Bagaimana gerak para perupa di era multiverse, era ketika banyak jiwa kerap berpindah-pindah semesta? Dari dunia nyata ke dunia maya, dari verbal ke visual, dari fisik ke digital, dan sebaliknya. Penyeberangan-penyeberangan ini tidak mudah bagi generasi tertentu, perlu satu generasi baru yang memang terbiasa bermigrasi ke semesta yang berbeda, yang menyadari keberadaan ruang-ruang algoritma. Siapa mereka? Ya tentu saja para Milenial dan Gen Z, yang dengan mudahnya menyelami metamesta, termasuk memindahkan seni rupa menjadi token yang berbasis blockchain di semesta digital. Rasanya cukup sulit untuk mengikuti perkembangan kreatifitas digital mereka yang terus melesat ke segala arah. Namun bukan berarti tidak ada usaha dari galeri-galeri konvensional untuk menjabarkan apa yang sedang terjadi, salah satunya yang tengah berlangsung sejak 3 Februari 2024 lalu ada di Galeri Zen1, di Menteng, Jakarta Pusat. Pameran penting ini bermisi edukasi, berjudul: Phygital Art Show: Artgorithm – Art in Chain, yang mempersembahkan pertemuan unik antara daring dan luring, antara dunia fisik dan digital (phygital)
Edukasi lintas semesta
“Pameran ini lebih ke pesan edukasi, bagaimana galeri konvensional bisa melebur dengan digital atau Non Fungible Token (NFT),” ujar Nicolaus Kuswanto, Direktur Galeri Zen1. Untuk misinya ini, Nicolaus menurunkan enam seniman; Andry Kurniawan, Made Bayak, Radetyo Itok, Syakieb Sungkar, Teja Astawa, dan Yudi Sulistyo. Kemudian mereka dileburkan dengan lima seniman NFT. “Kami berkolaborasi dengan Superlative Secret Society (SSS). Menurut saya, SSS adalah salah satu yang berhasil muncul sebagai galeri NFT. Kemudian di belakang SSS terdapat seniman-seniman yang sekarang masuk ke alam konvensional, ke fine art manual, dan berhasil. Akhirnya, saya rasa kita sebagai galeri yang konvensional harus belajar dengan SSS untuk masa depan seni rupa.” Ungkap Nicolaus. Seniman SSS yang tampil di pameran ini adalah Acul Gaos, Arif Witjaksana, Dhado Wacky, Rijan Maulana, dan Yahya Rifandaru. Nicolaus mengatakan bahwa seniman-seniman Superlative sudah terbiasa membuat karya konvensional beserta sisi NFT nya, termasuk karya-karya yang dipamerkan kali ini. Sesuai dengan keahlian tersebut, Superlative juga membantu semua karya konvensional seniman dari Galeri Zen1 untuk dibuatkan sisi NFT nya.
Berkomunikasi kelas Game Changer
Kolaborasi ini bisa dikatakan sebagai game changer, ia bukan sekadar pameran seni, ia menciptakan jembatan antara seni rupa dan teknologi, memadukan komunikasi visual dan NFC (Near Field Communication). Sudjud Dartanto, Kurator, menyampaikan bahwa di pameran ini, “Anda akan merasakan sentuhan langsung dengan karya fisik seni rupa, dan secara bersamaan juga menikmati versi digitalnya dalam bentuk NFT. Di tengah perubahan zaman yang cepat, pameran ini dapat menjadi cermin adaptasi seni terhadap ekosistem yang berubah. Karya-karya dalam pameran ini merefleksikan berbagai jenis kesadaran dan semangat zaman yang fragmentaris, melibatkan berbagai persilangan elemen-elemen seperti seni jalanan, budaya popular, tradisi, dan global. Para perupa dalam pameran ini tercatat produktif berkarya dan menunjukkan keragaman kekuatan karakter dan ekspresinya.”
Art-Talk Penting
Edukasi yang ditawarkan oleh Galeri Zen1 ini, bukan hanya pajangan tertempel didinding. Tetapi juga berupa program Artgorithm Workshop untuk umum yang penting. Pada hari Minggu tanggl 11 Februari 2024, di jam 13.00 akan ada dua agenda, yang pertama; NFT 101 A Guide From A to Z, menampilkan Shabrina Adani dan Rian (CoFounder CoinFolks). Yang kedua; Contemporary Trends and Future Artistic Frontiers, menampilkan Sudjud Dartanto (Kurator) dan Faatih Rifqi Muqaffi (CoFounder & Blockchain Developer dari Superlative Secret Society. Galeri Zen1 beralamat di Jalan Purworejo No.24, Dukuh Atas, Menteng, Jakarta Pusat.
Foto utama: Karya Acul Gaos