Tradisi Hotel Indonesia dalam mengagungkan Indonesia di setiap bulan Agustus menjadi barometer baru dalam hal perayaan hari kemerdekaan yang lavish, elegan, dengan sisi-sisi keunggulan nusantara yang indah. Plus, meletakkan karya fashion sebagai puncak perayaan. Tahun lalu, Hotel Indonesia merangkul Edward Hutabarat dengan persembahan fashion ‘The Glory of Palembang’. Tahun 2019 ini, nama desainer yang dilibatkan adalah Sapto Djojokartiko dengan koleksi ‘WISIK’.
Koleksi Pembuka Hati
57 set rancangan Sapto dipresentasikan di Bali Room, aula seluas 1000 meter per segi yang bersejarah bagi tonggak lifestyle di Indonesia, dibangun tahun 1962 dan menorehkan nama sebagai ballroom di hotel termewah pertama di Asia Tenggara. “Saya sangat merasa terhormat mendapat kesempatan untuk mempresentasikan koleksi kali ini di sebuah tempat bersejarah dimana acara-acara legendaris pernah diadakan yaitu di Bali Room Hotel Indonesia Kempinski. Selain merupakan simbol modernitas dikarenakan ruangan tersebut merupakan ballroom pertama yang dibangun di Indonesia, kemegahan Bali Room seperti membawa saya kembali ke tahun 1960-an untuk dapat lebih mengerti asal-usul diri saya sendiri. Sebuah pengalaman yang betul-betul membuka mata dan hati dalam menciptakan koleksi ini” ujar Sapto Djojokartiko.
Karya Seni Bernilai Tinggi
Terdapat banyak karya seni bernilai tinggi peninggalan Hotel Indonesia masa lalu yang hingga kini masih dipajang di Hotel Indonesia Kempinski. Beberapa diantaranya adalah patung Dewi Sri karya Trubus yang pernah menyambut para tamu di halaman depan hotel, relief batu pahat berukuran 24 meter x 3 meter yang menggambarkan kehidupan masyarakat Bali karya sanggar Sela Binangun dari Yogyakarta dan juga mozaik berukuran besar bergambar tarian tradisional Indonesia yang merupakan hasil karya G Sidharta dipajang di dalam Ramayana Terrace. Selain itu, ada juga lukisan flora dan fauna Indonesia karya pelukis kenamaan dunia, Lee Man Fong. Semua merupakan peninggalan sejarah yang memikat dan mengukir banyak cerita.
Indonesian Artistry
“Kami sangat antusias dengan respon masyarakat terhadap rangkaian acara kami di tahun ini yang bertajuk “Kalā – Capturing Indonesian Artistry”. Selain menghidupkan kembali semangat dalam memelihara warisan negara, kami juga bekerjasama dengan SaptoDjojokartiko,” ungkap Khika Mahardhika, Director Marketing Communications dari Hotel Indonesia Kempinski Jakarta.
Kolaborasi Kontemporer
Keindahan karya Sapto, disempurnakan oleh Wilson Eng sebagai Hair and Makeup Director, Wilson sudah berkiprah lebih dari 18 tahun di dunia kecantikan, ia menebarkan ilmu beauty nya di Singapura, Hong Kong, Tokyo, dan Shanghai. Sebagai perlengkapan aksesori, Sapto merangkul jenama Tulola dari Bali, Tulola memang perhiasan khas Indonesia dengan pendekatan desain yang kontemporer dan sangat cocok untuk melengkap kreatifitas Sapto. Tulola adalah kinerja tiga serangkai Happy Salma, Dewi Sri Luce Rusna, dan Franka Franklin Makarim. Untuk mengiringi para model di runway, pada ruangan Bali Room ditebarkan alunan musik hasil komposisi dari Jonathan ‘Ojon’ Kusuma, seorang composer, multi-instrumentalist, dan juga DJ. Ojon sudah berpetualang membawakan musiknya ke Berlin, London, dan Singapura.
Siapa Berikutnya?
Tradisi perayaan Hotel Indonesia yang inggil ini mampu meletakkan kinerja fashion Indonesia di strata yang lebih tinggi, meningkatkan value bagi desainer yang menghembuskan nafas Indonesia modern dalam berkarya. Tradisi ini tentu melahirkn pertanyaan baru? Ketika tahun lalu tradisi ini dimulai dengan nama Edward Hutabarat, Hotel Indonesia telah memilih nama desainer yang tinggi sebagai gebrakan awal. Lalu, pilihan kedua tahun ini, Sapto Djojokartiko, telah berhasil menjaga standar awal tersebut, dan melanjutkan legacy. Kemudian, siapa yang akan dirangkul Hotel Indonesia untuk tahun depan, di angka istimewa 2020 dan 75? Hm, cukup sulit. Rasanya sangat tidak sabar menunggu berita itu terbetik.
Para tamu yang mengenakan rancangan Sapto Djojokartiko:
Foto: Courtesy of Sapto Djojokartiko