Nama Peter Dundas berkibar kencang ketika di tahun 2008 LVMH mempersilahkannya menjadi creative director untuk rumah mode Emilio Pucci. Jabatan bergengsi tersebut bukan sekadar formalitas bagi Peter, ia berhasil memberi energi glamor ke motif-motif penuh warna yang sudah menjadi DNA bagi Pucci. LVMH pun mengembangkan gebrakan Peter menjadi produk-produk baru seperti sepatu, tas, dan kacamata. Sebenarnya Peter yang lulusan sekolah mode Parsons di New York, mengawali karir fashion nya sebagai design assistant Jean Paul Gaultier (1992 – 2000), lalu pindah ke Lacroix, kemudian Emanuel Ungaro, dan Roberto Cavalli (2002 – 2005). Peter memegang Pucci selama 7 tahun (2008 – 2015), ia kembali lagi ke Roberto Cavalli dengan realitas hanya bertahan 19 bulan. Perjalanan karir, kematangan dan obsesi Peter dalam menciptakan gaun berdasarkan kesempurnaan female figure, membuatnya berani meluncurkan jenama atas namanya sendiri, DUNDAS, di tahun 2017, dengan gebrakan dashyat berupa mendesain baju untuk Beyoncé yang sedang hamil tampil di pentas Grammy Awards 2017.
Obsesi Glamor dan Formalitas Pakaian
Dengan obsesi glamor dan kesempurnaan female figure seperti itu, bagaimana Peter menyesuaikan diri dengan dunia saat ini yang cenderung menjadi realistis dan praktis? Ternyata ia tak menyerah, ia tetap menyuntikkan obsesinya tersebut untuk koleksi Dundas fall 2021. Ia menciptakan pants suit berwarna gelap dengan perfect tailoring yang diperkaya dengan ornamentasi beads metalik di tepian jaket, pada bagian depan pants juga dihiasi beads yang ditata vertikal. Pants suit ada juga yang menggunakan bahan bermotif floral, berupa wild orchid yang bold. Overcoat bermotif leopard tak kalah statement melapisi mini dress sexy dibaliknya. Selain formalitas pants suit yang sudah menjadi glamor tersebut, Dundas juga melengkapi koleksinya dengan gaun-gaun ultra-mini berbahan metalik gemerlap seperti disco ball.