Selepas magrib usai, di depan bangunan joglo, rumah Yasa Amrta, di Kudus, Jawa Tengah, seorang model Adinda Cresheilla, menapaki anak tangga, ia melangkah dengan gaun rancangan Denny Wirawan koleksi Sandyakala Smara, berupa setelan corset dress dan overcoat bergaya 50s dengan aksen Batik Kudus yang focal. Langkahnya elegan, tenang, dengan sorot mata yang yakin, menuju ke hadapan tempat duduk front row para tamu VVIP yang berdatangan dari Jakarta. Adinda Cresheilla (panggilannya, Dinda), sangat menikmati jalur catwalk yang ia lalui, menebarkan aura feminine dan glam. Padahal dulu ketika SMP pemain bola dan pernah ikut pertandingan di Pekan Olahraga Pelajar Daerah di Malang, Jawa Timur. Dinda juga bermain basket. Waktu ia kuliah di Universitas Indonesia, timnya pernah meraih 1st Runner Up UI Basketball CUP tahun 2016/2017. Kontras dengan raihan prestasi yang sudah ia capai seperti; Puteri Indonesia Jawa Timur 2022, Puteri Indonesia Pariwisata 2022, dan 3rd Runner Up Miss Supranational 2022 yang berlangsung di Malopolska, Polandia.
Menjelang akhir November ini, kegiatan Dinda semakin memadat, apalagi setelah ia dipilih sutradara Ardy Octaviand untuk main bersama Amanda Manopo dan Yoshi Sudarso, dalam series berjudul ‘Paylater’. Luxina bertemu Dinda di InterContinental Jakarta Pondok Indah, berbincang-bincang singkat sambil menikmati oleh-oleh yang ia bawa dari mana-mana (ada kripik-kripik dari Malang, sampai moci yang ia bawa dari Tokyo hasil dari pulang nonton konser Coldplay di Tokyo Dome). Oleh-oleh tersebut ia bawa di dalam tas anyaman UMKM, “…ini tasnya buat Luxina juga,” ujarnya.
Bagaimana awalnya gadis tomboy akhirnya berkarir di industri fashion dan entertainment?
Aku dulu ikut sekolah modeling di Malang, namanya Color Models. Inc. Aku disana belajar dari mas Agoeng. Setiap minggu, aku belajar modelling. Ternyata lama-lama aku merasa ada passion dan nyaman di depan kamera. Mulailah aku beranikan diri coba ikut lomba-lomba kecil di Malang. Lomba yang tiap minggu selalu ada di mall-mall. Tiap minggu, aku berusaha untuk coba, meskipun enggak semuanya menang, aku enggak bosan untuk terus mencoba. Lama kelamaan, mulailah diajak sama mas Agoeng untuk show lokal. Wah, aku merasa suka banget dengan industri ini.
Setelah itu ikut kompetisi pageant?
Pertamakali ikut pageant, di Malang, namanya Hilo Green Ambassador tahun 2013. Waktu itu aku masih 17 tahun, finalis termuda. Tahun 2015 aku ikut Puteri Indonesia, kalah, belum rejeki. Tapi rasanya waktu itu aku sakit hati banget karena di tahun 2015 itu aku pun gagal juara DBL (Development Basketball League), gagal dapat scholarship, rasanya aku berada di titik depresi. Di moment itu, aku ada kesempatan pergi umroh, pulang Umroh, aku dapat rejeki bisa keterima di Universitas Indonesia, double degree di Fisip Ilmu Komunikasi. Tahun 2017 aku mendapat Vice-Chancellor Scholarship Recipient (2019) di Deakin University, Melbourne. Aku ambil Bachelor of Communication di Digital Media. Eh ternyata dari perjalananku ini mulailah yang aku inginkan terbuka. Ternyata, rencana tuhan itu benar-benar jauh lebih besar dari apa yang kita harapkan. Ternyata, untuk bisa ikut ajang pageant, aku disuruh belajar dulu, belajar mendewasakan diri dulu, belajar mandiri dulu. Dulu, ketika gagal di tahun 2015, aku berjanji sampai nangis-nangis di depan Ibu. Bu, pokoknya aku mau coba lagi dengan persiapan yang lebih matang. Dan itu menjadi doa dan jadi jalan pembelajaran hidup, sampai akhirnya 7 tahun kemudian, 2022, aku ikut Puteri Indonesia lagi.
Di ajang Miss Suprantional 2022 di Polandia, Dinda meraih 3rd Runner Up dan penghargaan Supra Chat Winner, apa sih itu?
Di Miss Supranational selalu ada sesi Supra Chat. Di sesi conversation ini setiap finalis dikasih pertanyaan-pertanyaan, yang menarik adalah mungkin sebagai pageant queen kita terlatih untuk menjawab pertanyaan dengan cepat singkat padat, gitu ya. Nah, di Supra Chat ini lebih kepada conversation bagaimana kamu bisa membuka diri dengan pribadi yang otentik. Suasananya enggak kaku, lebih mengalir santai, karena memang di Supra ini lebih memprioritaskan kepribadian, dari kacamataku ya, dan dari pengalaman yang sudah aku dapatkan di sana, they’re looking for ambassador yang bisa menularkan personality yang ramah, kepribadian yang friendly dan positif, jadi mungkin salah satu dari value tersebut ada di Supra Chat.
Apa pencapaian tersebut ada efek dari Dinda sekolah di Melbourne?
Pastinya aku yakin iya, mau gak mau ya. Di Melbourne sambil sekolah aku juga ambil part time kerja di resto, jadi kasir dan pencuci piring. Selama di Melbourne aku ga dibiayain orangtua, aku dapat scholarship 50%, setengahnya kan masih mahal banget, jadinya aku harus kerja. Aku browsing di youtube, bagaimana pelajar-pelajar Indonesia yang ambil part time. Secara fisik capek, jam kerja lebih banyak dari pada jam belajar, demi aku bisa bayar uang tuition. Cuma akhirnya aku jadi lebih gampang bertemu orang baru, karena sebagai kasir aku bertemu orang baru terus.
Apa yang Dinda nikmati dari ajang Miss Supranational?
Alhamdulillah, aku mendapat banyak kasih, apalagi sepulang dari Polandia, banyak support, apresiasi yang diberikan oleh orang-orang yang mungkin aku enggak tahu siapa mereka. Itulah titik aku mendapatkan kasih sayang terbanyak, dari orang-orang yg cuma melihat dan nge-judge aku di sosial media, tapi mereka bisa mengapresiai kerja kerasku yg aku lakukan selama 3 minggu aku berkompetisi. Rasanya bukan saja bangga, tapi juga sangat content, karena aku juga mungkin orang yg cukup perfectionist, dalam beberapa level aku keras pada diriku, aku banyak mengevaluasi diri karena aku pengen setiap hari bisa lebih baik. Misalnya, dalam jawabanku di final, aku merasa kurang karena aku tahu aku bisa lebih baik, tapi ternyata orang-orang tetap bisa mengapresiasi apa yang sudah aku lakukan.
Kalau enggak enaknya, ada?
Hm, enggak enaknya, kita satu hotel dengan 70 gadis dari 70 negara yang berebda, kepribadian yang berbeda, kultur dan semuanya beda. Jadinya beberapa di antara mereka kompetitifnya tinggi banget. Sampai ada yang membuat kita merasa enggak nyaman. Pernah kakiku diinjak, seakan-akan ada yang terintimidasi, padahal aku tidak melakukan apa pun yang mengganggu. Tapi pastinya aku enggak revenge, biarin saja mungkin dia sedang lack of confident, mungkin itulah salah satu hal yang sedikit mengganggu memori indah di Polandia.
Bagaimana setelah usai acara di Polandia?
Aku bersyukur tim dari Yayasan Puteri Indonesia dan Mustika Ratu tbk, banyak menggandeng media partner, teman-teman dari pageant channels. Jadi ketika aku pulang, aku sangat disambut dengan title Supra yang baru. Yang terpenting dari salah satu tujuanku pergi ke Miss Supranational, selain Indonesia mendapatkan placement yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya adalah aku pengen bisa memberikan jembatan kerjasama yang baik antara Indonesia dan Polandia, khususnya terhadap Miss Supranational Organization. Karena aku yakin jembatan ini ke depannya enggak hanya bermanfaat buat aku tapi juga buat adik-adikku di bawah, terhadap entah ke depannya siapapun yang akan dikirim ke sana mereka bisa lebih lancar jalan komunikasinya, mereka bisa paham bagaimana perspective, dan lain-lainnya. Alhamdulillah sangat senang sekarang kita punya hubungan yang baik dgn Miss Supranational Organization. Nama pemiliknya Gerhard Parzutka.
Minat utama Dinda sebenarnya apa?
Aku memang punya banyak minat. Aku berusaha mendifersifikasikan ability ku, karena aku pengen bisa menjadi orang yang different, orang yang bisa mengulurkan banyak berkah ke banyak tangan. Mungkin Alhamdulillah, aku suka sport, aku suka tarik suara, modelling aku suka banget, meskipun aku tahu banyak sekali keterbatasanku. Misalnya, di basket dan sepakbola, aku tau kalau lututku udah cedera, jadi yaudah aku akan tetep main tapi aku tau batasku dimana. Di modelling, tinggiku gak semampai seperti model-model pada umumnya, ya udah, aku maksimalkan yang aku bisa, belajar untuk bagaimana cara pemotretan commercial, editorial, atau beauty, aku berusaha mencari celah dari semua itu, ternyata dari celah-celah tersebut aku bisa menemukan kenyamanan.
Setelah ajang pageant berlalu, sepertinya karir dan kegiatan Dinda semakin banyak?
Setelah dari Puteri ini mau ngapain siy? Aku sudah enggak bisa bergantung sama Puteri lagi, aku sudah enggak bisa bergantung dengan kegiatan-kegiatan yang di arrange sama Puteri Indonesia. Ini merupakan salah satu ketakutanku, setelah Puteri mau apa? Setiap kali bertemu orang, ketika sebulan sebelum lengser (April). Selalu orang-orang bertanya, habis ini mau ngapain, habis ini mau ngapain, itu pertanyaan terserem yang aku dapatkan, karena aku juga enggak tahu jawabannya apa. Tapi sebenarnya aku tahu end-game nya, aku pengen bikin sekolah, aku pengen jadi UN Ambassador. Untuk jalan kesana pasti butuh tangga-tangga kecil yang aku harus lalui. Dan salah satunya mungkin melalui tangga-tangga entertainment, dapat exposure dulu, dikenal orang lebih banyak lagi, tidak hanya di pageant, tapi sesuatu yang lebih luas.
Bagaimana ceritanya bisa terlibat di series ‘Paylater’?
Satu kali aku diajak Mbak Artika Sari Dewi (Puteri Indonesia 2004) untuk datang ke premiere karya film sutradara Ardy Octaviand. Setelah it kita berteman, enggak berapa lama kemudian, ternyata ada panggilan casting untuk series ‘Paylater’ ini, saya coba ikut. Ceritanya tentang seseorang yang ketergantungan shopping, tentang shopaholic, yang ngutang karena ada fitur Paylater.
Adinda Cresheilla lahir di Surabaya, 29 Januari 1998. Berbicara dengannya membuat tak terasa waktu bergulir panjang, mungkin karena ia menjawab segala sesuatu dengan tenang, ringan, dan on point. Isi jawaban seperti bercerita, menyenangkan. Interaksinya seperti layaknya teman lama, eye contact, merespon setelah lawan bicara selesai berbicara. Pantaslah Dinda mendapat anugerah Supra Chat Winner.
Lokasi: Hotel InterContinental Jakarta Pondok Indah