Sebagai seorang traveller, Kim Jones seakan memuaskan hasratnya untuk bereksplorasi tanpa batas untuk mewujudkan presentasi Dior Men. Terutama untuk koleksi yang dipresentasikan diluar koleksi regular, summer dan winter yang masuk dalam jadwal Paris Fashion Week men setiap tahun. Diluar itu, Kim Jones membuat koleksi Spring dan Fall yang selalu dipresentasikan di lokasi manapun di seluruh dunia, yang mengikuti tema koleksi. Dan kali ini, Kim Jones mempresentasikan koleksi fall 2023 di Kairo, Mesir, persis dengan latar belakang tiga jejer Piramid Giza yang megah. Mengingat Kim Jones yang pernah tinggal lama di benua Afrika, Mesir memiliki kenangan yang mungkin tidak akan ia lupakan. Maka demi latar belakang Piramid ini, diboyonglah semua elemen fashion show ke gurun Mesir, termasuk tamu-tamu undangan dari penjuru dunia.
Maka koleksi ini kemudian bercerita tentang Mesir kuno, yang sepenuhnya adalah tentang langit dan bintang-bintang. Bagaimana orang Mesir kuno hidup dipandu oleh bintang dan matahari, yang kemudian menjadi sebuah peradaban modern (pada saat itu). Simbol kehidupan dari langit tersebut, maka diterjemahkan Kim Jones dalam kode-kode Christian Dior, yang mana ini juga merupakan kepercayaan Monsieur Dior selama hidupnya. Kita juga tau bahwa Christian Dior begitu mempercayai rasi bintang dan berbagai mitos superstitious, untuk diterjemahkan ke dalam karyanya. Dan ini pula yang dilakukan Kim Jones dengan budaya Mesir Kuno dalam koleksi Dior Men fall 2023 ini.
Kali ini Kim Jones tidak berkolaborasi dengan siapapun, tapi satu hari sebelum show ini berlangsung, Dior merilis koleksi kapsul yang berkolaborasi dengan Denim Tears, yang juga berlangsung di Mesir. Bagaimana Kim Jones menuangkan insipirasi Mesir ini ke dalam koleksi Dior Men fall 2023 ini? Imaji simbol-simbol Mesir kuno seperti yang burung elang, Anubis, Ra dan lainnya, tidak akan ditemukan dalam koleksi ini. Dan memang sepertinya menggunakan simbol tersebut sebagai motif sudah terlalu mainstream, dan bukan ciri khas Kim Jones berada di jalur mainstream. Koleksi ini kaya dengan palet warna gurun pasir, mulai dari dari broken white, abu-abu, khakis, camel, biru langit hingga warna-warna daratan Mesir yang eksotik. Palet monokromatik yang dikejutkan dengan lime yellow dan orange tangerine pada segelintir potongan yang mewakili warna langit sore di padang pasir Mesir. Untuk silutnya, Kim Jones tetap mempertahankan potongan tailoring, tapi dengan suntikan siluet-siluet bak musfir penunggang unta padang pasir, seperti jubah panjang dari bahan chiffon see through, veil pengikat leher, serta rok pleats tambahan seperti ekor yang dipakai seperti ikat pinggang dengan berbagai variasi panjang. Sepertinya, rok pleats ini menggunakan material wool bila dilihat dari lambayan dan saat diterpa angin. Selain itu, Kim Jones menawarkan pelindung kepala seperti helem, yang hampir mirip dengan helm luar angkasa dalam film-film fiksi Hollywood, atau bisa juga sebagai helm selam dalam format yang futuristik. Yang paling menarik perhatian adalah hadirnya pola Junon dress sebagai atasan pria. Junon dress, adalah koleksi haute couture Christian Dior pada tahun 1949, yang pada bagian bawah (rok) berpola seperti siperti sisik ikan dengan embellishment di bagian tepi sisik tersebut.
Presentasi epik dengan latar belakang Piramida Giza Mesir, tentu saja memakan biaya yang sangat besar. Maka dari itu, sebagai kompensasi, dipastikan koleksi ini mungkin akan seharga dengan koleksi haute couture. Tapi tak apa, untuk membuat sesuatu yang belum pernah ada di muka bumi ini, sebagai jenama pencipta trend dan leader, ini adalah pekerjaan rumah terbesar, membuat segala sesuatu yang belum pernah ada. Untuk koleksi berikutnya, setelah koleksi winter Paris pada Januari mendatang, yaitu spring 2024, kemanakah Kim Jones akan berlabuh?
Foto dok. Dior