“What is French style?” begitu pertanyaan yang terdapat di dalam siaran pers yang disebarkan oleh Louis Vuitton. Jarang-jarang kan siaran pers dimulai dengan sebuah pertanyaan. Tetapi ini cool, pertanyaan yang sebenarnya masih menggelitik, karena banyak sekali persepsi tentang French style. Dan tampaknya pertanyaan ini membuat Creative Director Nicolas Ghesquière menurunkan kecepatan terbangnya untuk travel ke masa depan, menoleh sejenak ke keadaan di jalanan di bumi, di tengah orang-orang yang bergegas pergi bekerja, di sempitnya waktu kaum social butterfly untuk dirinya sendiri. Koleksi ini begitu membumi, realistis dengan overcoat, camisole, pantalon, dengan shawl panjang terjuntai dari belitan di leher. Unsur spirit Louis Vuitton yang selalu ingin travel ke masa depan, ditekan serendah-rendahnya (tidak dihilangkan), sehingga less futuristic, tetapi tetap tersirat, seperti jaket-jaket yang bervolume bulat berdetail leather pada bahu. Juga gaun-gaun off shoulder yang garis atas baju dibuat menebal rada robotic. Apakah telah terjawab pertanyaan tentang apa itu French style? Mungkin ini jawaban terbarunya, jawaban yang tetap ingin membawa fashion melangkah ke masa depan dengan realistis.
Syahmedi Dean
Syahmedi Dean adalah seorang penulis yang telah menerbitkan sejumlah buku dan juga seorang jurnalis Mode dan Seni. Ia sudah meliput London Milan Paris Fashion Week sejak tahun 2000. Ia lulus dari Fakultas Seni Rupa Isntitut Seni Indonesia Yogyakarta, Program Studi Desain Komunikasi Visual. Kemudian memulai karir jurnalistik di majalah Femina tahun 1996, lalu berturut-turut menapak naik ke media-media terkemuka nasional seperti majalah Harper’s Bazaar Indonesia, majalah Dewi, majalah SOAP, Harian Media Indonesia, dan majalah Estetika. Dengan segenap perjalanan karirnya, kini ia menjadi Co-Founder dan Editorial Director LUXINA.