Di usia yang belia, Andreas Lim (lahir tahun 1996), membuat debut fashion show tunggal di kota kelahirannya, Medan, kota besar ketiga di Indonesia dan kota pusat perekonomian terpenting di pulau Sumatera. Sebagai kota metropolitan, Medan memiliki kebutuhan fashion yang tinggi, sesuai dengan derap kota yang dinamis, dengan gedung-gedung mewah tempat banyak selebrasi dan pesta berlangsung. Andreas Lim berkibar pada waktu yang tepat, ia mendesain pakaian-pakaian evening gown untuk crème de la crème kota Medan, yang sebelumnya terbang jauh ke Jakarta untuk mendapatkan gaun made-to-measure yang mewah. Untuk koleksi perdana ini, Andreas Lim melandaskan idenya pada kisah yang sangat melegenda di Medan, dari novel klasik dinasti Ming abad ke 16, judulnya “Journey to the West”, satu karya literasi yang paling popular di Asia Timur, bercerita tentang pengembaraan spiritual sekelompok Monk dari Cina ke India, mencari pengalaman hidup dan kebenaran.
Karakter dari literasi ‘Journey to the West’
Ada lima karakter yang dikembangkan Andreas untuk koleksi ini. Karakter pertama dan utama adalah Sun Wokong, karakter yang tangguh, Andreas membuat gaun-gaun yang beriluet tegas, sedikit avant-garde, menggunakan warna keemasan dan hitam. Karakter kedua, Sha Wujing, dengan sikap yang slouchy dan selalu beraksesori, Andreas menciptakan siluet oversized pada outer dan celana-celana lebar. Karakter ketiga, Zhu Bajie yang genit, senang pada keindahan dan sensualitas, Andreas menciptakan gaun-gaun sexy beraksen feather, dalam pilihan warna rose gold, pink, nude, dan silver. Karakter keempat, The White Dragon Horse, karakter yang gigih, pantang menyerah, berhati tulus, di sini Andreas banyak memainkan aksen fringe representasi dari rambut kuda. Karakter kelima, Tang Sanzang, tokoh guru penunggang kuda, karakternysa suci, pemaaf, selalu melihat arti kehidupan. Pada karakter ini Andreas memilih gaun-gaun berwarna putih yang merujuk ke pakaian-pakian pernikahan dalam formasi modern wedding gown.
Letupan imajinasi desain
Untuk mewujudkan fantasinya menjadi karya desain yang glamor, Andreas Lim menggunakan bahan-bahan seperti lace, embroidery, jacquard, lurex, yang diperkaya dengan details beads. Setiap rancangan diolah dengan petualangan detail dan eksperimen yang dramatis, dari formasi beading yang intricate, liukan cutting yang unpredictable, korset yang realist hingga futurist, cape dan coat yang monumental, serta gaun-gaun pengantin yang sopan extravaganza. Siluet, detail, dan ornamentasi yang heboh dan powerful ternyata masih terlihat aman dan elegan, karena strategi desain Andreas adalah meredam semuanya dengan formasi warna monochromatic, tidak ada satu pun gaun yang berkontras warna tinggi, sehingga letupan emosi desain Andreas sebagai anak muda bisa tampak wajar terkendali. Dari mana ‘Anak Sekecil Itu’ bisa mencapai kedewasaan imajinasi desain? “Pengembaraan di cerita Journey to the West ini, bagi saya seperti perjalanan saya sendiri yang telah 8 tahun terus mencari ilmu dan pengalaman hidup, semoga pada satu hari nanti saya bisa membanggakan industri fashion Indonesia. Saya juga sangat terharu, atas dukungan dari Rinaldy Yunardi perancang aksesoris kelas dunia yang banyak memberi masukan dan kritik.” Ujar Andreas Lim.
Merangkul yang terbaik untuk show tunggal perdana
Dalam menetapkan up level dalam starting point dan menancapkan jati diri ‘couture’ nya di kota Medan ini, Andreas Lim benar-benar merangkul team work terbaik di industri fashion nasional. Andreas mempercayakan presentasi koleksinya tampil di tangan DJAFAR sebagai Artistic Director yang bertanggung jawab atas konsep acara, kordinasi seluruh pendukung acara, press conference, dan tata fashion show. Di Jakarta, DJAFAR sudah menangani fashion show sekaliber desainer Sebastian Gunawan, Didi Budiardjo, Hian Tjen, dan Yogie Pratama. Andreas Lim juga mengundang media-media fashion terkemuka nasional untuk hadir ke Medan, dan menyaksikan koleksinya langsung bersama jurnalis-jurnalis dari kota Medan. Dari kota Medan sendiri, Andreas Lim didukung oleh Grand City Hall Hotel & Serviced Residences. “Tentunya Grand City Hall Hotel & Serviced Residences sangat mendukung industri kreatif di bidang fashion ini guna mengembangkan karya anak Medan agar semakin dikenal di seluruh Indonesia, hingga Internasional,” ujar Lisa Ngadio, Director of Sales and Marketing, Grand City Hall Hotel & Serviced Residences. Sebagai tempat dilaksanakannya pagelaran tunggal perdana ini, Grand City Hall Hotel & Serviced Residences berlokasi di tempat yang sangat strategis, di jantung kota Medan.