Masa pandemi tidak menjadi halangan bagi Ananda Sukarlan untuk beraktivitas dan berkarya. Ia juga tak henti dalam mencari bakat-bakat musisi baru lewat ajang pencarian bakat Ananda Sukarlan Award (ASA) yang telah berlangsung sejak 2008. ASA tidak hanya mencari pianis yang terampil dan pamer virtuositas. ASA mencari pianis yang memiliki karakter dan identitas kuat serta kualitas artistik. “Kami mencari musikus yang berpikiran out of the box, para peserta juga dinilai dari strategi pemilirahn repertoire-nya, yang akan menentukan potensi kesuksesannya di masa datang lewat roadmap yang ia desain sendiri,” ujar Ananda Sukarlan.
Walau terkendala dengan pandemi, hal tersebut tidak membuat ASA absen tahun ini. “Akan ada sedikit penundaan,” kata Ananda Sukarlan, “yang tadinya akan berlangsung pada akhir Juli 2020, menjadi 27-30 Agustus 2020.” Hal ini dikarenakan pada masa pandemi, proses belajar mengajar, termasuk belajar musik, harus dilakukan secara online. “Interaksi murid dan guru secara langsung jauh lebih efektif. Itulah alasan kenapa kami menunda pelaksanaan kompetisi ini, agar persiapan para peserta jadi lebih matang,” kata Ananda.
Ya, begitulah Ananda Sukarlan, seorang musisi, komponis, dan pengajar, yang tak pernah lelah untuk membantu sesama dan mereka yang kurang beruntung. Kompetisi tersebut bukanlah satu-satunya project yang dia lakukan di masa pandemi ini. Saat ini Ananda sedang sibuk menggarap konser live pertamanya, langsung dari Rumah Daksha , Gunawarman, Jakarta. Konser persembahan Direktoran Perfilman, Musik, dan Media Baru, Dirjen Kebudayaan, Kemdikbud ini dapat di-streaming secara langsung melalui Youtube Budaya Saya, pada 28 Mei 2020 pukul 19 WIB.
Menurut Ananda Sukarlan, “Ini tantangan baru untuk saya. Beda dengan main untuk TV misalnya, karena penontonnya akan dari berbagai negara, budaya, dan bahasa.” Berdasarkan hal itu, Ananda ingin menyusun program yang tak hanya kuat dengan unsur Indonesia, tapi juga harus komunikatif dengan budaya lain. “Tapi saya percaya kok bahwa musik itu bahasa universal,” kata Ananda yang disebut harian Sydney Morning Herald sebagai ‘one of the world’s leading pianists at the forefront of championing new piano music’ ini.
Pada konser #DiRumahAja ini, Ananda tak hanya akan mempersembahkan nomor-nomor Rapsodia Nusantara, mahakaryanya yang telah dikenal oleh dunia, Ananda juga akan memainkan beberapa karya baru yang terinspirasi dari berbagai lagu pop dari Phil Collins, Celine Dion dan Maroon 5 yang berjudul Happy Birthday Remix.
Di sela-sela konser, Ananda akan mengajak penonton berdiskusi mengenai isu royalti, plagiat dan hak cipta musik. “Selain itu saya juga akan tunjukkan bahwa main piano tidak harus dengan 10 jari dan 2 tangan. Kaum disabilitas fisik pun bisa jadi pianis profesional sekarang” lanjutnya, mengindikasi bahwa salah satu nomor yang akan dibawakan adalah Rapsodia Nusantara no. 15 yang memang didesain untuk tangan kiri saja. Karya yang amat virtuosik ini adalah berdasarkan lagu-lagu rakyat Lampung.
Ananda tak hanya menginspirasi banyak orang lewat konsernya. Baru-baru ini, sebuah lagu berjudul A Better World diluncurkan untuk menyemangati para dokter dan para petugas medis yang berjuang melawan Covid-19. Lagu tersebut sebenarnya ditulis oleh dr. Bambang Budiono, SpJP dan budayawan Indonesia yang tinggal di Australia, Bramantyo Prijosusilo. Lewat dr. Nancy Weber, Ananda Sukarlan dipertemukan dengan Joy untuk berkolaborasi menggarap lagu tersebut. Hasilnya? Sebuah lagu yang memberi harapan baru yang lebih baik setelah masa pandemi berakhir.