Karakter rancangan Sapto yang monokromatik membuat dunia ini terasa damai, tanpa kontradiksi, namun apabila kita mendekat, kita dihadapkan pada begitu banyak detail yang menggelora, motif, renda, tekstur, bordir, ornamentasi, sulam tangan, tumpuk motif, manik-manik, patchwork, fringe, rajutan, dan layer yang berkomposisi. Akibatnya siapa yang mendekat akan terbuai di dalam alam imajinasi Sapto Djojokartiko. Pekan ini Sapto Djojokartiko mempresentasikan lagi koleksi terbaru spring/summer 2023 (setelah dua tahun sebelumnya hanya presentasi secara online). Koleksi ini hasil kontemplasi Sapto, untuk bagaimana bisa beradaptasi, bergerak dan tetap optimis setelah semua orang melalui masa-masa panjang penuh tantangan. Hasil kontemplasi yang muncul adalah banyak orang akhirnya begitu nyaman berada di dalam rumah, berbalut pakaian-pakaian yang nyaman pula. Kenyaman pakaian dari dalam rumah inilah yang dianagkat Sapto kepermukaan, diperkaya dengan kepiawaian Sapto dalam bermain detail tanpa membuat pakaian jadi overpower yang memakai. Pada koleksi ini Sapto juga menghadirkan banyak pakaian lintas gender (seperti kita semua tahu bahwa tak ada gender pakaian di dalam rumah).
Motif-motif bordir Sapto Djojokartiko untuk ekspresi kenyamanan
Dasar koleksi ini berkisar pada elemen-elemen pakaian rumahan yang nyaman seperti singlet, tank suit, sportbra, legging, bicycle pants, dan celana-celana boxer, dipasangkan dengan berbagai outer yang longgar berhiaskan bordir kompleks dan ragam motif istimewa. Aplikasi motif yang digunakan dalam koleksi ini memberdayakan kembali motif-motif bordir SAPTO DJOJOKARTIKO seperti motif klasik Penara, Darpana yang merupakan ulir pada bingkai cermin, kemudian Ukelan Ron dari imaji rangkai daun, Ukelan Sekar yang berupa wujud rekah bunga dan Seligi yang menyalin bentuk tombak. Koleksi ini bagai momentum bagi Sapto Djojokartiko dalam melintasi batas generasi, ketika dinamika dunia yang sedang penuh ambiguitas, saat kini siapa saja bebas mengekspresikan diri. Ungkapan optimisme hadir lewat permainan palet warna neon yang cerah seperti kuning acid, hijau citron dan pink flambe, namun juga tanpa meninggalkan pendar warna pastel lembut ciri khas Sapto. Pergelaran berlokasi di Gedung Filateli, Jalan Pos Nomor 2, Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Gedung Filateli merupakan salah satu gedung bersejarah di Jakarta. Gedung yang telah berdiri sejak 1860-an dan digunakan sebagai Gedung Kantor Pos pada era Hindia Belanda. Dalam kemegahan arsitektur historis ini set dibuat sedemikian rupa dengan alur berliku, model berjalan dinamis dengan alur yang panjang mempresentasikan mobilitas manusia yang mulai bebas dan optimis, diiringi atmosfir musik live modular synthesizer oleh Lie Indra Perkasa.
Kebebasan berpakaian untuk berbagai karakter
Sapto Djojokartiko mengungkapkan “Saya ingin orang menjadi lebih optimis dalam menghadapi apapun yang ada di depan kita, salah satunya dengan penggunaan warna-warni yang cerah dan mempersembahkan presentasi yang lebih berwarna. Selama pandemi dua tahun kebelakang rancangan saya lebih mencerminkan keadaan manusia yang ingin mengesampingkan formalitas dengan pakaian yang bervolume nyaman dan relaks, kini protokol kesehatan sudah kembali lenggang kita kembali dengan hiruk pikuk aktivitas. Orang-orang ingin kembali menikmati kebebasan hidup dan kembali ingin mengaktualisasi gaya dalam tatanan kebiasaan baru. Dalam koleksi ini saya ingin memberi kebebasan berpakaian dari beragam karakter untuk mengekspresikan individualisme mereka sendiri. Walaupun kondisi sekarang yang penuh ketidakpastian SAPTO DJOJOKARTIKO ingin membawa hembusan optimisme, karena kita sebagai manusia tercipta dengan intuisi untuk selalu beradaptasi dengan keadaan dan selalu bertahan.”