Jika mata Anda sudah pernah menikmati Top Gun pada 1986 tempo doeloe, entah via menonton langsung di bioskop atau menonton via Betacam (mungkin semasa Anda kecil) – bersyukurlah.
Jika mata Anda baru saja menikmati Top Gun: Maverick di era pandemi 2022 ini,dan terpesona dengan semua yang disajikan – bersyukurlah juga.
Karena bicara tentang Top Gun dan Top Gun: Maverick, kita bicara tentang ‘brand’ – yang baru menetas menjadi ‘franchise film’.
Kok ‘brand’?
Yes, karena ada sosok Tom Cruise.
Kapan terakhir kita menikmati Tom Cruise berakting mantap melawan performa aktor-aktor lain?
Sejauh kepala mengingat, terakhir Cruise melakukannya via Tropic Thunder.
Disitu dirinya berperan sebagai Les Grossman, karakter antagonis yang kontroversial.
Eh, Tom Cruise main di Tropic Thunder sebagai Les Grossman? Kenapa namanya tak disebut dalam kredit pemain?
Cruise juga seru-seruan akting (ensembel) melawan aktor-aktor lain dalam Rock of Ages sebagai rocker Stacee Jaxx. Kali ini nama Cruise ada di kredit tapi paling akhir.
Masih ‘ring a bell’ dengan 2 film di atas ada Cruise?
Please wait.
Jauh sebelumnya, Cruise sudah ‘membabi-buta’ berakting mati-matian melawan aktor-aktor berkelas via film-film berkelas.
Ada A Few Good Men – adu akting elegan dengan Jack Nicholson, aktor kelas Oscar. Sebelumnya ada Rain Man – bertaruh akting intens dengan Dustin Hoffman – juga berkelas Oscar. Sebelumnya lagi ada The Color of Money – adu akting dengan Paul Newman (juga aktor kelas Oscar).
Lanjut, ada Interview with the Vampire – adu pesona akting & paras dengan Brad Pitt. Lalu bertarung dengan deretan aktor-aktris watak seperti Phillip Seymour Hoffman, Alfred Molina, dan Julianne Moore dalam film indie, Magnolia.
Kesininya Cruise adu akting lagi melawan aktor-aktris berkelas, Meryl Streep dan Robert Redford, dalam Lions for Lambs.
Terlepas dari itu semua, Cruise melaju mulus dengan film-film ‘pop’ a.k.a. ‘blockbuster’ seperti Minority Report, War of the Worlds, Oblivion dan Edge of Tomorrow, serta tentunya franchise raksasa, Mission:Impossible.
Jika diperhatikan, sejak 2008 , dimulai dari Tropic Thunder, Cruise sudah tak lagi bermain peran watak dalam film-film rasa Oscar.
Cruise fokus melaju dengan film-film ‘one man show’ seperti Jack Reacher, The Mummy dan American Made.
Bahkan Mission:Impossible sendiri yang serialnya bernyawa ensembel, dibuat sedemikian rupa oleh Cruise menjadi film ‘one man show’-nya sendiri.
Secara langsung, Cruise mengubah dirinya sebagai brand, bukan aktor.
Why?
Karena seorang aktor idealnya dapat mengubah dirinya masuk ke dalam peran apapun – dari karakter berwajah rupawan hingga karakter yang picik hingga berpenampilam fisik menyedihkan.Ingat Christian Bale di American Psycho dan di The Machinist?
Correct me if i’m wrong. Apakah lantas kita harus memandang Cruise miring dengan tindakan memilih bermain dalam film-film one man show?
Jelas tidak. Karena sekali lagi, secara serta-merta Cruise mengubah dirinya menjadi brand. Sosok brand film-film blockbuster.
Dalam hal ini Cruise gagal besar hanya satu kali: The Mummy.
Selebihnya, semua meluncur mulus.
Top Gun: Maverick sendiri cukup mengagetkan.
Resep Maverick cukup di plot lanjutan: Goose, rekan pilot Maverick (Cruise), punya anak dan Maverick sebisa mungkin menjaganya agar sejarah tragis tak berulang pada sang anak.
Deretan adegan pesawat tempur ber’jam-session’ di udara, diciptakan dengan begitu mendebarkan. Sampai-sampai ada orang yang menontonnya dua kali: satu di layar IMAX dan satu lagi di layar X yang lebar menyamping.
Bumbu percintaan pun dibuat sedikit dalam Maverick, tapi cukup mengundang tawa sehingga menjadi bumbu penyedap dengan gaya kamera bokeh sederhana tapi bernilai.Di sinilah sosok Jennifer Connelly menyeruak pas pada porsinya.
Para penonton milenial yang tak terlalu ngeh dengan ‘kegilaan’ Maverick sebagai pilot di film pertamanya pun tak terlalu terganggu karena belum menonton film sebelumnya.
Mereka sudah cukup dibuai dengan sosok pilot-pilot keren berprestasi yang diperankan aktor-aktor masa kini: Miles Teller, Glen Powell dan Lewis Pullman serta si cantik, Monica Barbaro.
Untuk musik latar, Top Gun: Maverick menang pada musik score, tapi tak bisa melahirkan lagi lagu se-vintage, Take My Breath Away-nya Berlin, seperti pada film pertama. Padahal ada Lady Gaga yang bertugas untuk menyekat poin tersebut.
‘Tugas’ Cruise menyalakan kembali rasa ‘film box office era ’80-an’ pun selesai.
Kembali ke brand ‘Tom Cruise’, apakah Cruise hanya sanggup bermain dalam film-film serius kelas Oscar dan film-film blockbuster ala one man show saja?
Jelas tidak. Cruise sadar, ia harus membumbui filmografinya dengan lengkap bak Criterion Edition
Aktor yang akan menyentuh angka 60 tahun ini pun bisa sentimentil berkelas via Jerry Maguire.
Siapa yang tak lupa dengan kalimat gombal elegan: “You had me at Hello”?
Itulah Cruise, sebuah brand yang mungkin tak akan bisa kita temui lagi persis seperti dirinya untuk tahun-tahun ke depan.