Banyak seniman menggantungkan hidupnya pada karya-karya yang mereka ciptakan, namun selanjutnya timbul pertanyaan di benak mereka, kemana karya-karya tersebut akan dipaparkan, mengingat selama ini galeri-galeri hanya merangkul seniman yang mereka suka saja, pemilik galeri hanya mengunggulkan seniman yang itu-itu saja, rasanya pupus kemungkinan untuk tampil. Namun sepertinya salah juga jika terlalu berendam dalam kekhawatiran-kekhawatiran tersebut, sebaiknya membuka mata dan mencari informasi tentang apa yang terjadi di lingkungan seni dan dimana para kolektor beranjangsana, karena para pemilik galeri pun melakukan hal yang sama, memantau para kolektor, dan menawarkan karya yang ada di galeri mereka. Satu organisasi yang semua seniman di Indonesia harus tahu (dan kalau bisa kenal dengan anggotanya) adalah One Piece Club (OPC) Indonesia, satu organisasi internasional berbasis keanggotaan nirlaba tempat kolektor pemula dan penikmat seni kontemporer berkumpul dan berbagi pengalaman.
OPC mendorong berkembangnya seni kontemporer
OPC Indonesia didirikan oleh Melani W. Setiawan dan Tom Tandio, dua kolektor seni yang piawai dalam menilik setiap karya seni. Mereka didampingi oleh board members seperti Cosmas Goazali, Winda Malika Siregar dan Dian Sastrowardoyo. Awalnya OPC didirikan di Jepang tahun 2007 oleh Ibu Hiroko Ishinabe, lalu di Taiwan, dan kemudian hadir di Indonesia pada bulan Agustus tahun 2019. “OPC bercita-cita untuk membantu perputaran industri seni, mendorong berkembangnya contemporary art ke kalangan generasi muda, mengajak anak-anak muda menghargai seni dan mau mulai menjadi kolektor,” ujar Cosmas Gozali. Cita-cita ini tentu sangat menggembirakan alam seni di Indonesia. Setiap kolektor dengan selera personalnya masing-masing tentu akan membuka kesempatan terbelinya segala jenis karya seni. OPC membawa karya seni ke khalayak yang lebih luas dengan membuatnya lebih mudah didekati dan tidak terlalu mengintimidasi mereka yang belum mengenal dunia seni.
Harga lukisan bukan menjadi patokan membership
Untuk menjadi anggota OPC, apakah harus membeli karya yang bernilai ratusan juta, apakah kolektor pemula tidak akan minder dengan anggota yang memiliki karya dengan harga yang dahsyat? “Tidak, itukan persepsi pribadi saja, OPC tidak membatasi harga karya, mau membeli harga karya dua juta, 20 juta, atau 200 juta, tidak jadi masalah,” Ujar Melani W. Setiawan setelah pameran pertama OPC yang berjudul “COALESCE” digelar di ROH Project di Menteng, Jakarta Pusat. Melani juga menambahkan bahwa yang lebih penting adalah partisipasi dalam berbagi kecintaan terhadap seni visual, dan bergabung dengan lingkaran penggemar seni yang ingin belajar lebih banyak tentang seni. OPC memiliki program seperti kunjungan bulanan ke berbagai galeri, museum, festival seni, studio seniman, bincang-bincang seniman, dan rumah kolektor. Para anggota didorong untuk belajar tentang berbagai cara orang memulai koleksi seni mereka, dan menemukan karya seni kontemporer baru yang mereka sukai. Setiap anggota OPC diwajibkan untuk membeli setidaknya satu karya seniman kontemporer yang masih hidup setiap tahunnya. Karya yang telah mereka beli kemudian akan ditampilkan dalam pameran tahunan kolektor OPC.