Di antara gegap gempita couture week, satu rumah mode yang paling ditunggu-tunggu adalah Fendi, tentu akibat sejak beberapa bulan lalu sudah terjadi riak gelombang gegara rumah mode ini mengumumkan siapa yang akan memimpin lini women’s wear mereka, yaitu Kim Jones, yang dikenal sebagai kesatria di lini menswear (sudah terbukti Kim hoki memegang jenama Umbro, Louis Vuitton, dan Dior), yang memiliki fans fanatic dari London sampai Seoul. Banyak yang menduga-duga, soalnya selama ini Kim piawai mengangkat street look menjadi berkelas, apa jadinya ketika ia membesut koleksi couture sebagai debut? Apakah akan semengagumkan ketika Kim menangani Dior Men? Pertanyaan-pertanyaan yang tanpa sadar membuahkan ‘great expectation’. Lalu ketika ’the show time’ tiba (ada hampir 1000 orang menonton Live di Facebook Fendi), kami mencoba mencerna kreatifitas yang disajikan di antara ratusan orang yang mengirimkan emoji love tanpa henti.
Debut Couture Dan Anting-Anting Cucu Fendi
Rancangan pertama, dikenakan oleh Demi Moore yang melangkah sedikit oleng ketika muncul dari backstage. Demi mengenakan setelan sutra hitam off-the-shoulder suit dengan celana panjang lebar, satu rancangan pembuka yang cukup diluar ekspektasi, tergolong ‘biasa saja’, namun terbantu dengan nama besar Demi dan rancangan anting-anting yang bagus karya Delfina Delettrez (cucu Fendi) yang diberi kepercayaan oleh Kim sebagai creative director untuk aksesori. Entah karena sesama satu holding atau bagaimana, desain Kim Jones disini cukup harmonis dengan desain-desain Maria Grazia Chiuri untuk Christian Dior, gaun gaun ala Greco-Roman peplos yang sangat halus di tangan Maria, dibesut juga di koleksi Fendi ini (dikenakan oleh Kate Moss), namun tak semantap Maria. Rancangan yang ‘cool’, rancangan nomor 2, berupa top longgar bahan fur, dikenakan dengan celana semi jodhpur, dan equestrian boots. Cara memakai top, bagian sisi kanan dimasukkan ke celana (seperti gaya menswear). Lagi-lagi yang menolong di set ini adalah anting-anting chandelier yang sangat aesthetic. Bisa disimpulkan kalau yang paling menonjol di koleksi haute couture ini adalah serial aksesori yang didesain oleh Delfina Delettrez, steal the thunder, sangat menolong total look.
Tercecer Di Antara London Dan Roma
Kim Jones memberi judul koleksi ini dengan Bloomsbury to Borghese, representasi kultur Bloomsbury Group (kelompok penulis dan filsuf modernist di London paruh awal abad XX, di dalamnya ada Virginia Woolf), hingga Borghese, satu galeri megah di Roma. Dari Borghese ini Kim membidik visualisasi marmer-marmernya, ia pindahkan dengan teknik hand-printed ke bahan woven jacquard dan sutra untuk rancangan yang dikenakan oleh Cara Delavingne dan Naomi Campbell. Jauhnya rentang jarak antara Bloomsbury dan Borghese, membuat koleksi ini menjadi tidak fokus, semacam buah pikiran yang tak terkristalisasi. Kalau sempat lihat kembali indahnya koleksi Fendi Fall 2020 (From the Boudoir to the Boardroom) yang levelnya hanya ready-to-wear, koleksi haute couture ini kalah keren dan kalah pesona. Apalagi kalau di dalam pekan yang sama kita menyaksikan ide-ide Valentino, Giambatista Valli, Dior, dan Chanel haute couture, tetap apple to apple, tetapi beda apel. Debut di Fendi ini pelajaran dan tantangan apik buat Kim Jones, coba kita tunggu koleksi Fendi womenswear musim berikutnya dari Kim Jones.
Look 2
Foto: FENDI