Pernahkah kalian bersuara karena melawan kenyataan yang ada? Atau setidaknya kalian meneriakkan suara secara visual? Museum Macan sedang mengumpulkan suara-suara tersebut, dalam sunyi, tetapi berteriak keras secara visual. Misalnya ketika teriakan berbentuk sebongkah batubata yang siap dilemparkan ke kaca-kaca kedualatan, 4500 batubata tersebut menumpuk di salah satu ruangan di Museum Macan, boleh diambil oleh pengunjung museum, untuk dipakai sebagai representasi melemparkan ‘teriakan’. Di atas batubata terpahat tulisan ‘THREAT’, semacam ancaman untuk menghancurkan ancaman. Batubata ini karya dari seniman India bernama Shilpa Gupta, terbuat dari sabun yang lembut, siap untuk menyabun dan membersihkan amarah dalam hati. Pameran ini berjudul Voice Against Reason, sebuah pameran grup besar yang melibatkan 24 perupa dari lintas Asia-Pasifik, di antaranya Australia, Bangladesh, India, Indonesia, Jepang, Singapura, Thailand dan Vietnam. Perupa yang terlibat di antaranya: Bagus Pandega; Nadiah Bamadhaj; Chang En Man; Heman Chong; Griya Seni Hj. Kustiyah Edhi Sunarso, Hyphen—, Tom Nicholson with Ary “Jimged” Sendy, Aufa R. Triangga, Nasikin Ahmad; Emiria Soenassa; Galih Johar; Shilpa Gupta; I Ketut Muja; I Wayan Jana; Ika Arista; Jumaadi; Khadim Ali; Meiro Koizumi; Natasha Tontey; Tuan Andrew Nguyen; Mumtaz Khan Chopan, Ali Froghi, and Hassan Ati; Rega Ayundya Putri; S. Sudjojono; Khaled Sabsabi; Kamruzzaman Shadhin; Sikarnt Skoolisariyaporn; Amin Taasha; dan The Shadow Factory.
Isu dan ide yang bergolak dari perupa
Pameran ini merajut realitas yang sementara dan rapuh, yang terhubung dengan narasi-narasi pribadi, konteks sejarah, dan tema-tema politik, serta geografi, semua melalui sudut para perupa kontemporer terkemuka. Aaron Seeto, Direktur, Museum MACAN, berkata, “Voice Against Reason menghadirkan deretan perupa terkemuka dari seluruh Asia. Pameran ini dimulai dari gagasan bahwa perupa membantu kita dalam menyuarakan dan memberi bentuk pada isu-isu dan ide-ide yang terkadang bergolak di bawah permukaan, atau yang mungkin berlawanan dengan arus. Di masa ini, di mana teknologi terkadang mendorong keseragaman, atau penulisan sejarah yang menyamarkan pengalaman individu dan pribadi yang berbeda, berbicara atau mengungkapkan pendapat adalah hal yang penting agar kita dapat melihat lingkungan sekitar dengan cara yang lebih kritis. Selama lebih dari 12 bulan, kami telah bekerja sama dengan para perupa dalam mengembangkan dan mengkomisi sejumlah karya baru yang akan dipamerkan bersamaan dengan karya-karya besar oleh para perupa dari seluruh regional Asia. Voice Against Reason digagas tidak hanya sebagai sebuah pameran, namun sebagai sebuah wadah keterlibatan yang dinamis antara perupa, karya, dan pengunjung, yang diaktivasi melalui wicara, kuliah umum, dan presentasi selama periode pameran berlangsung.”
Keterlibatan audiens dengan karya seni
Voice Against Reason dilengkapi dengan rangkaian diskusi, program kuliah terbuka, dan program-program publik. Rangkaian acara ini direncanakan akan berlangsung sepanjang periode pameran, serta dirancang untuk memperdalam keterlibatan audiens dengan karya seni dan tema-tema yang digagas, dan diselenggarakan oleh tim Kuratorial dan Edukasi Museum MACAN, dengan dukungan ko-kuratorial dari Putra Hidayatullah dan Rizki Lazuardi Nin Djani, Kurator Edukasi dan Program Publik Museum MACAN, berkata, “Voice Against Reason menyoroti isu seputar kedaulatan, partisipasi, dan beragam cara kita menginterpretasi seni dan peristiwa. Kerangka kuratorial ini mendorong tim Edukasi kami untuk lebih banyak melibatkan siswa dan guru dalam jejaring kami. Kami melakukan pendekatan-pendekatan baru dalam proses produksi materi pendidikan, dengan memperbanyak kolaborasi dan mengajak beragam komunitas untuk turut berkontribusi.”
Wayang kertas pemantik imajinasi
Putra Hidayatullah, ko-kurator, berkata, “Dengan melibatkan perupa dari Australia, Bangladesh, India, Indonesia, Japan, Singapore, Taiwan, Thailand, dan Vietnam, pameran ini mengajak kita menggali lebih dalam tentang perbatasan, narasi pribadi, sejarah, dan politik yang saling terkait dengan geografi dan lanskap budaya yang beragam.” Bertepatan dengan pembukaan pameran, Museum MACAN juga menghadirkan penampilan perdana dari Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang, sebuah pertunjukan wayang terbaru oleh Jumaadi dan The Shadow Factory, dengan jadwal pertunjukan terbatas pada 18-26 November 2023. Pertunjukan wayang yang inovatif ini menampilkan ratusan wayang kertas dalam berbagai ukuran dan bentuk, setiap wayang kertas mewujudkan sebuah potongan peristiwa, dan dimainkan secara terampil oleh dua orang pawang bayang-bayang di atas dua mesin OHP (overhead projector) diiringi dengan musik eksperimental. Pertunjukan yang berdurasi 45-60 menit ini mengandung unsur kekerasan dalam sejarah dan cocok untuk segala umur, dengan bimbingan orang tua untuk anak-anak. Pengunjung dianjurkan untuk melakukan reservasi terlebih dahulu karena keterbatasan kapasitas di www.museummacan.org/shadowplay.
Wicara ‘Remnants and Remembrance’
Sebuah wicara bersama Hyphen–, Kamruzzaman Shadhin, Nadiah Bamadhaj, Natasha Tontey, Sikarnt Skoolisariyaporn, dan Khaled Sabsabi bersama dengan para ko-kurator Rizki Lazuardi dan Putra Hidayatullah, dalam rangka pembukaan Voice Against Reason pada hari Sabtu, 18 November 2023, dari pukul 13:00-15:00 WIB. Dibawakan dalam Bahasa Inggris, wicara ini akan diselenggarakan dalam dua sesi berdasarkan tema yang diangkat oleh para perupa. Sesi pertama yang berjudul ‘Remnants and Remembrance’ akan membedah praktik artistik yang digunakan untuk menyampaikan suatu memori kolektif. Sementara sesi kedua yang bertajuk ‘Future Forecast’ akan berfokus pada eksplorasi pergeseran praktik budaya dan tradisi, juga peran teknologi dan seni kontemporer dalam prosesnya.
Sirkus dari pabrik pembuatan bayang-bayang
Voice Against Reason dibuka mulai tanggal 18 November 2023 hingga 14 April 2024. Tiket saat ini sudah tersedia di https://www.museummacan.org/tickets dan mitra tiket: Loket.com, Tiket.com, dan Traveloka. Voice Against Reason telah didukung oleh pemerintah Australia melalui pendanaan bidang seni dan badan penasihat dari Creative Australia. ‘Voice Against Reason’ didukung oleh Mowilex sebagai Mitra Cat Resmi; Common Grounds Coffee Roaster, TMN, and Samsung The Frame | The Serif sebagai Mitra Pameran dan Program; Artotel sebagai Mitra Hotel Resmi; dan Qantas sebagai Mitra Maskapai Penerbangan Resmi. Museum MACAN berterima kasih atas dukungan Samdani Art Foundation untuk karya Kamruzzaman Shadhin, serta Metis Tetrad Program Jakarta yang telah mendukung presentasi Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-Oyong Ayang-ayang oleh Jumaadi dan The Shadow Factory.