Terkadang, yang kita butuhkan bukanlah tempat baru, melainkan suasana yang membuat kita merasa dikenali. Bukan karena kita sering datang, tapi karena setiap detailnya seolah memahami apa yang kita cari: kehangatan, ketenangan, dan rasa yang tulus. Aubree menghadirkan itu semua. Terletak di lantai dasar Agora Mall, tempat ini menawarkan lebih dari sekadar hidangan lezat—ia menyuguhkan ruang untuk bernapas, untuk merasa, dan untuk menemukan kembali makna menikmati waktu secara utuh.

Langkah Pertama: Sebuah Sapaan Hangat di Lantai Satu
Tidak sulit menemukan Aubree Bistro & Bar di Agora Mall. Tempat terbuka di lantai satu Aubree seolah langsung menyambut hangat Anda untuk masuk ke dalam. Kesan pertama yang muncul adalah rasa lega—walau kapasitas duduk di lantai satu tidak terlalu banyak, namun perasaan lapang dan luas sangat terasa. Ini karena area di lantai satu dipenuhi cahaya alami yang masuk dari jendela besar dan beberapa cermin yang diletakkan sebagai dekorasi ruangan. Terpancar kehangatan dari palet warna yang digunakan: krem, cokelat muda, dan sentuhan hijau dari keramik dan tanaman hidup yang ditempatkan strategis.

Di sisi kiri dari tempat saya masuk, saya melihat sebuah bar kecil yang sederhana namun lengkap. Di sinilah berbagai minuman—baik non-alkohol maupun alkohol—disiapkan dengan detail. Seorang bartender dengan senyum tulus langsung menyapa saya dan menawarkan pilihan soda herbal house-made, hingga daftar koktail dengan karakter buah, flora, dan rempah. Bar ini terasa seperti ruang tunggu sebelum keberangkatan menuju pengalaman rasa yang lebih dalam.
Meja-meja ditata intim, namun tidak sempit. Saya melihat beberapa tamu menikmati brunch sambil bekerja dengan laptop, sementara pasangan di sudut ruangan tampak tenggelam dalam obrolan lembut. Aubree tidak menuntut kita untuk terburu-buru. Justru sebaliknya—ia menawarkan ruang untuk melambat.

Bagi Anda yang ingin menikmati suasana outdoor, Aubree juga memiliki teras yang cukup luas yang bias menampung 15-20 tamu. Cukup nyaman untuk menikmati cocktail di sore hari atau bercengkrama dengan teman-teman Anda sambal menikmati malam di jantung ibukota.
Melangkah Naik: Dimensi Baru di Lantai Dua
Ketika saya menaiki tangga menuju lantai dua, suasananya berubah drastis, seperti sedang berganti waktu dari siang ke senja. Lantai dua memiliki pencahayaan yang lebih lembut dan atmosfer yang lebih dewasa. Ini adalah ruangan yang dibuat untuk mencari ide, untuk perenungan, dan untuk percakapan dengan makna lebih dalam.

Bar di lantai ini lebih besar, dengan rak tinggi berisi koleksi minuman dari berbagai negara. Pencahayaan hangat dari lampu gantung dan aroma rempah dari koktail yang sedang diracik menciptakan suasana cozy yang tak bisa dilukiskan dengan kata lain selain: nyaman.

Ruangnya terbagi ke dalam beberapa zona. Ada area lounge dengan sofa besar dan bantal empuk, cocok untuk menikmati malam bersama teman. Di sisi lainnya, meja-meja kayu tertata untuk kebutuhan makan malam yang lebih formal. Ada pula area stage kecil untuk pertunjukan musik yang siap menghibur para tamu di waktu-waktu tertentu. Tapi yang paling membuat saya terkesan adalah keberadaan ruang-ruang privat yang tersembunyi di balik panel kayu.


Ada ruang karaoke besar yang lengkap dengan sistem audio profesional dan pencahayaan lembut, membuatnya ideal untuk reuni, ulang tahun, atau bahkan sesi lepas penat bersama rekan kerja. Lalu tersedia juga ruang meeting berukuran sedang, cocok untuk diskusi bisnis, presentasi, atau sesi kerja kreatif. Dan bagi Anda yang datang hanya berdua, Aubree juga menyediakan ruang privat kecil yang intim. Sebuah meja bundar, dua kursi nyaman, dan cahaya lampu hangat. Saya membayangkan makan malam romantis berlangsung di sana tanpa distraksi dunia luar.
Aubree: Bukan Sekadar Restoran, Tapi Sebuah Filosofi
Sebelum bicara soal makanan, saya merasa perlu menjelaskan apa itu Aubree bagi saya. Ini bukan tempat yang mencoba memikat dengan kemewahan semata. Aubree adalah ruang yang dibangun atas filosofi kehangatan, ketulusan, dan nostalgia. Setiap sudut, setiap elemen desain, hingga nada bicara stafnya mencerminkan niat untuk menghadirkan kenyamanan dalam bentuk paling elegan. Makanan di sini bukan sekadar sajian; mereka adalah cerita—diolah dari kenangan dan diracik dengan imajinasi.
Perjalanan Rasa Dimulai: Salad yang Serius
Saya memulai petualangan kuliner saya dengan Caesar Salad. Menu ini mungkin terdengar biasa, tetapi di tangan dapur Aubree, salad ini menjadi sesuatu yang pantas diperbincangkan. Romaine lettuce-nya renyah seperti baru dipetik dari kebun. Potongan grilled chicken hadir tebal dan juicy, bukan figuran tapi pemeran utama kedua. Crouton-nya sempurna: garing tanpa keras, gurih tanpa over-seasoned. Parmesan cheese yang digunakan bukan jenis sembarangan, terasa penuh karakter. Dan crispy bacon-nya? Tidak mendominasi tapi memberi kejutan rasa gurih yang melengkapi keseluruhan komposisi. Dressing-nya lembut, tajam, dan dibuat dengan keseimbangan yang elegan.
Sajian Utama: Sepiring Cerita dari Timur Indonesia
Hidangan utama saya adalah Nasi Campur Manado. Chef Ahmad Rivaldi menjelaskan kalau ini adalah menu favorit para tamu. Dan kenyataannya memang benar-benar pantas mendapatkan gelar itu. Di atas piring putih yang hangat, tersaji nasi putih pulen yang menjadi latar dari orkestra rasa khas Sulawesi Utara.

Sambal roa yang smoky dan pedas menyentak lidah, membangunkan indra. Dabu-dabu segar memberikan keseimbangan dengan rasa citrusy dan asam. Woku ayamnya harum dan penuh rempah, terasa seperti masakan rumah dari seorang nenek yang penuh kasih. Tumis daun pepaya, yang sering kali dihindari karena pahit, diolah dengan sangat baik hingga justru menjadi penyeimbang rasa. Telur mata sapi dengan kematangan yang pas dan bakwan jagung yang crunchy adalah sentuhan akhir yang membuat hidangan ini terasa utuh. Setiap suapnya menghadirkan rasa, tekstur, dan kehangatan yang membekas.
Koktail Nikmat yang Menghanyutkan
Sambil menunggu pencuci mulut, saya menikmati dua signature cocktail dari Aubree: Guava All the Way dan Hazelnut Milk Punch. Guava All the Way hadir ceria, fruity, dan ringan—cocok untuk siang yang terik atau sore yang santai. Sementara Hazelnut Milk Punch membawa saya ke dimensi berbeda: creamy, manis, dengan aroma kacang panggang dan rempah-rempah seperti kayu manis dan pala. Rasanya seperti pelukan dalam gelas.

Puncak Malam: Sunset Lagoon
Dan akhirnya, penutup yang sangat saya nantikan: Sunset Lagoon. Hidangan dessert hasil kolaborasi Aubree dengan Chef Jasper Remington ini adalah mahakarya. Chocolate mousse-nya lembut dan pekat. Lemon icing memberi sentuhan segar yang mengejutkan. Lalu ada crumble kacang dan karamel jeruk yang tidak hanya menambah tekstur, tapi juga memperkaya rasa. Lembaran kaca jeruk yang tipis dan renyah adalah elemen artistik yang mempertegas nama hidangan ini. Setiap gigitan adalah rasa senja yang memudar pelan-pelan di langit jingga.


Ragam Rasa yang Wajib Anda Coba
Satu kunjungan ke Aubree memang belum cukup untuk menjelajahi seluruh cerita yang tersaji dalam menunya. Meskipun kali ini saya hanya mencicipi beberapa hidangan utama dan pencuci mulut khas, saya sempat mengintip pilihan menu lain yang tak kalah menggoda. Di balik setiap nama, tersembunyi sentuhan budaya, teknik memasak yang matang, dan semangat eksplorasi rasa yang menjadi identitas dapur Aubree.
Salah satu yang paling sering disebut oleh tim Aubree maupun pelanggan setia mereka adalah Salmon Red Curry. Terinspirasi dari kekayaan kuliner Thailand, menu ini menghadirkan fillet salmon yang dimasak dengan sempurna—bagian luarnya golden seared, sementara bagian dalamnya tetap juicy dan lembut. Kuah kari kelapanya kaya rasa namun tidak berat, membungkus salmon dengan kehangatan rempah yang harmonis. Rasanya adalah pelukan hangat pada hari yang panjang—comforting tapi tetap eksotis.

Bagi penggemar daging merah, Lamb Rack dengan Glaze Asam Jawa Berempah adalah sebuah eksplorasi rasa yang kompleks namun menyenangkan. Potongan daging domba dimasak hingga empuk dan juicy, lalu dipoles dengan glaze asam jawa yang menghadirkan keseimbangan antara manis, asam, dan sedikit rasa tajam. Yang membuat menu ini istimewa adalah caranya memadukan rempah khas Timur Tengah dengan keasaman segar ala Nusantara. Setiap gigitan seperti membawa kita melintasi dua benua, tapi tetap terasa akrab.

Lalu, saya juga dibuat penasaran oleh sajian Short Ribs Nusantara. Disajikan di atas nampan kayu dengan daun pisang sebagai alas, sajian ini langsung memikat mata. Nasi hijau aromatik di tengah piring menjadi pusat dari simfoni warna dan tekstur: tahu dan tempe goreng, tumis sayur, lalapan segar, dan sambal dalam tiga versi rasa yang menggoda. Tapi bintang utamanya tentu saja iga sapi yang dimasak hingga empuk, dengan bumbu kecap manis dan rempah yang meresap sampai ke dalam serat daging.

Tak kalah memikat, Duck with Orange Sauce tampil sebagai hidangan penuh keanggunan. Potongan bebek dipanggang dengan kulit keemasan yang renyah dan daging yang lembut. Saus jeruk yang menggenang di sekitarnya bukan sekadar pemanis visual, tetapi juga penyeimbang rasa: asam, manis, dan sedikit pahit dari kulit jeruk yang dikaramelisasi, memberikan kesegaran pada rasa daging bebek yang kaya. Hiasan microgreens dan kulit jeruk tipis di atasnya mempercantik tampilan dan memberi aroma citrus yang halus. Ini adalah contoh klasik dari bagaimana Aubree menggabungkan teknik Prancis dengan sentuhan presentasi modern yang elegan.

Dan tentu saja, Ayam Panggang dengan Herbs Butter. Menu ini mungkin terlihat sederhana di atas kertas, tapi eksekusinya sangat berkelas. Ayam yang dipanggang perlahan dengan olesan butter berinfusi herba aromatik menghasilkan daging yang lembut dan kulit yang renyah keemasan. Aromanya menenangkan, seperti masakan rumah yang dinaikkan satu level ke elegansi restoran.
Kesan yang Lebih dari Sekadar Kenangan
Saya meninggalkan Aubree malam itu dengan langkah pelan. Bukan karena berat kenyang, tapi karena saya merasa seperti baru saja meninggalkan ruang di mana waktu berjalan lebih lambat dan hidup terasa lebih utuh. Aubree mengingatkan saya bahwa makanan bukan hanya tentang rasa, tetapi tentang bagaimana kita merasa saat menyantapnya—tentang siapa yang menemani kita, tentang percakapan yang kita jalani, dan tentang ruang yang membuat semuanya mungkin.
Aubree bukan tempat yang datang dengan riuh. Ia hadir seperti alunan musik di sore hari: lembut, dalam, dan diam-diam menyentuh jiwa. Tempat ini bukan hanya tempat makan. Ia adalah tempat pulang—bagi siapa pun yang mencari kehangatan, keindahan, dan keintiman di tengah kota yang tak pernah diam.