Tidak mudah menciptakan motif Batik yang beridentitas dan mudah dikenal, apalagi harus muncul di antara motif-motif Batik yang sudah populer dan berkarakter kuat. Seperti sebut saja motif Batik Kawung, Parang, Semen, dan Udan Liris dari Yogyakarta, atau Batik Sogan dari Solo, Batik Gentongan dari Madura, Batik Jlamprang dari Pekalongan, Batik Burung Hong dari Lasem, serta yang tenar Batik Megamendung dari Cirebon, mereka ini adalah contoh motif-motif yang sangat popular dan bahkan sudah melegenda. Bagaimana bisa bersanding dengan ketenaran mereka? Tetapi untungnya kreatifitas masyarakat tak pernah berhenti, selalu ada yang tampil maju ke permukaan, salah satunya adalah Batik Durian Lubuklinggau, dari Sumatera Selatan. Ia hadir membawa karakter dan nuansa baru yang beridentitas, menggambarkan suasana alam yang subur dengan visualisasi buah durian beserta rimbunnya pepohonan, liuk dedaunan yang bersiluet sederhana, sehingga indah bersahaja.
Dari alam Lubuklinggau menjadi wastra untuk Indonesia
Yetty Oktrina Prana (Rina), Ketua Tim Penggerak PKK dan Ketua Dekranasda Lubuklinggau mengatakan, “di Lubuklinggau banyak sekali durian, durian kita terkenal kualitas terbaik, semua orang yang pernah coba durian Lubuklinggau akan ingat dengan durian Lubuklinggau.” Ujarnya bersemangat. Ia pun meleburkan identitas alam Lubuklinggau ini dengan kecintaanya terhadap Batik, menjadi wastra yang bisa membanggakan kampung halaman dan menjadi cinderamata untuk dunia. Di pertengahan tahun 2013 Rina pertama kali meluncurkan produk impiannya, Batik Durian, dengan debut motif bernama ‘Durian Belah’. “Awalnya saya pastikan ke semua pengrajin bahwa gambar duriannya harus terbelah, supaya benar-benar kayak durian,” ujarnya berstrategi agar motif ini mudah dikenali dan menjadi identitas yang kuat.
Diawali dengan durian belah
Setelah sewindu berlalu, “Alhamdulilah sekarang menurut saya sudah cukup dikenal, paling tidak di Sumatera Selatan, sehingga saya tidak terlalu kaku lagi dengan gambar duriannya harus belah, sekarang boleh seperti ini,” ujarnya lagi sambil menunjukkan gambar durian yang bersiluet utuh dan berduri, berhiaskan komposisi sulur-sulur dedaunan yang elok. “Dan karena Batik Durian adalah Batik baru, tidak ada pakem khusus sehingga mungkin pengembangannya tidak akan terlalu kaku. Namun, untuk menjaga keaslian dan kekhasan Batik nya sendiri, kita akan upayakan untuk tetap dengan teknik batik pada tradisional.”
Persembahan alta moda dari Instituto di Moda Burgo Untuk Batik Durian
Pada akhir September 2021, Batik Durian berkesempatan mengunjungi Milan, kota mode yang sohor di Italia. Kegiatan ini bertepatan dengan tanggal terselenggaranya Milan Fashion Week, sehingga vibe mode memang sedang bergetar. Batik Durian melenggang dan dipaparkan di Palazzo Visconti di Modrone yang tak jauh dari kawasan Via Montenapoleone dan San Babila, kawasan butik-butik high-fashion. Dalam kesempatan ini Batik Durian menjelma menjadi satu gaun hasil desain Biagio Belsito, seorang profesor Haute Couture dari sekolah mode Instituto di Moda Burgo Milan. Biagio membuat gaun bersiluet off shoulder dengan permainan drapery di garis bahu lalu menyatu di bagian depan torso, lalu memanjang bebas terjuntai, pada bagian belakang terdapat juntaian dari mulai punggung hingga memanjang jauh ke belakang. Biagio tampak sangat memprimadonakan tampilan Batik Durian, ia biarkan sosok Batik Durian tertebar gamblang berlevel Alta Moda, satu usaha yang tepat untuk mengangkat dan memperkenalkan sehelai wastra. Batik Durian yang sebenarnya menyimpan kesan ‘punk’ (karena duri-duri khasnya) dileburkan ke desain yang ultra-feminine dan romantis, sehingga menghasilkan satu kontradiksi yang energik.
Sambil membatik Ayo Nyelong Ke Lubuklinggau 23.3.23
Langkah yang diambil Dekranasda Lubuklinggau ini sangat patut dipujikan, menciptakan wastra yang beridentitas, kemudian lanjut memperkenalkannya semaksimal mungkin. “Dengan memperkenalkan Batik Durian Lubuklinggau ke masyarakat luas juga turut mendukung kampanye Ayo Nyelong ke Lubuklinggau 23.3.23 yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Lubuklinggau untuk meningkatkan sektor pariwisata setempat pasca pandemi. Kami juga telah mendaftarkan Batik Durian Lubuklinggau ke HAKI dengan maksud agar Batik Durian Lubuklinggau dapat bebas berkembang, bisa dibuat oleh siapa saja, dijual oleh siapa saja sebagai hasil kerajinan dari Kota Lubuklinggau. Dengan memperkenalkan Batik Durian Lubuklinggau sekaligus mempromosikan Kota Lubuklinggau sebagai kota durian,” ujar Rina Prana.