Sebagai negeri yang kaya raya akan ekspresi seni, apakah jumlah museum yang ada di Indonesia sudah berimbang dengan karya-karya yang ada? Sejauh ini belum ada data mengenai hal ini. Namun di tahun 2026 nanti telah terencanakan kehadiran museum baru di Bali, namanya Eugene Museum, dikelilingi oleh situs Warisan Dunia, Pura Tanah Lot, dan dekat dengan kawasan Canggu, museum ini berada di Nuanu, Tabanan. Nama Eugene datang dari nama seniman Jepang, Eugene Kangawa. Perancangan arsitektur museum akan dipimpin oleh arsitek ternama Indonesia, Andra Matin, peraih Aga Khan Award for Architecture 2023. Museum permanen ini merupakan bagian dari kota seluas 44 ha di Tabanan, Bali, yang bertujuan untuk mengintegrasikan gaya hidup, seni, pendidikan, dan kesadaran lingkungan yang diselimuti oleh lanskap laut dan hutan yang subur, akan mencakup area seluas lebih dari 1 hektar dengan konstruksi seluas 3,000 meter persegi.
Seniman kontemporer dari Jepang
Eugene Kangawa (1989) adalah seniman kontemporer Jepang, yang dikenal karena pendekatannya yang istimewa dan menakjubkan dalam lukisan, instalasi berskala besar, dan berbagai proyek yang ditujukan untuk inisiatif anak-anak dan sosial. Aktivitas awalnya diprofilkan dalam buku tahun 2017 karya Daisuke Miyatsu, yang diterbitkan oleh Kobunsha Shinsho, di mana ia disorot sebagai salah satu dari empat artis Jepang terkemuka, bersama dengan teamLab dan lainnya. Eugene sangat terkenal karena pameran tunggalnya di Museum Seni Kontemporer Tokyo, salah satu museum seni kontemporer paling bergengsi di Jepang. Di sini ia mencetak rekor sebagai seniman termuda yang mengadakan pameran tunggal di museum tersebut. Pameran ini menjadi fenomena sosial dan menimbulkan antrian panjang. Mempertahankan momentum globalnya dan didukung oleh beragam komunitas dan kolektor dari Indonesia dan luar negeri yang menganggap Eugene sebagai seniman generasi baru dari Asia, rencana untuk menjadikan Museum Eugene sebagai fasilitas permanen telah dibuat. Halini menandai perubahan besar dari kerangka tradisional pameran keliling.
Kolaborasi Jepang dan Indonesia
Museum permanen di Bali ini, yang didirikan melalui beragam koneksi dan pertemuan, mewakili bentuk museum baru yang muncul dari Asia, menampilkan inisiatif kolaboratif yang inovatif. Bali dianggap sebagai episentrum Asia, tidak hanya karena letak geografisnya yang berada di garis khatulistiwa dan berada di pusat dunia, namun juga karena perpaduan unik antara kekayaan budaya tradisional dan lingkungan alam yang subur. Keunikan ini menarik banyak orang dari seluruh dunia, menjadikannya salah satu tempat paling tanpa batas di Asia dalam hal kewarganegaraan. Semua elemen ini selaras dengan tema simbiosis Eugene. Bagi yang menyukai konsep museum diharapkan untuk bergabung dengan inisiatif baru ini. Salah satu kolaborasi awal adalah dengan Andra, yang menafsirkan konsep museum karya Eugene dan mengintegrasikannya secara indah dengan filosofi tradisional desa Bali kuno. Arsitektur dan lanskap dirancang dengan menghindari perusakan pohon-pohon yang ada serta mempertahankan lingkungan alam di sekitar lokasi.
Ekosistem Seni dan Kesenian
Di area yang berdekatan dengan museum, telah dibuka sebuah sekolah internasional di kota di Tabanan, Bali bernama Nuanu City ini juga menyelenggarakan berbagai program publik. Eugene bersimpati dengan konsep perkembangan sosial, pendidikan dan budaya ini. Museum Eugene bertujuan untuk menawarkan pengalaman mendalam kepada semua generasi dengan perspektif baru. Rencananya juga mencakup perpustakaan, Program Menginap pasca-penutupan, dan kafe di ruang masuk. Museum yang memberikan pengalaman indah dan menakjubkan ini akan menampilkan sekitar 15+ instalasi permanen, termasuk karya khasnya yaitu ‘Sea Garden’, ‘Goldrain’, dan ‘Everything Shines’, selaras dengan tema simbiosis Eugene yang sudah lama ada. Sehubungan dengan proyek ini, ruang persiapan museum seni didirikan tahun lalu di Jakarta. Bertempat di gedung yang sama dengan kantor pusat Art Jakarta, ruang persiapan ini didedikasikan untuk berfungsi sebagai fasilitas eksperimental museum, menempatkan modelskala mini dan karya seni kecil.
Dari 2025 ke 2026
Museum ini akan memiliki luas lebih dari 1 hektar dengan rencana luas pembangunan sekitar 3.000 meter persegi. Peluncuran awal dijadwalkan untuk penduduk sekitar pada tahun 2025,dan akses publik penuh diharapkan pada tahun 2026. Luas keseluruhan pengembangan kurang lebih 44 hektar. Berdasarkan pengumuman mitra kami, kawasan ini diproyeksikan akan menarik sekitar 1 juta pengunjung setiap tahunnya, dan beberapa kawasan dijadwalkan dibuka untuk umum pada tahun 2024. Kawasan ini didedikasikan untuk konservasi lingkungan dan berbagai program berbasis masyarakat. Pedoman lanskap telah ditetapkan, dengan mempertahankan lahan sebagai ruang hijau. Inisiatif komprehensif ini mencakup perlindungan spesies kupu-kupu lokal, pengoperasian laboratorium daur ulang, pengenalan kereta listrik, dan penerapan program pelestarian anjing lokal. Diselaraskan dengan pendidikan, seni, dan lingkungan, berbagai fasilitas saat ini sedang dibangun di kota Nuanu. Sebuah sekolah internasional telah dibuka didaerah yang berdekatan dengan museum, dengan lebih dari 150 siswa sekolah dasar telah bersekolah, dan rencana selanjutnya sedang dilakukan untuk pendirian sekolah menengah pertama dan atas.
Aktivitas seni
Sifat universal dan kontemporer dari karya seni Eugene, yang menciptakan karya seni dan ruang di sekitarnya secara bersamaan, telah diakui secara global dengan dukungan dari beragam komunitas dan kolektor dari Indonesia dan sekitarnya. Eugene siap untuk terlibat dalam inisiatif pengembangan kota Nuanu, berkolaborasi dengan para pemikir kreatif dari berbagai negara sebagai mitra Jepang dan berdiri sebagai satu-satunya penyedia fasilitas tunggal dalam upaya ini. Dikelilingi oleh tanaman hijau subur, museum ini bercita-cita menjadi ruang yang dapat diakses oleh semua generasi, melampaui batas-batas negara. Di luar perannya sebagai lembaga seni permanen, museum ini siap untuk terlibat aktif dalam inisiatif sosial, termasuk lokakarya yang bekerja sama dengan lembaga pendidikan sekitar dan komunitas lokal. Inisiatif ini membayangkan museum sebagai pusat keterlibatan sosial, melayani individu dari berbagai kelompok umur, dari anak-anak hingga orang dewasa.
Bumi pun merupakan negara kepulauan
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang dari berbagai negara dan wilayah yang telah mendukungnya. Merupakan suatu kehormatan bahwa karya tersebut telah melampaui kerangka pameran keliling dan menjadi museum permanen. Asia menjadi semakin terpoles. Di antaranya adalah tempat-tempat yang kaya akan alam dan filosofi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Saya ingat dengan jelas merasakan keajaiban dan beban dari apa yang diperlukan bagi dunia masa depan ketika saya pertama kali mengunjungi kota baru ini. Dapat dikatakan bahwa inisiatif seluruh kota dan apa yang saya atau kami lakukan secara alami terjadi di era yang sama. Percakapan dengan teman-teman saya dari Indonesia selalu sangat menyenangkan. Beberapa tahun lalu, saya menemukan kata “Archipelago”. Yang berarti “kepulauan”. Kemunculan kebersamaan, meski ada kontradiksi, merupakan simbiosis sejati. Tampaknya inilah idenya. Faktanya, dunia juga merupakan negara kepulauan. Saya akan meluangkan waktu untuk memahami lebih dalam kata ini dikemudian hari.” Ujar Eugene Kangawa.
Kekaguman pada matahari dan angin sepoi-sepoi
Perancangan arsitektur museum akan dipimpin oleh Andra Matin, terkenal dengan karyanya dalam desain perumahan, bandara, dan fasilitas pendidikan. Melalui kolaborasi dengan Eugene, Matin ingin mengubah seluruh lanskap dan ruang fasilitas menjadi sebuah mahakarya yang menawan. Desainnya, yang berpusat pada tema ‘simbiosis’ Eugene, menggabungkan cahaya alami yang melimpah. “Ada kesamaan antara karya Eugene dan karya saya yang mencakup kekaguman kami terhadap matahari, angin sepoi-sepoi, dan bayangan. Dengan visi museum dapat diakses oleh semua orang, saya yakin ruang tersebut dapat menjadi palet halus bagi karya seni indah yang diciptakan oleh Eugene.” Ujar Andra Matin.