FENDi mengangkat kembali keunggulan craftmanship negeri Italia dalam urusan aksesori dengan cara mengajak 20 pengrajin-pengrajin terunggul dari 20 provinsi di Italia berimajinasi kreatif untuk tas Baguette (salah satu tas ikonik dari FENDI). Hasilnya sangat mengagumkan, salah satu Baguette yang dikreasikan oleh pengrajin dari provinsi Abruzzo terlihat cantik sekali, permukaan Baguette dihiasi dengan hand-crochet yang halus. Provinsi Abruzzo memang dikenal dengan crochet buatan tangan. Pengrajin dari provinsi Umbria menampilkan Baguette dari hasil tenun, menggunakan kombinsai warna biru putih yang sejuk, lengkap dengan rumbai-rumbai di tepian Baguette layaknya rumbai di tepian kain-kain tenun. 20 Baguette kreasi para pengrajin ini dipamerkan dengan elegan di Palazzo della Civiltà Italiana di kota Roma. Pamerannya sendiri berjudul ‘hand in hand’, kata-kata multi tafsir, antara benar-benar hasil ekspresi dan kerja tangan, serta mari saling bergenggaman, saling menolong, antara pengrajin atau artisan dari seluruh Italia dan artisan-artisan di dalam rumah mode FENDI. Ke 20 provinsi tersebut adalah: Abruzzo, Basilicata, Calabria, Campania, Emilia- Romagna, Friuli-Venezia Giulia, Lazio, Liguria, Lombardia, Marche, Molise, Piemonte, Puglia, Sardegna, Sicilia, Toscana, Trentino-Alto Adige, Umbria, Valle d’Aosta, dan Veneto. (membaca nama-nama provinsi ini saja sudah berasa seperti jalan-jalan ya). Pengunjung pameran akan diajak mengalami paparan secara fisik dan digital, dinding ruang dan langit-langit rapi dilapisi dengan layar LED yang menampilkan proses para pengrajin membuat Baguette (tentu dengan visualisasi yang artistik). Di tengah ruang ditata 20 tas Baguette lengkap dengan pajangan benda-benda pilihan yang dipakai saat proses pembuatan seperti sketsa, bahan-bahan dasar, dan alat-alat bantu pembuatan. Pameran berlangsung dari tanggal 30 Oktober hingga 28 November 2021.
Syahmedi Dean
Syahmedi Dean adalah seorang penulis yang telah menerbitkan sejumlah buku dan juga seorang jurnalis Mode dan Seni. Ia sudah meliput London Milan Paris Fashion Week sejak tahun 2000. Ia lulus dari Fakultas Seni Rupa Isntitut Seni Indonesia Yogyakarta, Program Studi Desain Komunikasi Visual. Kemudian memulai karir jurnalistik di majalah Femina tahun 1996, lalu berturut-turut menapak naik ke media-media terkemuka nasional seperti majalah Harper’s Bazaar Indonesia, majalah Dewi, majalah SOAP, Harian Media Indonesia, dan majalah Estetika. Dengan segenap perjalanan karirnya, kini ia menjadi Co-Founder dan Editorial Director LUXINA.
previous post