Bagaimana menyusupkan ide aksen drapery ke pakaian-pakaian laki-laki? Agak susah memang, apalagi minat market menswear terhadap pakaian yang ada gelombang-gelombangnya bisa diduga sangat kecil, apalagi di era dominasi sportwear saat ini. Tapi impossible is nothing, apa lagi bagi seorang penghayal seperti desainer Husein Chalayan, harus dicari alasan yang paling pas untuk menyusupkan ide susah ini.
Maka, untuk label pria Husein yang ia beri nama Chalayan, Husein melandasi idenya dengan karya-karya seni rupa dari kejadian yang popular di masa Renaissance, legenda penculikan wanita-wanita Sabine untuk diperistri oleh tantara-tentara bangsa Romawi. Kejadian tersebut dipotret oleh Jacques-Louis David dalam lukisan berjudul The Intervention of the Sabine Women (1799), juga oleh pelukis Nicolas Poussin dalam lukisan The Rape of the Sabine Women (1637). Kedua lukisan ini terdapat di museum mewah, Museé du Louvre, Paris.
Pada kedua lukisan terlihat gerak setiao tubuh cukup heboh dan kacau, sehingga pakaian-pakaian tampak bergelombang dengan alamiah, sabuk senjata terlihat kokoh menyilang di tubuh. Dari gambaran ini, Husein menyerap aksen drape ke dalam pakaian urban yang sporty, walau masih dalam tahap serapan yang minor. Misalnya, hoodie pada jaket, saku-saku besar yang bagian atasnya longgar ‘nge-drape’, satu jas formal pada bagian bawah dadanya diberi strap ketat sehingga bagian depan jas ‘nge-drape’. Satu t-shirt putih, pada sisi dada kanannya ditindas-tarik sehingga muncul drape modern yang seru ‘banget’.
Sabuk senjata yang menyilang di badan tantara Romawi, diterapkan dalam bentuk suspender tunggal permanen di celana yang dibuat asimetri, suspender seolah-olah sling bag, padahal bagian tasnya adalah saku cargo di satu sisi celana, smart parah. Utas sling ini juga ada yang hanya menyilang di body jaket. Rancangan-rancangan Chalayan ini dipresentasikan di London Fashion Week untuk koleksi spring 2019.