Haute Couture adalah puncak dari segala kreativitas di industri fashion, setiap acara ini digelar di Paris, para ‘pemain’ fashion di seluruh dunia akan memperhatikan, mencari tau keunggulan apa yang sedang dipertontonkan, inovasi-inovasi apa yang bisa menginspirasi. Salah satu ratunya inovasi adalah desainer Iris Van Herpen, yang menjadi invited member dari organisasi The Fédération de la Haute Couture et de la Mode (FHCM), sejak tahun 2011, dan hingga kini rutin mempersembahkan koleksi haute couture dua kali dalam setahun. Di dalam rancangan-rancangannya Iris selalu menggabungkan multi disiplin teknik dengan craftsmanship artisan yang rumit, menggunakan bahan dan material yang luxury, serta mendorong kesan avant-garde. Untuk memantapkan inovasinya, Iris kerap berkolaborasi dengan seniman-seniman dari seluruh dunia, misalnya; dengan koreografer Damien Jalet dari Belgia, seniman kinetic Anthony Howe dari Amerika Serikat, arsitek multi disiplin Philip Beesley dari Kanada, seniman komputasi Neri Oxman dari Amerika Serikat, dan yang baru saja ia perkenalkan ke mata dunia, Rinaldy Yunardi, seniman aksesori dari Indonesia. Rinaldy membuatkan aksesori-aksesori untuk koleksi Iris Van Herpen haute couture fall 2023/2024.
Bertemu Luxina untuk berbagi cerita haute couture
Luxina berhasil terhubung dengan Rinaldy Yunardi, dan minta bertemu langsung di antara waktunya yang padat. Kami bertemu di satu senja di Lobby Lounge hotel Shangri-La Jakarta. Gaya interior Lobby Lounge yang terkesan Parisian dan cahaya senja yang tampak glamor nyata, membuat pertemuan dengan Rinaldy terasa didukung semesta.
Luxina: Kapan Iris menghubungi untuk keperluan aksesori ini, enam bulan sebelumnya kah?
Rinaldy: Hm, sebulan sebelum acara.
Luxina: Wah, bukan tugas yang mudah ya. Bagaimana awal mula ceritanya?
Rinaldy: Tentu dari Faye (The Clique PR Agency berbasis di Hong Kong) yang kasih tahu aku kalau Iris Van Herpen akan menghubungi. Setelah mendengar itu aku, gemetaran, Oh My God, Oh My God, aku enggak bisa tidur, aku sibuk memikirkan apa yang bakal Iris mau. Aku sangat penasaran, segudang pertanyaan langsung memenuhi kepalaku. Walaupun aku mencintai dan memperhatikan terus setiap karya-karyanya, tapi aku masih merasa kurang, aku belum tahu apa yang dia mau, ‘kegilaan’ seperti apa lagi yang akan dia tampilkan. Aku perlu menggali lebih dalam, sembari mempersiapkan diri untuk undangan zoom meeting.
Luxina: Jam berapa undangan zoom meeting Amsterdam – Jakarta?
Rinaldy: Sore, sekitar jam 5. Kami ngobrol panjang, ternyata orangnya so nice, enggak sombong. Baik banget.
Luxina: Apa kalimat pertamanya?
Rinaldy: Hi, Rinaldy… Lalu dia jelaskan tentang hal-hal yang flowing, movement, lightness. Tapi di zoom pertama ini Iris belum kasih lihat desain rancangannya, karena mungkin masih taraf perkenalan. Dia juga enggak cerita kalau fashion show nya akan outdoor. Tapi karena pikiranku sudah membayangkan betapa singkatnya timeline yang tersedia, aku memberanikan diri meminta cerita tentang konsepnya lebih jelas lagi, lebih detail lagi. Aku butuh mendengarkan ceritanya, karena proses kerja aku memang selalu berawal dari mendengarkan.
Luxina: Berapa aksesori yang Iris butuhkan?
Rinaldy: Lima set. Tapi ya namanya desainer, saya selalu antisipasi kalau bisa saja terjadi perubahan. Ketika aku minta lebih spesifik lagi, ternyata Iris menunjukkan presentasi yang sudah ia siapkan, ia membuat kolage dari foto-foto karyaku. Ia menunjukkan satu per satu dari kolage itu, desainnya seperti yang ini, detailnya yang ini. Dia menyerahkan dan memberikan kepercayaan pada ku untuk berkreasi. Dia memberikan kebebasan, bukan memaksakan ciri sesuai dengan kemauan pribadi. Sepertinya dia ingin feel yg beda. Ini memang sebuah tantangan dalam kolaborasi, bukan memaksakan kehendak sebelah pihak, titik, tetapi ia mendorong apa yang bisa Rinaldy berikan. Betapa bahagianya aku.
Luxina: Setelah itu, enggak tidur dong?
Rinaldy: Lembuuur…
Luxina: Kalau yang face piece, sepertinya baru pertama kali Rinaldy buat ya?
Rinaldy: Yes!
Luxina: Bagaimana ceritanya?
Rinaldy: Iris minta headpiece nya bisa nyambung ke sisi depan mata, menjulur flowy, kayak air, kayak angin. Iris sangat struktural, sangat memperhatikan tinggi pendeknya setiap tarikan elemen.
Luxina: Ini kenapa bisa nempel ke mata?
Rinaldy: Ini headband, kalau headband kan sudah jejeg mantap di kepala, tinggal menariknya dari sisi kanan ke posisi depan mata.
Luxina: Apakah dia mengikuti anatomi wajah?
Rinaldy: Saya selalu memberikan jarak, jangan sampai goyang dan menggores kulit. Saya juga kasih masukan kalau sisi depan mata ini bisa ditekuk mengikuti lekuk wajah model.
Luxina: Setelah kirim sketsa ke Iris?
Rinaldy: Pasti ada revisi, enggak mungkin enggak. Apa lagi kolaborasi ini enggak gampang, hanya lewat zoom dan whatsapp.
Luxina: Tapi kalau saya lihat, look dari aksesori-aksesori ini tetap style nya Rinaldy.
Rinaldy: Iya ya? Makanya, itulah kesempatan yang diberikan Iris kepadaku.
Luxina: Mengenai warna dan material?
Rinaldy: Semua warna diberikan dengan detail, warna keemasan, metal gun, putih doff. Ada yang menggunakan warna abalone, kulit kerang. Warna gold doff nya mau bertekstur. Permintaan-permintaan warna ini aku jawab dengan ‘I try, I do my best’.
Luxina: Packaging nya bagaimana?
Rinaldy: Ini lebih gawat, every single detail dibalut. Waktu pengiriman hanya 7 hari ya. Pembungkusan sangat hati-hati, takut ya ini bengkok, karena kan fragile. Ini bagai membuat karya seni lagi, setiap elemen aksesori dibalut satu per satu, disangga sana, disangga sini, pelan-pelan dan hati-hati. Yah, namanya pengiriman barang, ekspedisi yang bawa kan enggak tahu isi paketnya apa. Lempar sana, lempar sini.
Luxina: Pengiriman sampai dengan aman?
Rinaldy: Pas liat Iris lagi fitting di sosmed nya, aku lihat ada earpiece buatanku. Aduuuh…, leganyaaa.
Luxina: Bagaimana rasanya setelah fashion show Iris usai?
Rinaldy: Iris sangat fair, di sosial media nya, di Instagram, di Youtube, dia mention namaku.