Sadarkah kita semua, semakin maju jaman, semakin dunia tak bisa lepas dari gaya streetwear. Walau begitu, banyak rumah mode dan desainer tampak tak ingin menyerah begitu saja, berbagai usaha desain dibesut agar penampilan umat fashion tidak terlalu total street style, ide-ide cemerlang saling bermunculan. Salah satu desainer yang berusaha memecahkan case ini adalah desainer Yosafat Dwi Kurniawan, ia kali ini mengkilapkan streetwear untuk naik ke level luxury ready-to-wear. Kreasi ini ia tampilkan di Plaza Indonesia Fashion Week 2024, dengan formasi desain dan styling yang cerdas. Satu sweater abu-abu berbahan halus, dihiasi dengan crystal beading bertata letak motif argyle, sweater ini bagian belakangnya terbelah lepas, sangat laid-back. Sweater dikenakan dengan rok mini bahan patchwork denim. Hebatnya, Yosafat bisa kuat mental untuk tidak memakaikan sneakers sebagai alas kaki, ia pilih sesuatu yang lebih classy, pointed shoes warna silver.
Demam denim yang solid
Demam denim yang muncul di Milan dan Paris minggu lalu, mewabah juga di koleksi Yosafat ini. Denim-denim tersebut ia glamoramakan dengan aksen foiling, yaitu penempelan efek metalik di bagian-bagian tertentu denim, bisa di bagian pinggang blus, di bagian bawah trucker jacket, atau di bagian bawah celana panjang berpipa lebar. Hasil foiling nya cukup padat dan merata, sehingga bahan denimnya menjadi sesolid metal. Pemilihan bahan denim ini sebenarnya tidak di rencanakan, pada satu kali Yosafat sedang melakukan survey di sebuah pabrik tekstil, ia menemukan 3 gulungan kain jeans yang ternyata tidak lolos Quality Control karena terdapat sisi-sisi cacat dan akan dibuang. Yosafat tak bisa diam begitu saja, ia segera memborong bahan tersebut, dan mendaurnya. Sisi-sisi bahan yang tidak bisa dipakai, dijadikan serat dan dipintal menjadi benang. Solusi lain berkenaan dengan peningkatkan sustainability, Yosafat mengeksplorasi bahan tenun ATBM yang dikerjakan oleh pengrajin lokal di Pekalongan, ia menggunakan benang katun daur ulang, dikombinasikan dengan serat linen yang lebih ramah lingkungan.
Perjalanan 13 tahun dan haru biru linimasa
Berbagai teknik pembuatan aksen pada rancangan-rancangan di koleksi ini sudah pernah Yosafat lakukan di dalam 13 tahun perjalanan karirnya sebagai seorang desainer. Semua yang telah ia lakukan muncul kembali karena perenungan Yosafat akibat apa yang tengah berkecamuk di dunia dan di dalam hidup Yosafat. “Saat memulai proses merancang koleksi ini, sungguh banyak hal yang terjadi di dunia ini yang membuat saya sulit fokus, seperti invasi di Gaza dan juga situasi Pemilu yang begitu penuh memenuhi linimasa saya. Namun satu hal yang pasti, saya beruntung masih bisa menjalani profesi ini, walaupun sempat hampir gulung tikar karena pandemi, saya masih di sini, dan masih berkarya. Saya juga menyadari bahwa ketertarikan saya terhadap industri mode ini diawali dari kecintaan terhadap proses kreasi sebuah garmen dari konsep, sketsa, pola, jahit, finishing, hingga menjadi sebuah pakaian siap pakai. Koleksi ini pun saya rancang untuk menjadi koleksi yang penuh detail, yang sebagian besar adalah pengolahan ulang dari proses dekorasi dan manipulasi tekstil yang sudah pernah saya eksplorasi sebelumnya,” ujar Yosafat sembari memetakan teknik yang sudah ia mainkan; teknik foiling (Spring 2016); bleach denim (Spring 2018); crystal beading (Fall 2017); hand woven shirting (Spring 2013); dan beading as seams (Spring 2014).