Sehebat-hebatnya karya-karya seni, tetaplah ia sesuatu yang mortal, akan tiba masa-masa mereka pudar, layu, dan kusam. Ini ancaman besar, apabila karya-karya tersebut pelan-pelan musnah, maka kepastian akan hilangnya satu rekam jejak budaya tak akan terelakkan. Untuk menghadang ancaman ini, Perancis siap dengan Centre for Research and Restoration of the Museums of France, satu badan yang meneliti dan mengawal dokumentasi, konservasi, dan restorasi untuk koleksi benda seni di lebih dari 1200 museum di seluruh Perancis. Setiap benda seni tersebut mereka dalami mulai dari fisiknya, karakter unsur kimia yang terkandung, juga penuaan dari setiap unsur, sehingga memahami langkah-langkah apa yang paling aman untuk restorasi yang diperlukan. Di negeri Italia sendiri – tempat tersimpannya karya-karya master dari jaman Medieval – ada banyak institusi dan sekolah tempat menuntut ilmu restorasi, dan paling banyak terdapat di Florence.
Bung Karno: Penggubah Puisi Dalam Lukisan
Keberadaan badan dan lembaga ini membuktikan betapa seriusnya ancaman kemusnahan yang tersembunyi di balik setiap masterpiece. Makanya ketika mendengar kabar bahwa lukisan karya maestro Lee Man Fong sedang di restorasi di Jakarta, Luxina bergegas ingin melihat proses restorasi yang tengah berlangsung. Lukisan berukuran sangat besar, 4 x 10,5 meter (termasuk salah satu lukisan terbesar di dunia) , terdiri dari tiga panel yang agak mencekung, terletak di bagian atas dinding menghadap entrance foyer Bali Room, Hotel Indonesia Kempinski. Lukisan berjudul Flora dan Fauna Indonesia, menggambarkan satwa Indonesia dalam gerak berlari dan dibingkai dengan flora dan tetumbuhan khas Indonesia. Ketika Hotel Indonesia dibangun, Bung Karno sendiri yang meminta Lee membuat lukisan ini dengan harapan bahwa lukisan ini akan menjadi lukisan terbesar yang ada di Indonesia. Lee memerlukan satu tahun waktu pengerjaan, naik turun dengan bantuan sebilah tangga, dibantu oleh 4 orang asisten (termasuk putranya Lee Rern). Lee menggunakan cat minyak di atas MDF (medium density fibreboard) yang didatangkan dari Eropa. Bung Karno mendirikan studio di tanah kosong (sekarang Grand Hyatt Jakarta) khusus untuk Lee menyelesaikan tugas lukisan. Ketika Hotel Indonesia resmi dibuka tanggal 5 Agustus 1962 lukisan Flora dan Fauna Indonesia pun terpampang dengan megahnya. Bung Karno sangat mengagumi karya-karya Lee dan memang sudah mendaulatnya sebagai pelukis istana negara, Bung Karno menyebut Lee Man Fong sebagai “Penggubah Puisi Dalam Lukisan”.
Flora dan Fauna Indonesia di Hotel Indonesia Kempinski
Awalnya lukisan ini terpampang di Ramayana Restaurant, resto megah bagian dari Hotel Indonesia. Ketika tahun 2007 Ramayana Restaurant dipugar bersamaan pengembangan pembanguan Grand Indonesia, lukisan Lee dipindahkan ke tempat sekarang ini. Kondisi lukisan Flora dan Fauna Indonesia ini tampak memudar, warna tropis yang diciptakan Lee telah kusam tersaput debu-debu jaman, pada beberapa tepi panel malah memutih. Namun terlihat pula bagian-bagian yang cerah dan mulai tampak ‘hidup’ kembali, bagian-bagian ini memang sedang ditangani oleh Michaela Anselmini, seorang ahli restorasi dan konservasi yang berasal dari Italia. Ia mengenakan jaket panjang putih layaknya seorang dokter, tangan kanannya menggenggam kuas pembersih, bergerak-gerak dalam jarak pandang mata yang sangat dekat dengan lukisan. “Saya harus mengenali gerak tangan Lee Man Fong dalam melukis, sehingga saat merestorasi saya bisa mengikuti alur, dan lukisan tetap aman,” ujar Michaela yang telah memulai proyek ini sejak bulan Juli 2019 lalu. Michaela sangat antusias bercerita tentang restorasi yang ia lakukan, walaupun ia tampak tenggelam di dalam besarnya lukisan Lee Man Fong dan harus naik turun palang-palang besi beroda yang bisa digeser ke kanan ke kiri (scaffolding) ke area lukisan yang harus ia sisiri senti demi senti. Pihak hotel membangun lantai temporer yang tertutup tirai untuk Michaela dan dua asistennya (mahasiswa seni rupa ITB, Rusyan Yasin dan Hazim Muhammad Zarkasyi Hakim). Restorasi mencakup cleaning, konsolidasi, dan retouching, termasuk juga kolaborasi Michaela dengan ITB melakukan riset untuk merekonstruksi jalan cerita lukisan Lee, melakukan uji material, menganalisa material untuk menemukan pigment warna yang akurat, dan meneliti jenis partikel debu yang menempel. Dengan waktu kerja 5 hari dalam seminggu, Michaela mengatakan butuh 1 tahun waktu restorasi yang berarti tinggal satu bulan lagi (Juli 2020).
Dari Italia Menebarkan Ilmu Restorasi
Michaela Anselmini meraih Summa Cum Laude dari Liceo Artistico Statale 1 di Milan tahun 1991, kemudian lulus dari Vedeco Arts Conservation and Restoration School juga di Milan. Selesai kuliah, Michaela langsung menerapkan ilmunya dengan internship di studio-studio yang melakukan restorasi dan konservasi pada lukisan-lukisan modern dan kontemporer, sampai akhirnya memiliki studio sendiri. Tahun 2010 Michaela pindah ke Bali, membawa skill yang ia miliki dan bergabung dengan Biasa ArtSpace. Dari titik inilah Michaela mulai dikenal di kalangan tertentu pemilik galeri. Tahun 2017 Michaela bersama dengan Sarasvati Art Communication & Publication mendirikan Art Restoration Studio, Conservation & Framing Consultant. Ia pun diundang Keraton Yogyakarta untuk proyek konservasi lukisan Raden Saleh. Untuk lukisan Lee Man Fong di Hotel Indonesia Kempinski ini, Michaela beruntung bisa dikunjungi dan berbagi cerita dengan Lee Rern, putra Lee Man Fong, saksi hidup proses pembuatan lukisan Flora dan Fauna Indonesia. Lee Rern kini berdomisili di Singapura. Sementara dua mahasiswa yang membantu Michaela memang terpilih untuk mengikuti 2 tahun pelatihan program restorasi dibawah pemantauan Michaela, program pelatihan ini sendiri didukung oleh Kedutaan Besar Italia, Istituto Italiano di Cultura Jakarta, Kelompok Keilmuan Seni Rupa ITB, dan PT Lyra Akrelux.
Foto: Dean, Michaela