Ingatkah kalian ketika kecil dulu, saat kita membuat gambar, kita mendapat reaksi yang membuat kita tersengat dan bahkan muncul niat untuk tidak akan menggambar lagi seumur hidup. Gambar innocent murni kita dipertanyakan, ditertawakan. Lalu ketika mulai masuk SD, kemurnian seni rupa kita, langsung babak belur dengan aturan seni rupa dua gunung satu matahari. Padahal kalau diingat-ingat lagi, gambar-gambar kita yang matanya besar sebelah, sudah beraliran kubisme Pablo Picasso, gambar burung yang sayapnya kanan kiri beda, bagaikan karya Henri Matisse.

Expression of the Journey
Luka batin seni rupa ini masih bisa disembuhkan, diterapi, sehingga kita bisa membangkitkan kenangan ide ‘asal-asalan’ ketika kecil dulu. Awal Mei ini muncul “Expression of the Journey”, sebuah program singkat yang digalang oleh Didit Hediprasetyo Foundation di The Dharmawangsa Jakarta. Menampilkan kreatifitas anak-anak yatim dari Yayasan Bima Azzahra dan Panti Asuhan Pondok Kasih Agape. Mereka diberi pengalaman menorehkan warna dan ekspresi diri melalui pendekatan terapi seni yang dipimpin oleh Monica Ogaz.

Dari Florensia ke Jakarta: Sentuhan Terapi Gestalt Monica Ogaz
Monica Ogaz, terapis seni asal Meksiko yang berbasis di Florence, membawa pendekatan Gestalt yang menekankan ekspresi diri ketimbang kesempurnaan teknik. Dalam sesi sebelumnya, Ogaz mengajak para peserta muda untuk bermain peran, menutup mata, bahkan saling bertukar lukisan—sebuah metode yang mendekatkan anak-anak pada kejujuran emosi dan kepercayaan diri melalui eksplorasi kreatif.

Komitmen untuk Kesehatan Mental Anak di Dunia Kreatif
Didirikan tahun 2023, Didit Hediprasetyo Foundation hadir sebagai respons terhadap tantangan kesehatan mental dalam industri kreatif. Dengan memfasilitasi pendidikan holistik, beasiswa untuk praktisi yoga dan meditasi, serta ruang untuk ekspresi artistik, yayasan ini berupaya membangun masa depan yang menyeimbangkan kreativitas dan kesehatan jiwa sejak usia dini.

Lebih dari Pameran: Seminar dan Terapi Interaktif untuk Publik
“Expression of the Journey” tidak berhenti di galeri. Program ini diperluas lewat seminar “Embarking the Journey” oleh Dr. Asheena Baez, dan sesi terapi seni interaktif bersama Ogaz untuk anak usia 6–15 tahun. Pada 4 Mei, sesi puncak menghadirkan Dr. Shefali, Najelaa Shihab, dan Ogaz dalam diskusi mendalam soal parenting sadar dan kecerdasan emosional sejak dini.

Seni, Kesadaran, dan Kemanusiaan dalam Satu Frame
“Penyembuhan dan pertumbuhan dimulai saat kita mampu mengekspresikan hal yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata,” ujar Didit. Melalui pameran ini, seni menjadi jembatan antar jiwa dan budaya, mempertemukan manusia dalam keunikan sekaligus kesamaan emosional. Didit Hediprasetyo Foundation sekali lagi menegaskan bahwa masa depan kesehatan mental Indonesia bisa dimulai dari kanvas kosong dan keberanian untuk menggambar.


