“Punk rock would have happened in the UK without France,” ujar Andrew Hussey, kepala French and Comparative Studies dari University of London Institute di Paris kepada BBC News – BBC.com, ia melanjutkan “The real influence of French punk rock lies in the ideas, the style and the ruthless elegance…” Dengan kata lain, kultur punk di Paris jatuhnya tetap elegan, dan stylish. Lalu ketika terdengar rumah mode Chanel membesut ide punk untuk koleksi haute couture fall/winter 2020/2021, terbayangkanlah bahwa punk akan semakin stylish, glam, dan melesat ke level haute coutre, oui? Virginie Viard, creative director Chanel, meluncurkan koleksi baru ini kemaren sore waktu Jakarta.“I was thinking about a punk princess coming out of ‘Le Palace’ at dawn,” ujar Virginie Viard yang beberapa hari sebelumnya membuat fans Chanel penasaran akan video-video teaser yang ia tebar di media sosial @chanelofficial.
Karl Lagerfeld Di Dalam Benak Virginie Viard
Virginie memainkan bahan taffeta untuk berbagai gaun, aksen feathers, permainan aksesori ber-attitude punk, dan tatanan rambut yang tentu saja adonan gaya David Bowie, Lou Reed, dan Debbie Harry. Attitude ini memang bergeser keluar dari citra Gabrielle Chanel yang maskulin elegan. “Koleksi ini lebih terinspirasi dari Karl Lagerfeld dari pada Gabrielle Chanel,” kata Virginie. Memang sejatinya Karl berjiwa Punk, coba perhatikan jenama fashion Karl atas nama Karl sendiri, sangat kental berkultur punk. Di masa-masa pergaulan jetset Karl, Karl bersinggungan siku dengan wanita-wanita crème de la crème di Paris, sama-sama menonton play di teater ‘Le Palace’, Karl dengan mood punk dan sarung tangan leather berada di antara wanita-wanita dress up dengan gaun haute couture. “I really had Karl’s world in mind.” Ujar Virginie. Untuk koleksi ini Virginie merangkul atelier Lesage dan Montex yang biasa mensuplai kebutuhan embroidery Chanel untuk Métiers d’art, kemudian maison Lemarié yang mensuplai feathers dan 3d floral, dan juga Montex yang jagoan menata beads dekoratif.
Foto: Chanel