Bagaimana kira-kira seorang fashion designer yang berada di lingkaran sosial crème de la crème Jakarta merayakan 30 tahun ia berkarya? Hm, pasti perkiraan yang langsung muncul adalah satu dugaan bermotif ‘Great Expectation’. Dan ketika perhelatan perayaan berlangsung, hadapilah kenyataan bahwa sang desainer lebih menuruti kata hatinya ketimbang menyesuaikan diri dengan harapan-harapan klise publik fashion.
Terlahir Trapeze
Tahun ini Didi Budiardjo merayakan 30 tahun berkarir di upper level arena fashion Indonesia. Pencapaian milestone glamorama high-fashion ini ia peringati dengan peragaan busana besar berjudul ‘Terlahir Kembali’. Ketika rancangan pertama muncul di atas runway, mulai terasa bahwa Didi terlahir kembali dengan sikap yang lebih santai, tetap high fashion, tapi no pretentious. Karya pertama berupa trapeze gown berlengan pendek dan high neck, dengan volume besar mulai dari bawah punggung sampai ujung train. Gaun bermotif hybrid baroque dan batik pesisiran. Relax.
Bersenang-senang Diagonal
33 gaun selanjutnya, tidak ada keterkaitan khusus dengan baju pertama. Pada rancangan berikutnya Didi bersenang-senang dengan permainan siluet menggunakan fabric yang sesuai. Misalnya tube dress merah yang dilingkari ruffle besar, ruffle diatur dari belakang, lalu melingkar diagonal di depan badan, dan berakhir membentuk siluet mermaid di bawah. Tube dress nya sendiri terbuat dari bahan metalik yang dibungkus padat dengan teknik wrapped bahan lace. Ada juga tube dress warna emas berteknik drapery yang di mulai dari bagian depan dada lalu berkumpul di pinggang dan terjuntai (side swipe) dengan lembut ke sisi kiri gaun. Gaun lain yang berpola kira-kira sama, ia tambahkan dengan Elizabethan collar yang volumenya massive menutupi leher dan pundak.
Memang di tahun-tahunnya terdahulu, Didi selalu menjajal berbagai hal yang mencengangkan, misalnya desain yang futuristik, cutting yang rumit, dan siluet yang sculptural. Mungkin di tahun ke 30 ini Didi tidak merasa perlu menjajal dan membuktikan apa-apa lagi, ia hanya ingin bermain dengan cinta nya pada busana. Pada konferensi pers Didi mengatakan bahwa karya-karyanya kali ini terinspirasi dari cinta, cinta yang menggerakkan dirinya untuk berkarya. Cinta yang indah memang cinta yang mengikuti kata hati.
Benang Warna Merah
Maka, kalau sudah berkarya lebih dari 30 tahun, perasaan cinta bisa membuat siapa saja tidak ambil peduli dengan pertanyaan ‘apakah sebuah presentasi satu koleksi busana harus tematis?’ Who care? ‘Haruskah satu koleksi memiliki benang merah’, well bisa dilihat ada beberapa gaun berwarna merah, pasti memiliki benang merah untuk menjahitnya. I feel you Didi Budiardjo, happy 30th workaversary.
Foto: Tim Muara Bagdja