Di tengah semakin serunya semesta seni kita, riuh atau rendah, senyap atau bergemuruh, selalu ada Eddie Hara yang menebarkan ‘joy‘, membawa vibe kontemporer yang gembira walau sesekali ia menyematkan misi kritik sosial, menikmati karyanya tak akan memicu manifestasi anarkis atau bahkan keangkuhan, karena apa pun misi lukisannya ia mulai dengan mengajak semua mata meyerap keriangan, kebebasan, dan membuahkan senyum. Seperti karyanya yang berjudul All Fish Are Beautiful (2024), akrilik di kanvas, menggambarkan dinamika riangnya ikan-ikan dalam nuansa warna pink yang cantik. Padahal di dalam keriangan tersebut, Eddie menyertakan hewan pemangsa ikan, seperti kucing dan burung, juga ada Batman, tengkorak, dan tulisan tersembunyi: ‘Bertepuk Sebelah Tangan’.
Apakah kita bagian dari High Art Society?
Eddie bisa menyulam dilema kehidupan, protes, dan angkara murka, ke dalam visualisasi yang naif dan jenaka. Ia pun kerap menyematkan tulisan ‘Destroy Bad Art’, tulisan yang membuat semua saling menoleh sambil mengernyitkan dahi: ‘Mana yang bad art?’. Lalu ada pula lukisan diptyque yang berjudul ‘We Do Not Belong To This High Fuckin Art Society’, semacam suara hati yang protes tentang eksklusivitas sebuah komunitas. Lukisan-lukisan Eddie ini dipamerkan di Galeri Ruang Dini, salah satu galeri seni kontemporer di Bandung, yang juga merupakan ruang diskusi dan apresiasi untuk seni kontemporer, baik dari segi estetika maupun konsep. Galeri Ruang Dini berusaha menjadi rumah bagi individu kreatif untuk menanam, merawat, dan menyebarkan gagasan artistik mereka. Dengan memanfaatkan ruangnya, galeri ini tidak hanya bertujuan untuk mendidik dan mendorong pertumbuhan lingkungan sekitarnya, tetapi juga mempercepat perkembangan kreativitas dan inovasi dan hadir sebagai inkubator ide bagi seniman, tempat beristirahat bagi para penikmat seni, serta ruang belajar bagi berbagai kalangan.
Eddie Hara dan paradoks yang menggembirakan
Pameran berjudul “The Playground” ini sendiri semacam bukti dari konsistensi Eddie Hara dalam melawan struktur yang membelenggu seni dan kreativitas. Melalui lukisan seperti “Neither Fluxus Nor Artbrut,” ia menegaskan bahwa seni adalah milik semua orang. Eddie tidak hanya menciptakan karya; ia menciptakan ruang untuk keberagaman, untuk bermain, dan untuk merayakan kehidupan dengan segala kerumitannya. Eddie Hara tampil sebagai paradoks yang menggembirakan, karya-karyanya adalah manifestasi dari jiwa pemberontak yang lembut.
Hadapkan kedisiplinan dengan kebebasan seni
Eddie Hara lahir dari lingkungan militeristik yang penuh dengan kedisiplinan, sehinnga ketika ia menemukan kebebasan dalam seni, ia pun meneriakkan kebebasan suara hatinya tanpa menyinggung perasaan siapa pun. Masa mudanya dihabiskan di Yogyakarta dan Belanda, tempat ia menyerap pengaruh dari berbagai gerakan seni avant-garde dari Copenhagen, Brussel, dan Amsterdam. Kelompok ini, dengan semangat melawan struktur formal, menjadi inspirasi bagi Eddie untuk lebih spontan dan inklusif dalam berkarya. Seni Eddie menolak batasan; ia menghapus garis tegas antara pengamat dan seni, menciptakan ruang “kita” yang hangat dan akrab.
“The Playground” Eddie Hara yang sesungguhnya
Mardohar Simanjuntak, pada kata pengantar pameran ‘The Playground’ menyampaikan bahwa berpameran tunggal adalah sesuatu yang sudah rutin dilakukan Eddie. Di kurun waktu 1987-2001 saja ia sudah ber-solo show 20 kali, 14 di antaranya di Prancis, Belanda, Jerman, dan Swiss. Di pameran tunggal kali ini Eddie mencoba untuk memberikan temali yang bisa, seperti yang dikatakannya, diulur menjadi jembatan antara sub-sub kultur dalam sebuah medium yang egaliter dan distributif. Di pameran The Playground di Galeri Ruang Dini kali ini, Eddie memadukan karya-karyanya secara diakronik dalam 18 karya. Ada tiga lukisan (painting) ukuran besar (100 cm x 180 cm), berbagai gambar (drawing), baik yang dibingkai kaca (50 cm x 40 cm) dan di atas amplop bekas (30 cm x 40 cm), dan beberapa lukisan kecil lainnya.