Makhluk-makhluk aneh menyemut di dinding-dinding Jagad Gallery di Menteng Jakarta Pusat. Di satu sisi dinding ada 61 ekor tergambarkan di dalam 61 kanvas, berjudul “Animal Parade”, dilukis dengan paduan pasir dan akrilik. Makhluk-makhluk ini tidak menyeramkan, mereka penuh warna dan berdiri dalam pose-pose gemas, bentuknya seperti hibrida anatar burung enggang, trenggiling, anak gajah, anak naga, bunglon, tapir, mahluk mitologi, wayang kulit, dan figur kartun. Di tengah-tengah ruang utama galeri terdapat seekor yang cukup besar, panjangnya 2 meter, tingginya 120 cm, namanya Nogo, terbuat dari fiber glass dicat akrilik berwarna lavender, lidah menjulur panjang dan merah, berkaki empat dan bersayap. Umumnya warna-warna hewan hibrida ini terang dan vivid, riang gembira layaknya pilihan warna anak-anak. Semua artwork ini dibuat oleh seniman Daniel Kho, ia lahir di Klaten (1956), lalu pindah ke Jerman di usia 21 tahun ia berpetualang di Eropa, dan menetap di Cologne, Jerman, bergaul dengan komunitas seniman, dan terimbas dengan pemikiran seorang penulis berpengaruh saat itu, Carlos Castaneda (1925-1998) seorang penulis legendaris, sarjana antropologi University of California, Amerika Serikat (UCLA) yang telah menulis 12 buku – antara 1968 sampai 1998 – yang semuanya menjadi best seller. Buku-buku ini bahkan berhasil mengikat jutaan pembacanya di Eropa Barat, Amerika Serikat dan di berbagai bagian dunia, untuk terus mengikuti buku-buku yang ditulis seperti cerita bersambung.

Siapa Carlos Castaneda
“Pada perbincangan dengannya ketika menyiapkan pameran di Jagad Gallery ini, Daniel Kho, mengemukakan bahwa karya-karyanya sangat dipengaruhi pemikiran Carlos Castaneda. Bagi saya, pernyataan ini istimewa karena menunjuk konsep penting pada proses berkaryanya. Saya melihatnya sebagai Castaneda factor, atau “unsur Castaneda “ pada keyakinan artistik Daniel Kho yang bisa menjelaskan kecenderungan mendasar pada karya-karyanya,” ujar Jim Supangkat, sang kurator pameran. Jim juga menjelaskan bahwa buku-buku Carlos Castaneda sama sekali bukan novel. Cerita pada buku-buku ini adalah kisah nyata yang bersumber pada pengalamannya menjalani kehidupan janggal. Pada bukunya yang pertama, yang terbit pada 1968, Carlos Castaneda menceritakan pertemuannya dengan Juan Matus, seorang syaman Indian Meksiko, yang di permukaan dikenal sebagai ahli Peyote, yaitu jamur dan tanaman yang bisa membangkitkan halusinasi – pada 60an-70an disebut “fly”. Juan Matus kemudian menjadi gurunya dan Carlos Castaneda percaya bahwa ilmu yang dikuasai Juan Matus, adalah ilmu pada tradisi Meksiko kuno yang sudah ada sejak 8000 tahun lalu.

Kehebohan yang berubah menjadi karya rupa yang gembira
Pengajaran Juan Matus membawa Castaneda ke kehidupan lain, kehidupan ini tidak megikuti pemahaman umum yang dikenal. Ia memasuki kehidupan yang mempunyai ruang dan waktu berbeda. Tidak ada batas tegas di antara “mikro kosmos” dan “makro kosmos” di mana alien atau mahluk ruang angkasa adalah bagian dari kenyataan. Maka manusia tentunya bukan satu-satunya mahluk di jagat raya. Karena itu di ruang kehidupan yang berbeda ini batas usia dan kematian menjadi kabur. Pada bukunya yang keempat, yang terbit pada 1974, Castaneda mengisahkan pengalamannya melompat dari bibir jurang yang sangat tinggi. Buku yang berjudul, “Tales of Power,” ini menghebohkan karena peristiwa ini digambarkan sangat realitstis dan para pengikutnya percaya, tubuhnya yang terhempas di dasar jurang merupakan kenyataan. Kepercayaan seperti itu tercermin pada keyakinan dan karya-karya Daniel Kho. Tampil dengan cukup jelas pada empat pamerannya dua tahun terakhir yaitu pameran berjudul Dobos, pada 2021 di Paros Arthouse, di Ubud, Bali; pameran Jumpa Sapa pada 2022 di Jagad Gallery, Surabaya, pameran Mboh, di Studio Kalahan milik seniman kontemporer terkemuka Heri Dono di Yogyakarta, dan, pameran bertajuk OwALAH (“ya Allah.” dalam Bahasa Jawa) di Bentara Budaya, Jakarta pada awal 2023

Castaneda Factor hingga 15 Agustus 2023
Daniel Kho, seniman yang sudah menemukan ciri khasnya setelah 45 tahun berkarya. Ia figur yang nyentrik eksentrik, dan menyukai petualangan. Itu sebabnya dia juga cukup tertarik dengan mitos, atau pandangan-pandangan ganjil mengenai asal-usul keberadaan manusia di dunia. Berhadapan dengan karya-karya Daniel kita segera merasakan serbuan aneka warna di sekujur tubuh hewan-hewan iajinatif tadi. Menurut Daniel, manusia adalah mahluk yang bermasalah, maka dia menciptakan figurnya sendiri, yaitu mahluk ethno-extraterrestrial-pop yang telah menjadi figur ikonik milik Daniel. Daniel Kho dibesarkan di kota Klaten, Jawa Tengah. Seperti kebanyakan anak-anak di Klaten dan Yogyakarta, pada masa kanak-kanak dan remaja ia menyerap berbagai aktivitas kesenian seperti perunjukan wayang kulit (shadow puppet), teater wayang (wayang wong) dan alunan musik gamelan pada berbagai perhelatan dan perayaan. Di kemudian hari unsur Castaneda membuat Daniel Kho tidak ragu mengangkat latar belakang budayanya yang Non-Barat, ke karya-karyanya. Pameran ‘Castaneda Factor’ berlangsung mulai dari tanggl 16 Juli hingga 15 Agustus 2023.


