Sebagai Creative Dirctor, Maria Grazia Chiuri begitu konsisten dan fokus mempertajam citra dan pengikonikan Dior di dalam ‘perang identitas’ di fashion universe. Untungnya Christian Dior memang sudah membangun satu citra yang solid, sehingga dengan mudah (tampaknya mudah ya, walau kita tidak tahu mungkin dalam prosesnya Maria jungkir balik) Maria mengembangkan ide-ide yang relevan untuk kehidupan modern saat ini. Satu yang paling mengesankan adalah cara Maria membuat DNA Dior menjadi pakaian-pakaian yang begitu light, ringan, chic, tanpa meninggalkan gaya tahun 50an. Rok-rok New Look yang mekar dikenakan dengan kemeja slim (lengan digulung), kancing di dada dilepas, wah ini satu persilangan masa yang keren, 50s dan ‘today’, persilangan kultur juga, antara Parisian yang super fashion dengan gaya Southern Italy yang everyday chic. Motif-motif floral ciptaan Bapak Christian Dior di desain ulang dengan tambahan benang metalik, kembang-kembang jadi berkilau kalem. Terdapat tambahan motif tartan di beberapa rancangan, namun motif kotak-kotak tersebut dibuat pudar-pudar, sehingga keberadaannya redup, tak bisa mengalahkan keberadaan motif floral.
3 wanita dan satu tarian Jawa
Selain merujuk untuk kebutuhan wanita berpakaian di saat ini, Maria juga membuat koleksi ini dengan menggunakan 3 muse wanita dari era tahun 50an. Mereka adalah Catherine Dior (adiknya, you know…), Édith Piaf, penyanyi yang sangat legendaris, dan Juliete Gréco, juga seorang penyanyi Paris yang selalu memakai gaun hitam. Di tahun 1963 Juliete memiliki lagu hits yang berjudul La Javanaise, artinya ‘JAWA’. Sebagian liriknya seperti ini: “Mon amour. Ne vous déplaise en dansant la Javanaise. Nous nous aimions le temps d’une chanson.” Yang artinya: “Kekasihku. Apakah tarian Jawa ini menggodamu atau tidak, kita akan tetap saling mencintai di sepanjang lagu.” Menarik ya, di jaman itu tarian jawa sudah dikenal sampai dijadikan lagu, Pada bagian penutup fashion show, lagu yang diputar adalah lagunya Edith Piaf yang berjudul ‘Non, je ne regrette rien’, yang artinya: Tidak, saya tidak menyesali apa pun.