Ulos menjadi bintang fashion di Indonesia bulan Oktober ini, setelah Edward Hutabarat mempersembahkan seri rancangan Ulos tepat di hari Ulos Nasional pada tanggal 17 Oktober lalu, kali ini dari desainer yang sama kalibernya, bernama Adrian Gan, menghadirkan selusin rancangan berbasis Ulos, yang ditampilkan di acara Dewi Fashion Knights di malam puncak Jakarta Fashion Week 2020. Memang bukan hanya kedua desainer ini saja yang telah menggunakan Ulos sebagai bahan fashion, namun sampai kini baru keduanyalah yang fashionably mampu memberikan added value yang tinggi terhadap Ulos. Umumnya penggunaan Ulos pada karya fashion baru sampai pada taraf ornamentasi dan dekorasi busana saja, belum sampai pada jenjang sophistication yang tinggi, teknik dan kualitas finishing yang prima, tata proporsi dan look yang istimewa, serta lepas dari kesan keriaan sepotong ‘baju baru’ yang riuh.
Jemari High Fashion
Tentu sangat senang ketika mendengar Adrian Gan, desainer yang lebih banyak bekerja dalam ‘diam’ untuk klien-klien upper-class, yang harga busana ciptaannya lebih mahal dari harga siapa pun pemain couture di Jakarta, dengan jemari dan pemikiran ‘high-fashion’ nya memainkan Ulos. Tidak mudah menaklukkan kain tenun berkarakter tegas ini, warnanya cenderung redup dan earthy, formasi motifnya lurus horizontal. Ulos akan tampak mengada-ada kalau tiba-tiba menjadi va va vroom fiesta. Untuk menjaganya tetap membumi, Adrian membesut Ulos dengan gaya zen design, gaya yang mementingkan harmoni dengan kenyamanan. Ulos terlihat lentur mengikuti pola celana-celana sarung khas Indonesia. Teknik drapery diterapkan pada kain Ulos dengan hasil yang tampak seperti origami. Wanita-wanita di tanah Batak yang senang memeluk bahu mereka dengan Ulos, diberi pilihan Ulos yang tetap memeluk bahu namun didesain dalam bentuk bolero. Oh super smart, super fashion.
Horas Tudung Inang
Adrian mengimbangi Ulos dengan bahan-bahan vintage, bahan tersebut ia beri tekstur berupa ikat-ikat jumputan di permukaan kain, ini sebuah teriakan ‘couture’ yang tak tertahankan, namun ia redam dengan warna tone on tone karena ingin lebih memprimadonakan Ulos. Utas-utas benang warna merah yang terburai khas detail tenunan Ulos, disulam random dengan naïve lalu disebar di bagian bawah gaun putih, dan di sepotong top berwarna putih, membuat rancangan berkelas métier d’art. Hiasan kepala berupa tudung yang biasa dipakai wanita Batak Karo tampil dalam berbagai siluet, memang bentuk tudung para Inang di tanah Batak tidak baku, karena ia diciptakan langsung dari selembar Ulos yang dibebatkan untuk menutup rambut dan kepala, setiap bebatan para Inang akan menghasilkan shape yang berbeda. Horas Adrian Gan.
Foto: Jakarta Fashion Week