Bagaimana kalau dunia mempertanyakan, sudah berada dimana level dan kualitas industri fashion di Indonesia? Salah satu jawaban rujukan yang bisa dikedepankan adalah: silahkan melihat jenama Sebastian Gunawan Signature. Dari sini dunia bisa menilai, setaraf mana imajinasi dan craftmanship yang sudah berhasil Indonesia capai. Jenama ini mengemas emosi dan kesenangan akan berpakaian bagus di dalam karya yang luxury. Kinerja tangan yang mendetail, untuk penerapan beading, feathers, embroidery, sequins, frill, fringe, pleats, dan ruffle, membuktikan taraf savoir-faire yang mumpuni (tafsir savoir-faire: menguasai teknik pembuatan). Dan untungnya, setelah beberapa tahun Indonesia sepi dari tolok ukur ini, akhirnya Sebastian Gunawan Signature tampil kembali ke permukaan, meluncurkan koleksi 2022/2023 mereka yang tentu saja membangkitkan lagi gairah fashion.

Ide dari para muse Gustav Klimt
Koleksi ini bercerita tentang sosok ‘muse’ yang menjadi penting dari keberadaan seorang maestro. Seperti kita ketahui bahwa bakat dan imajinasi seniman-seniman legendaris seperti Édouard Manet, Salvador Dali, Pablo Picasso, dan Gustav Klimt. Kesenimanan mereka murni individual, namun kreatifitas dan motivasi dalam berkarya tentu kerap bersumber dari luar diri mereka. Salah satu sumber inspirasi tersebut adalah sosok wanita yang disebut dengan ‘muse’, sosok dibalik bersinar dan tenarnya nama sang seniman. Tanpa keberadaan para ‘muse’, tentu dunia tak akan melihat karya-karya masterpiece goresan para seniman. Eksistensi para ‘muse’ ini menjadi landasan ide bagi Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese untuk mempersembahkan koleksi Sebastian Gunawan Signature 2022/2023. Untuk memfokuskan ide di koleksi terbaru ini, duet Sebastian dan Cristina memilih dua ‘muse’ dari seniman Gustav Klimt (1862-1918), mereka adalah Adele Bloch-Bauer dan Emilie Flöge.

Imajinasi yang relevan untuk gairah berpakaian era cropped-top
Gustav Klimt melukis pakaian-pakaian untuk Adele dan Emilie di dalam dengan motif-motif floral dan mosaic. Motif-motif inilah yang diserap oleh Sebastian dan Cristina, lalu dikembangkan ke atas bahan-bahan glamor. Bisa dikatakan bahwa keunggulan yang ingin disampaikan adalah bagaimana jenama ini mengutak-atik motif-motif art nouveau Gustav Klimt dengan craftmanship prima yang mereka miliki. Dari mulai sulur-sulur yang ujung-ujungnya menjadi 3D, imbuhan keemasan abstrak yang tepi-tepinya retak di dalam garis-garis pleats pada rok, hamparan geometrik metalik yang tak beraturan, hingga susunan segi tiga eco-leather yang gradual kecil di atas dan melebar ke bawah mengikuti siluet rok. Kelihaian seni beading dan ornamentasi ini diterapkan di atas bahan-bahan seperti crepe, taffeta, jacquard, dan tulle. Pada beberapa gaun disematkan korset sebagai penyeimbang dominasi siluet bervolume puff dan serba tumpuk. Kedua desainer ini juga berimajinasi apabila Adele dan Emilie hidup di masa ini, sehingga terciptalah rancangan-rancangan modern seperti crop top, crop jacket, mini skirt, unsur-unsur kerah tinggi, dan siluet bahu yang futuristik.




















