Di masa-masa gonjang-ganjing ekonomi saat ini, Maria Grazia Chiuri tampak menahan diri dari kreatifitas yang berlebihan. Ia menurunkan volume siluet rancangan menjadi simpel dengan berpijak pada masa keemasan lifestyle era tahun 1920an, masa-masa mewah yang minimalis. Sosok yang diangkat sebagai landasan imajinasi adalah Joséphine Baker, seorang penyanyi dan penari tenar di Jazz Era di Paris, seorang American-born French Black, yang juga aktivis civil rights. Pada tahun 2021 lalu ia mendapat penghargaan dari pemerintah Perancis melalui presiden Emmanuel Macron sebagai wanita kulit hitam pertama, sebagai professional entertainer pertama, yang mendapat penghargaan tertinggi ‘exceptional figure’. Maria mempelajari arsip foto-foto Josephine yang pernah mengenakan gaun Christian Dior couture, kemudian menginterpretasikannya sesuai dengan visi Maria saat ini. Warna keemasan menjadi primadona di koleksi ini, pilihan jitu mewakili era 20s, lalu desain tersebut dipertemukan dengan bar jacket Dior dan setelan-setelan Dior yang ikonik dari dekade 50s. Detail untaian beaded yang menjuntai-juntai gemerlap berlomba menarik perhatian dengan detail pleated pada rok-rok panjang, serta bahan-bahan satin gemerlap. Koleksi kali ini terasa bakal longlasting, bertahan lama tanpa terhadang trend apa pun juga.
Syahmedi Dean
Syahmedi Dean adalah seorang penulis yang telah menerbitkan sejumlah buku dan juga seorang jurnalis Mode dan Seni. Ia sudah meliput London Milan Paris Fashion Week sejak tahun 2000. Ia lulus dari Fakultas Seni Rupa Isntitut Seni Indonesia Yogyakarta, Program Studi Desain Komunikasi Visual. Kemudian memulai karir jurnalistik di majalah Femina tahun 1996, lalu berturut-turut menapak naik ke media-media terkemuka nasional seperti majalah Harper’s Bazaar Indonesia, majalah Dewi, majalah SOAP, Harian Media Indonesia, dan majalah Estetika. Dengan segenap perjalanan karirnya, kini ia menjadi Co-Founder dan Editorial Director LUXINA.