Tahukah kalian bahwa ungkapan “Be Yourself!”, adalah jebakan paling berbahaya bagi anak-anak muda, terutama anak-anak muda yang ingin merantau, berkembang, dan sukses. Di tanah Minangkabau, ungkapan tersebut sangat dihindari, di sana pemuda-pemuda dititahkan oleh peribahasa “Dimana langit dipijak, di situ langit dijunjung”, dengan hasil yang membuat banyak perantau Minangkabau sukses di Jakarta, Paris, hingga New York. Hal ini juga dijunjung oleh Apin, pemuda Minangkabau yang bersekolah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Bagaimana Apin menjunjung langit?
Apin merasa peribahasa tersebut sangat meresap dijiwanya. “Dari peribahasa itu aku olah lagi menjadi suatu objek yang representative. Aku juga bertukar pandangan juga dengan anak-anak rantau di perantauan, bagaimana kita beradaptasi, dan berinteraksi sosial.” Ujar Apin yang tengah digenggam oleh Murai Art Projects dan memamerkan karya lukis dan patung terbaru Aoin di JPLIVE! SPACE. Dari hasil telaahannya, Apin memutuskan bahwa chameleon bisa menjadi representasi sikap dan peribahasa Minangkabau tersebut.

Chameleon dan buah pikiran yang dalam
“Aku mengangkat kulit chameleon untuk divisualkan, ini yang paling dekat dengan peribahasa tersebut. Chameleon bisa menyesuaikan diri di mana berada, warna tubuhnya bakalan sesuai dengan warna yang dia injak dan suasana hatinya, chameleon berbeda dengan bunglon, mereka satu spesies, tetapi beda jenis. Bunglon berubah warna ketika terancam saja.” Sebuah buah pikiran yang sangat dalam. Pertenyaan beikutnya adalah: lalu eksekusi seninya seperti apa?

Karakter kuat dari Apin
“Awalnya masih memakai benda, seperti kursi berubah jadi chameleon, telor ceplok berubah chameleon, tapi dalam progresnya aku kayak masih merasa kurang, terasa agak sulit merepresentasinya.” Ujar Apin lagi. Akhirnya menemukan simbol bulat yang ia jadikan kepala dari sosok karakter yang atletis sporty. Karkater yang mulai dikenal dan diperhitungkan dalam khasanah seni rupa modern Indonesia, karakter yang bisa bersanding dengan karakter kuat karya-karya Arkiv, Gula, Chuans Lee, dan Rato Tanggela.

Lukisan dan Athletic-Inspired
Luxina: Spirit Apin sport ya?
Apin: Semua olahraga sudah nyobain, ini gigi patah juga karena main bola. Saya main basket dari smp. Bagi saya olahraga itu bukan buat bersaing, di olahraga kita bisa belajar baca strategi, kita belajar apa yang harus kita lakukan. Ketika kita kecil kita beradaptasi sosial dengan dua hal, permainan dan makanan. Olahraga masuk dalam permainan.
Luxina: Makanya karakter Apin di sini tampak atletis ya.
Apin: Iya. Tema karya-karya saya di sini adalah “main lawan main kawan”.
Luxina: Ini jaket-jaket parka nya terinspirasi dari mana, media-media fashion?
Apin: Jaket-jaket ini ciptaan ku sendiri, aku sering lihat anime, juga lihat karakter-karakter kartun.
Luxina: Selalu ada tersematkan unsur batik?
Apin: Aku tambahin beberapa motif batik Indonesia, pengennya kalau karya ini di luar nantinya, orang bakal tau kalau ini dari Indonesia.
Peribahasa dan bola basket NBA
Dari perbincangan di atas, dan hasil imajinasi Apin, terasa bahwa peribahasa “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” sangat ia pegang erat. Lalu terejawantahkan dalam bentuk kreatifitas yang kontemporer dan global. Si kulit chameleon bisa berdiri kuda-kuda memegang raket tenis Wilson, bisa berdiri misterius memegang bola basket Spalding X NBA, dengan jaket parka unik bermotif kawung dari Yogyakarta. Motif kawung ini usianya lebih tua dari motif signature Louis Vuitton yang juga berbentuk geometric Kawung.


