Butik Louis Vuitton baru di Plaza Indonesia, Jakarta, sudah resmi dikibarkan, melalui perayaan akbar yang menyala, dihadiri oleh crème de la crème Jakarta, superstar semacam Maxime Bouttier, BCL, Raisa, Afghan, Maudy Ayunda, Al Ghazali, hingga Taeyeon, salah satu personal girl group SNSD. Di kemeriahan acara, sebenarnya tanpa disadari, para tetamu sedang hadir dan masuk ke dalam ruang yang diciptakan dengan satu konsep desain dan pemikiran yang mendalam, peleburan citra artistik nusantara ke standar estetika French fashion house. Konsep tersebut ditata redam karena memang fungsi utama ruang bukanlah galeri seni, tetapi butik sebagai tempat menyajikan benda-benda Louis Vuitton yang akan dijual sebagai primadona.
Alam tiga negeri
Ruang yang sangat luas dibagi menjadi tiga arena, diambil dari tiga tahapan jalur edar matahari di Indonesia. Area matahari terbit diwakili oleh sinar fajar di kawasan Borbobudur, area binar matahari siang diwakili oleh Pantai Pink di kawasan Pulau Komodo, lalu area matahari the golden hour diwakili oleh sunset di kawasan Raja Ampat. Pada pembagian ruang-ruang tersebut, ditebarlah sejumlah artwork dari seniman seperti Agnes Hansella, Jemana Murti, Pande Giri, Richard Irwin Meyer (seniman Amerika Serikat yang menetap di Indonesia), dan seniman internasional seperti James Turell, Henry Burszlyn, Gerrut Thomas Rietveld, Harmut Lohmeyer, dan Johannes Andersen, serta lukisan kaca dari seniman Prancis, Florence Girette dan Gaya keramik Bali.
Mata Yuni Jie untuk artwork lokal pilihan
Bagaimana memilah-milih mana elemen artwork yang sesuai dengan harapan Louis Vuitton? Dari serangakaian proses seleksi yang dilakukan oleh Louis Vuitton Paris dan representative di Jakarta, terpilihlah nama Yuni Jie, seorang Interior Designer, yang sesuai, dan profesinya sudah begitu lekat dengan berbagai piranti khas Indonesia. Yuni Jie menjadi kurator untuk artwork lokal, produk-produk furnitur, apakah berbahan bambu, bebatuan, keramik, hingga alas lantai yang terinspirasi dari tikar dan lagit-langit berbahan rafia. Luxina berkesempatan mewawancari Yuni Jie perihal keterlibatannya dalam proses desain butik baru Louis Vuitton.
Luxina: Bagaimana ceritanya Anda diundang untuk terlibat dalam proses desain butik baru Louis Vuitton di Plaza Indonesia?
Yuni Jie: Saya ditunjuk pertengahan tahun 2023 oleh Louis Vuitton Paris melalui proses seleksi dari beberapa kandidat yang diusulkan oleh Louis Vuitton Indonesia. Mereka mencari seseorang yang dapat memadukan unsur-unsur Indonesia ke dalam keseluruhan toko utama namun tetap mampu menjaga semangat Louis Vuitton. ‘Weaving The Archipelago’ adalah judul presentasi saya untuk komisi ini.
Luxina: Bagaimana Anda menata unsur-unsur Indonesia tersebut menjadi selaras dengan jiwa Louis Vuitton?
Louis Vuitton: Jiwa Louis Vuitton adalah inspirasi utama saya dalam mengkurasi dan menanamkan sentuhan lokal ke dalam proses desain butik. Visi utamanya adalah membawa desain lokal dan meningkatkannya ke standar internasional. Tidak hanya dari segi estetika tetapi juga memastikan kualitasnya harus sesuai dengan standar yang dipersyaratankan. Tantangannya adalah menjaga perpaduan unsur-unsur Nusantara tersebut bisa tetap selaras dengan konsep desain butik Louis Vuitton, tidak mendominasi, tidak berlebihan.
Luxina: Apa key design yang diketengahkan?
Yuni Jie: Key design terletak pada 3 ruangan VIC yang mengambil inspirasi dari destinasi eksotik di Indonesia. Dari matahari terbit di Borobudur, siang hari di Pantai Pink, hingga matahari terbenam di Raja Ampat. Ditampilkan mulai dari karpet hingga furnitur produksi lokal, menunjukkan rasa bangga sebagai orang Indonesia yang diwujudkan dalam desain interior bertema lokal yang memberikan keanggunan abadi. Destinasi lokal merupakan pengenalan sempurna Indonesia kepada dunia dan selaras dengan semangat perjalanan LV.
Luxina: Proses kurasi untuk menemukan atwork lokal nya bagaimana ?
Yuni Jie: Proses kurasi diawali dengan pembuatan konsep umum untuk desain. Kemudian saya bersama tim desain LV di Paris bekerja sama untuk membuat mood board yang paling baik menangkap palet warna yang sudah ada. Kami mengkurasi dan memilih karya berdasarkan banyak pertimbangan, mulai dari kualitas, tampilan estetika hingga tingkat pengerjaan. Kunci lainnya adalah harus mewakili Indonesia dengan keunikan dan kekiniannya.
Luxina: Lokal artwork apa yang Yuni Jie temukan?
Yuni Jie: Ada satu kolom keramik indah yang dibuat dari potongan-potongan acak, ditumpuk sebagai totem adalah titik fokus seni di area pria. Inspirasinya datang dari restoran Padang dan cara mereka menumpuk dan memajang piring di etalase. Karya seni ini juga melambangkan komitmen LV terhadap keberlanjutan karena melalui pendekatan penggunaan kembali benda-benda. Karya seni lain yang sangat unik dari Indonesia adalah dinding macrame ‘Blue Fusion’ di ruang VIC pria – dibuat dari perpaduan banyak motif tradisional Indonesia. ‘Blue Cambrian’ karya Jemana Murti, seniman muda asal Bali menarik perhatian saya karena konsepnya (mutasi pola relief tradisional dengan Artificial Intelegence) dan penggunaan material resin baru sebagai medianya.
Luxina: Apa pendapat Yuni Jie dengan hasil akhir yang telah dicapai?
Yuni Jie: Hasil akhirnya benar-benar mewakili Indonesia dengan cara baru yang segar, membawa akar budaya kita yang kuat. Ruang puitis yang ringan, santai dan mudah dihubungkan. Melestarikan budaya seni dan desain, karya ini benar-benar menunjukkan kebanggaan terhadap negara kita sembari tetap menjaga ‘the spirit of Louis Vuitton’ sebagai inspirasi utamanya.