Kontradiksi selalu menghasilkan percikan yang mengundang untuk diperhatikan, formula yang akan menarik apabila kekontrasan dibangun dengan perbedaan yang nyata. Koleksi Sportmax kali ini menghadirkan kontradiksi yang tinggi, antara keteraturan dan kesemrawutan, ringan dan bobot, ribut dan diam, agar teriakan kontras bisa ‘sweet’, dipilihlah palet warna yang lembut, dari mulai warna putih, turangga, kecubung, kinantan, nusaindah, keperakan, hingga hitam. Kontradiksi desain yang tampil antara lain, celana boxy keperakan yang terlihat chaos, dikenakan dengan halter top yang fit dan presisi, dress warna kinantan tanpa lengan berpotongan empire, elemen dari garis empire ke bawah ‘chaos’ dengan rok gathered bertingkat yang Cuma separuh kanan plus celana berdetail simpul-simpul acak. Sportmax mendasari idenya ini dari pemikiran seorang seniman, produser, dan music theorist bernama John Cage, yang dikenal dengan satu komposisinya yang berjudul 4’33, alias empat menit tiga puluh tiga detik, berupa komposisi tanpa musik, tanpa suara, hening dan senyap, kontra dengan penglihatan yang sibuk mencari-cari apa yang terjadi.
Syahmedi Dean
Syahmedi Dean adalah seorang penulis yang telah menerbitkan sejumlah buku dan juga seorang jurnalis Mode dan Seni. Ia sudah meliput London Milan Paris Fashion Week sejak tahun 2000. Ia lulus dari Fakultas Seni Rupa Isntitut Seni Indonesia Yogyakarta, Program Studi Desain Komunikasi Visual. Kemudian memulai karir jurnalistik di majalah Femina tahun 1996, lalu berturut-turut menapak naik ke media-media terkemuka nasional seperti majalah Harper’s Bazaar Indonesia, majalah Dewi, majalah SOAP, Harian Media Indonesia, dan majalah Estetika. Dengan segenap perjalanan karirnya, kini ia menjadi Co-Founder dan Editorial Director LUXINA.