Apa yang bisa disimpulkan khalayak seni dengan menyaksikan pameran seni di area seluas 10.000 meter persegi? Bayangkan, di area seluas itu terdapat 40 galeri dari Indonesia, dan 28 galeri dari luar negeri (Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Taiwan, Korea Selatan, China, Jepang, Rusia, dan Australia) yang memeriahkan gelaran ART JAKARTA 2023 di area JIEXPO Kemayoran. Dari karya-karya yang dihamparkan di lokasi pameran, tampaklah bahwa keberadaan classic art, impressionism, realism, sudah tinggal tetes-tetes terakhir, mereka terhantam oleh kemeriahan karakter-karakter pop surrealism dalam gegap gempita contemporary art. Mereka tampil nyata kemanapun mata pengunjung memandang, karakter-karakter lilliput bermata besar tersebut mengajak kita untuk meninggalkan kenyataan hidup dengan riang gembira, mereka mengekspresikan value yang menggemaskan, kode-kode gairah kehidupan, menghantarkan sikap innocent dan ambigu, namun tampil terang benderang. Mereka antara lain ada di Artsphere Gallery, Baik Art Gallery, Kendys, Museum of Toys, Srisasanti Gallery, Atelier Aki (Seoul), 2Madison Gallery, Vinyl on Vinyl (Manila), Vianutism Gallery (Surabaya), Semarang Gallery, dan Gallery yeh (Seoul).
Kami ingin mencari masa depan
Karakter-karakter ini memang mengundang senyum, imut, gemas, walau terasa bosan juga karena mereka terlalu banyak. Kehadiran mereka tentu tak lepas dari selera publik yang mungkin malas melihat sesuatu yang nyata, yang kehoror-hororan, mistik, penderitaan, ironi akut. Apalagi ketika media masa belakangan ini lebih banyak menampilkan penderitaan dan kekejaman dunia ketimbang menampilkan berita gembira ria. Bisa jadi menikmati seni kontemporer dan pop surrealism adalah pilihan yang dianggap mampuu mengembalikan positive vibe dari dalam jiwa. Lalu apa kata Takashi Murakami, seniman Jepang yang menjadi bagian penting dalam mewabahnya contemporary art di muka bumi? Kepada Gagosian Gallery di Swiss, Murakami pernah bilang: “We want to see the newest things. That is because we want to see the future, even if only momentarily. It is the moment in which, even if we don’t completely understand what we have glimpsed, we are nonetheless touched by it. This is what we have come to call art.”