Siapa yang tak suka dengan segala keindahan dasar laut? Rasanya enggak ada ya yang tak suka. Apa lagi ketika melihat aneka biota laut yang melayang-layang tanpa beban di tengah-tengah kebiruan, sangat menenangkan, melegakan. Lalu diluar gambaran-gambaran indah tersebut, sebenarnya ada banyak tantangan kehidupan biota laut. Yang kerap tersebar di kanal-kanal di Youtube adalah limbah pukat, jaring dan tali temali nelayan yang ikut terbang menyampah, mengancam kehidupan biota laut, tali-tali tersebut menjerat leher-leher penyu, membelit lumba-lumba, dan lain-lain. Berbagai usaha mengingatkan hingga memprotes rasa ketak pedulian tersebut sudah sering dikibarkan, tetapi tantangan tersebut seperti tak pernah pupus.
Ghost Nets yang membangkitkan rasa kepedulian
Kali ini usaha datang dari penduduk di Selat Torres, selat yang terdapat di antara ujung utara Australia dan Papua New Guinea. Penduduk membersihkan laut dengan menarik jaring-jaring tersebut. Selanjutnya mereka tidak membuangnya, tetapi memanfaatkan sampah temali menjadi karya seni, menjadi karya ironis yang mengingatkan bahwa sampah tersebut bisa jadi sudah merenggut nyawa biota laut. Apa yang penduduk lakukan, mereka menganyam, menggulung sampah jarring menjadi bentuk-bentuk seperti anak ikan hiu, sotong, ikan pari, kan paus, dan penyu. Karya mereka dipamerkan di Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) di Jakarta. Pameran diberi judul, Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants menampilkan 18 karya seni tenun tangan yang terbuat dari limbah pukat ikan (jaring hantu/ghost nets). Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM, yang membuka pameran, mengatakan bahwa: “Koleksi karya seni ini menggabungkan budaya Penduduk Selat Torres, seni kontemporer, dan advokasi lingkungan. Penggunaan kembali pukat ikan ini tidak hanya memberdayakan sampah plastik, tetapi juga mendorong diskusi tentang bagaimana kita semua dapat berkontribusi bagi pengurangan sampah plastik dan menjadi pelindung lautan yang lebih baik.”
Kedutaan Besar Australia di Jakarta dan Museum Macan
Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants didukung oleh Qantas Airways, dan akan dipamerkan di Museum MACAN hingga 4 Juni 2023, dan selanjutnya pameran akan berpindah tempat ke Bali. “Kami sangat senang bekerja sama dengan Kedutaan Besar Australia untuk membawa inisiatif penting ini ke Indonesia, untuk berbagi karya kreatif Erub Arts dan budaya kelompok seniman Erubam Kepulauan Selat Torres kepada audiens kami,” kata Aaron Seeto, Direktur Museum MACAN. Untuk mendukung pameran ini, Kedutaan Besar Australia Jakarta dan Museum MACAN juga akan mengadakan serangkaian lokakarya pendidikan dan bincang-bincang seniman yang dipimpin oleh Jimmy John Thaiday bersama Lavinia Ketchell dari Erub Arts.