Apa jadinya ketika sebuah label fashion mengajak kita menikmati koleksi terbarunya lewat perjalanan multi-ruang yang sarat cerita? TANGAN Privé menjawab pertanyaan ini melalui presentasi 2025 Collection yang digelar di Savyavasa, Jakarta. Alih-alih sekadar runway atau lookbook, koleksi ini dihidupkan lewat tiga instalasi tematik yang memadukan fashion, ruang, dan emosi sehingga pengunjung dapat melihat proses kreatif di setiap pakaian. Ini merupakan hasil kolaborasi dengan studio kreatif Kure-Kare-Ka dan arahan artistik dari Shadtoto Studio. Pengalaman yang ditawarkan pun terasa lebih seperti eksploratif dan imajinatif.

Di ruang pertama, “Between The Woven and the Wild” memiliki 20 looks TANGAN Privé dari atasan, rok, hingga dress. Ini semua dipajang di tengah lanskap organik yang kontras, seperti meja kayu solid, kabinet ukir Jepara, hingga sulur tanaman. Hal menarik dari koleksinya ialah skirt berbahan batik Kudus, songket Bali, dan tenun Garut. Terasa begitu tradisional yang membawa narasi heritage, tetapi terasa modern karena dipoles dengan permainan tekstur architectural pleats. Siluet-siluet pada koleksi ini membawa struktur dan fluiditas yang seperti air mengalir.

Sementara itu, di ruang kedua “The Modes of Making”, mengajak pengunjung mengintip proses di balik layar. Proses ini dapat diintip mulai dari sketsa desain baju hingga fitting paling terakhir. Oleh karena itu, di ruang kedua, pengunjung diperlihatkan pada detail dan dedikasi yang membentuk setiap helai pakaian. Perjalanan pun ditutup di ruang ketiga, yaitu “Intermissions and Encounters”, yang diciptakan sebagai tempat berbagi cerita dan refleksi dari antar tamu. Lewat pendekatan yang intim dan immersive ini, TANGAN Privé menunjukkan bahwa fashion lebih dari sekadar helai pakaian jadi, tetapi juga tentang kisah-kisah di balik proses pembuatannya.


