Seberapa kaya pengetahuan kalian tentang macam rupa donat yang menggiurkan? 10 macam? 80 macam? Sudahlah, menyerah saja, galeri BAIK ART menyajikan 119 rupa donat yang menggiurkan imajinasi di ART JAKARTA 2023. Sang donat terlihat shiny dan glossy, menggiurkan sekali. Masalahnya donat-donat ini terbuat dari keramik, jumlahnya 119, menempel di dinding, seolah sudah tercelup glaze yang manis aneka warna, cokelat, vanilla, dan stroberi. Barisan donat ini kalau dilihat secara keseluruhan, sangat menebarkan vibe gembira dan instagramable, lalu kalau dilihat lebih dekat satu per satu, bisa membuat tersenyum sembari membawa imajinasi ke gaya hidup urban di kota besar. Makan donat sebelum masuk kantor, atau saat jajan-jajan sore di antara rapat back-to-back. Donat-donat ini karya seniman dari Seoul bernama Kim Jaeyong, ia banyak berekspresi seni dengan medium keramik dan seni instalasi. Donat-donat cantik ini bagi Kim adalah simbol ketamakan dan keserakahan. Ups, o, oo…

Donat membuat happy dan cara kita menikmati karya keramik
“Aku mulai membuat banyak donat karena mereka bisa membuatku happy,” ujar Kim pada siaran pers. “Donat adalah suguhan, tapi enggak semuanya baik. Donat, gula-gula, junk food adalah tipikal sajian untuk orang yang hidup dalam masalah finansial atau yang satu level di atasnya. Murah dan enak, donat juga bisa meningkatkan energi dengan cepat sehingga bisa membuat orang terus melaju. Donat juga bisa kasih baluran kebahagian ketika kehidupan mulai terasa pelik,’ ujarnya lagi. Akhirnya donat-donat Kim membuat dilema, cantik tetapi menyimpan tabir perjuangan orang-orang urban. Donat-donat ini terbuat dari clay yang pembuatannya melalui tiga tipe pembakaran, proses kratif dan hasil akhir donat tersebut adalah bagian usaha Kim Jaeyong menciptakan cara baru yang menyenangkan bagi orang-orang dalam menikmati keramik. Kim memegang Master’s Degree di bidang Fine Arts in Ceramics di Cranbrook Academy of Art, di Michigan, Amerika Serikat.

Jangan lupa minum Teh Poci
Setelah menikmati Donat, BAIK ART, dengan baiknya tidak membiarkan pengunjung keselek tanpa imajinasi minuman. Maka, tak jauh dari paparan donat, terdapatlah karya-karya seniman Mella Jaarsma dari Yogyakarta. Ia menyuguhkan budaya minum teh di Jogya sebagai simbol interaksi sosial dan ramah racial diversity. Salah satu karya berjudul Lords of the Tea 1 & 2, terbuat dari sambung-sambungan emblem bordir teh poci yang membentuk volume abstrak (tampak seperti kostum tube dress) yang bagian atasnya dibuat sebagai tatakan tempat cangkir dan teko tradisional seduhan teh. Karya ini berharga $25.000 USD. Kemudian, Mella juga menyertakan 3 karya lain, masing-masing berdimensi 40 x 56 cm, dibuat dengan teknik pensil, tinta, gouache bordir emblem teh poci, dan hand printed. Harga satuannya Rp 20.000.000,- Mella berasal dari Belanda, ia belajar seni di Minerva Academy di Groningen (1974-1984), kemudian pernah juga belajar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta (1985-1986). Mella Jaarsma bersama Nindityo Adipurnomo membangun Cemeti Art House di Yogyakarta tahun 1988, salah satu tempat awal yang dibuat untuk sajian seni kontemporer di Indonesia.

embroidered emblems of thea packages, stainless steel and enamel
various dimension, series 2 of 2

pencil, ink, gouache, hand printed tea package, embroidered emblem, 40 x 56 cm

pencil, ink, gouache, hand printed tea package, embroidered emblem, 40 x 56 cm

pencil, ink, gouache, hand printed tea package, embroidered emblem, 40 x 56 cm