Selama pemerintah memberlakukan lockdown di seluruh negeri Italia, kota kecil Milan berubah bagai kota senyap, tak terdengar lagi sahut-sahutan saling sapa ramah ‘Buongiorno!’. Jalan-jalan sepi dari keriuhan. Pedestrian yang biasanya hilir mudik di Via Torino hingga Via Orefici drastic absen. Jalan-jalan batu peninggalan Romawi di Via Dei Giardini dan dinding-dinding abu-abu di Via Borgonuovo bagai ditinggalkan kehidupan. Namun semua keheningan ini tampak lain di mata Giorgio Armani, ia melihat satu keindahan, penuh damai, sesuatu yang laik untuk ditransfer menjadi gaun-gaun Armani Privé. 50 set rancangan pun diwujudkan dari keheningan tersebut, lalu difilmkan di dalam Palazzo Orsini, bangunan dari abad XVII yang kini menjadi headquater Giorgio Armani, di Via Borgonuovo. Dibawakan oleh model-model yang dipoles cantik alami, kecantikan yang relevan dengan situasi dunia yang sangat butuh joy dan ketenangan batin.
Lihat Apa Yang Meliuk Di Atas Bodice
Satu ballgown warna merah magenta dari bahan magenta berlapi sifon tampil tenang karena bersih dari kesibukan detail-detail ‘riweuh’, namun lihat lah apa yang terjadi di bagian atas bodice, liukan dari teknik wrapped yang membentuk mawar asimetri di sebelah bahu, sangat elegan. Selain taffeta, penggunaan bahan tulle yang dimainkan sebagai hiasan layer dan drapery membuat mood jadi melankolis. Ada satu gaun yang sangat sederhana, ala slipdress namun melebar A line dengan teknik kerut di sisi tepi atas gaun, sangat lembut, tebaran beads tak berkelip bertemu dengan kehalusan embroidery di bagian hemline, seperti kemewahan humble yang sedang jatuh cinta. Jaket-jaket pendek tradisi Armani tentu tetap hadir, dengan sedikit perbedaan penting, mereka semua bergaris bahu pagoda, ramping dan lancip, dikenakan dengan celana panjang sederhana, atau juga dengan full skirt taffeta berlapi tulle.
Foto: Armani Privé