarkan keharuman ke seluruh dunia dengan meluncurkan satu koleksi wewangian terdiri dari 7 parfum, mewakili 7 kepribadian tokoh-tokoh utama di dalam rumah FENDI. Bagaimana ringkasan berdirinya keluarga FENDI ini? Kisah olfaktori ini berakar sejak tahun 1925, ketika Adele Casagrande Fendi dan suaminya Edoardo Fendi membuka bengkel fur dan leathergood di Roma, berdasarkan satu keahlian yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sementara kota Roma sendiri, begotu powerful, ketika dikunjungi, ia sedap dinikmati dengan mata, dengan hati, dan dengan keharuman yang berpendar. Aroma dari batu dan marmernya, yang berubah sepanjang hari mengikuti gerak terpa matahari. Wewangian resin dari pohon pinus Umbrella, lalu kesegaran dari taman-taman, dengan pohon Laurel, Lantana, dan rimbun mawar. Aroma leather yang maskulin dari bengkel para pengrajin, begitulah kira-kira karakter kota Roma sebagai kota wewangian, dan FENDI adalah esensi dari Roma. Tempat lahir peradaban Barat, kota seni dan budaya, Dolce Vita yang digambarkan oleh Federico Fellini, perpaduan paradoks dari kemegahan dan kesederhanaan.
“Koleksi wewangian ini menceritakan kisah FENDI, mengungkapkan esensi rumah FENDI dengan cara yang berbeda, penyampaian cerita dalam bahasa wewangian. Hari ini, di FENDI, kita bisa katakan bahwa FENDI telah menjelajahi dan menggunakan semua indra.” Ujar Silvia Venturini Fendi. Siapa saja 7 sosok yang diterjemahkan menjadi parfum koleksi FENDI? Adele Casagrande Fendi, sosok Ibu, wanita yang mewujudkan mimpi dan kesuksesan FENDI. Anna Fendi, sang putri, salah satu sosok legenda dalam Fendi Sisters. Silvia Venturini Fendi – generasi ke tiga, pencipta tas ikonik FENDI Baguette dan Peekaboo. Leonetta Luciano Fendi and Delfina Delettrez Fendi, generasi ke eempat (anak dari Silvia) memantapkan akar dan budaya FENDI saat ini. Cicit kembar Tazio dan Dardo Vascellari Delettrez Fendi representasi usia belia. Dan satu lagi, tentu saja, Kim Jones, Artistic Director untuk FENDI womenswear dan haute couture.
THE COLLECTION:
Prima Terra – Kim Jones
Afrika Selatan dan Timur: tempat Kim Jones melalui sebagian besar masa kecilnya, tempat yang selalu dikenang Kim, lanskap bercampur dengan kesan, aroma dengan ekspresi. Prima Terra adalah tanah dan babak awal hidup Kim – sumber inspirasi abadi. Tangerine dari Calabria dan Sisilia, rosemary dari Tunisia dan Maroko sisi kesegaran Cologne yang terinspirasi oleh alam yang bebas dan tangguh. Lumut pohon ek menghadirkan kehangatan dan konsistensi, wood, leather, dan meresap dengan tanah yang memancarkan kekuatan dan kemurahan hati setelah dihempas badai. Prima Terra , evokasi alami dari sabana Afrika. “Ketika kami menciptakan wewangian ini, saya ingin mengumpulkan semua aroma yang membentuk satu babak kehidupan saya: masa muda saya di Afrika,” kata Kim Jones.
Perché No – Silvia Venturini Fendi
Ini lebih dari sekedar wewangian: ia adalah kondisi pikiran. Ia seperti mantra seumur hidup. Sebuah wewangian dengan kesederhanaan sebagai manifesto, bagai mineral bebatuan Roma, segar dan realistis, seperti lembaran putih yang menghangat di bawah sinar matahari di taman I Casali del Pino, rumah di pedesaan Roma tempat keluarga Fendi berkumpul di akhir pekan. Lembaran yang seperti membungkus kenangan masa kecil, menyenangkan dan harmonis. Di tengah kesegaran ini: sedikit rempah, yaitu lada merah muda dari Brasil, sedikit dibiaskan aroma dupa. Halus, lahir dari kehangatan. Sandalwood, balsamic, membingkai kenangan: Tak pernah bilang “never”, tak pernah bilang “always”, hanya mengatakan “why not? (bahasa Italianya: Perché No) ” Silvia Venturini Fendi bilang: “Lembaran putih yang mengering di bawah sinar matahari yang sangat sederhana, sangat indah dan sangat evocative.”
Sempre Mio – Delfina Delettrez Fendi
Begitu jauh, namun begitu dekat. Sejauh kaki bukit Atlas, lembah Ourika, tepat di luar Marrakech. Maroko terasa skin-to-skin. Harta karun wewangian yang emosional dari Delfina Delettrez Fendi. Ia menceritakan kenangan masa kecilnya tentang tanah tempat ia merasa berasal. Sebuah wewangian seperti kulit kedua, dengan kehangatan alami kehidupan sehari-hari dan intensitas momen-momen penting. Sebuah wewangian sekuat dan seberani sebuah keputusan. Segar dan berkilau seperti bergamot dari Calabria; tertanam dan mistis seperti cedarwood; intens dan tajam seperti bunga jeruk Maroko. Sempre Mio menceritakan kisah keterikatan pada akar, spontan, hampir animalik, dengan bukti dari apa yang pernah dialami dalam emosi. “Saya ingin berbicara tentang siapa saya, dari mana saya berasal. Sempre Mio adalah perjalanan intim, sisi wanita saya, cara saya mendefinisikan diri saya.” Delfina Delettrez Fendi
Ciao Amore – Leonetta Luciano Fendi
Semacam deklarasi untuk semua orang yang Anda cintai, secara alami dan impulsif. Cintaku, temanku… Sebuah wewangian yang mengekspresikan ikatan kuat, dengan semangat masa muda. Aroma matahari dari momen yang dijalani sepenuhnya dan dihidupkan kembali berulang kali dalam ingatan. Ciao Amore adalah momen keabadian, suasana musim panas yang berlangsung sepanjang tahun. Bagi Leonetta Luciano Fendi, ini adalah evokasi Ponza, pulau ini antara Roma dan Napoli tempat keluarga menghabiskan musim panas, kawasan batuan vulkanik sampai ke dasar Mediterania, tempat angin laut bergerak sensual. Buah ara dan bunga jeruk dari Tunisia bercampur dalam hangat matahari, menenangkan dan kontras. Absolute biji tonka tampilkan sisi dualitas, sekaligus gourmand dan wood. “’Ciao Amore’ adalah cara saya menyapa teman-teman saya dan orang-orang yang saya rasa dekat dengan saya. Ini spontan dan hidup, mencerminkan kepribadian saya.” Leonetta Luciano Fendi
Dolce Bacio – Anna Fendi
Ciuman ini adalah jenis kecupan yang diberikan seorang ibu di pipi putrinya. Bebrbekas bagai noda lipstik, seharum cinta. Ia memiliki kekuatan ikatan darah dan kelembutan perasaan. Ini unik, seperti mawar yang dinamai Anna Fendi, ochre seperti langit Roma di fajar, mekar di kebun mawar, Roseto di Roma. Dolce Bacio adalah taman di Tengah kota, hijau, bunga, kayu dan tanah. Wewangiannya memiliki pendar aprikot manis dan cerah, aksen dry dan smoky dari patchouli Indonesia. Di Tengah ada mawar Damascene dari Turki, lalu beludru. Ini adalah wewangian kenangan yang akan bertahan selamanya. “Ini adalah aroma yang mempersonifikasikan ibu saya. Seorang wanita yang sangat kuat dan sangat lembut, sifat umum dari semua wanita keluarga Fendi.” Silvia Venturini Fendi
Casa Grande – Adele Casagrande Fendi
FENDI adalah milik matriarki, Adele Casagrande, nama yang memiliki takdir hidup dan pekerjaan yang hebat. Casa Grande: aroma kampung halaman dan sebuah pencapaian. Dari bengkel leather, penghubung antara Roma dan Bosphorus, tempat asal sang suami: Edoardo. Casa Grande bagai simbol dari sosok pembangun kesuksesan. Wewangian berbahan seintens leather dan sehangat fur, yang merangkum seluruh sejarah FENDI dengan harmoni dan kompleksitas, dari pendar myrrh Somalia yang pedas, kelembutan dan sensualitas amber, kelembutan cherry yang lezat dan kemurahan hati leather. Absolute vanila dan biji tonka menyeimbangkan kekuatan dan kekuatan FENDI yang juga penuh keintiman. “Membayangkan bengkel kulit di Istanbul untuk wewangian Casa Grande merupakan cara untuk mengenang akar keluarga dan menghormati para pendiri.” Silvia Venturini Fendi
La Baguette – Tazio dan Dardo Vascellari Delettrez Fendi
Sebuah wewangian secerah pirangnya gandum, seperti matahari musim panas yang terbit di atas Roma, seperti kepolosan masa kanak-kanak, milik si kembar Tazio dan Dardo, putra Delfina Delettrez Fendi. Manis seperti sajian: sepotong roti dengan mentega dan gula. Aroma pagi yang optimis mana kala keluarga berkumpul di hari Minggu yang santai. La Baguette bagai percakapan yang seru dalam kelembutan hari yang tenang, kehangatan berbagi cinta yang mengalir secara alami. Di FENDI, Baguette adalah tas, serta ikon, simbol, perayaan, pintu terbuka menuju masa depan, ikatan antara generasi. Dan hari ini, wewangian, La Baguette, adalah semua hal ini sekaligus. Bunga Iris dan powder dari Prancis membuatnya seperti dua tangan yang terbuka lebar. Di balik vanila Madagaskar ada rasa senang dari hidangan dessert yang adiktif, kesenangan berbagi-bagi. Dan untuk bersilangnya leather yang sensual dan velvet. “Saya sedang hamil ketika saya merancang tas Baguette: ini adalah bagian yang abadi yang akan selalu dikaitkan dengan gagasan oleh generasi baru.” Silvia Venturini Fendi