Apa yang perlu dilakukan untuk mengimbangi dera hiruk pikuk perkotaan yang telah kalian tempuh di sepanjang tahun 2023? Apalagi, kalau bukan berlibur, berkontemplasi, meletakkan diri sefrekuensi dengan getar keindahan alam, lalu bersyukur bersama leganya waktu. Pertanyaan berikutnya adalah, kemana pilihan lokasinya, apakah mendekat ke debur ombak tepi pantai yang menghanyutkan jiwa? Atau berada di sejuknya hawa kawasan kaki pegunungan yang damai? Sambil dilemma memilih salah satu tujuan tersebut, coba kalian singgah ke Dusun Potrowangsan, Desa Candibinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini berada di tengah-tengah antara Gunung Merapi dan kota Yogyakarta, alam segar dengan suasana pedesaan yang hijau dengan hamparan sawah dan pepohonan, dihiasi dengan jalan-jalan kecil yang mulus, meliuk mengikuti topografi kaki gunung. Dusun ini juga diapit oleh Sungai Trasi di sebelah timur dan Sungai Boyong di sebelah barat.
Kicauan burung dan penginapan yang bersinergi dengan warga
“Setiap pagi di sini terdengar kicauan burung, suara mereka cantik-cantik, menjelang sore juga ramai lagi, ada rombongan bangau Kuntul lewat pulang ke peraduan. Ketika malam turun, ada banyak kunang-kunang,” ujar R.M. Arya Suryawan, sambil duduk di balai-balai, di tengah penginapan asri yang baru selesai ia bangun tahun 2020, namanya OMAH KEPEL Bed & Breakfast. Penginapan ini menghadap rumah-rumah desa berhalaman luas dengan rerimbunan pohon, di bagian belakangnya terdapat hamparan sawah di dataran yang lebih rendah. “Omah Kepel, nama Kepel dari pohon Kepel. Pohon yang langka, buahnya yang kira-kira sebesar kepalan tangan tumbuh di sisi batang. Kebetulan saya ini penggemar yang langka-langka, jadi saya tanam saja di sini. Luas lahan ini 1000 meter per segi, plus ada tanah kas desa, jadinya sekitar 1350 meter per segi.” Ujar Arya lagi sambil membawa Luxina berkeliling area Omah Kepel. Selain rumah induk, ada terdapat 5 bangunan, untuk bed and breakfast, lalu ada bale bengong, serta mushalla yang terbuka. Semua bangunan terbuat dari kayu recycle. Dari kayu kandang kerbau, kandang sapi, kandang kambing, kayu nangka, kayu jati, dan macam-macam kayu kayu lawas, yang sudah bebas dari serangan rayap.
Farm to table
Sembari membangun penginapan, Arya juga memberdayakan tenaga rukun warga untuk bersinergi dan berkolaborasi. “Saya membuat konsep; farm to table. Kalau ada tamu ingin petik buah sendiri yang saya tanam disini, ya silahkan petik kalau sedang berbuah, kalau kebun-kebun tetangga siap panen, siap dipetik, kalau tamunya mau, ya monggo kita antarkan ke kebun, petik sendiri, nanti ditimbang dan bayar. Untuk makanan, ibu-ibu warga dusun, siap membuat masakan deso, masakan-masakan turun temurun dari orantua mereka, leluhur, mbah-mbah mereka, itu yang saya minta untuk disajikan sebagai sarapan pagi. Omah Kepel ini berada sekitar 4 atau 5 jam dari puncak Merapi, karenanya sekalian juga kami berkolaborasi dengan tur Merapi, dari sini bisa trekking naik ke arah Merapi, bisa ke Bukit Turgo, atau ke bukit Plawangan. Udara bersih, natural, alam pedesaan, sawah, jalannya bagus semua. Memang Omah Kepel ini untuk wisatawan yang menginginkan ketenangan, kehidupan pedesaan, ingin experience bagaimana tinggal di desa, di Jawa.”
Dari Hollywood ke Potrowangsan
Penampilan Omah Kepel murni dari imajinasi Arya sendiri, hunian desa yang juga sebagai penampung benda-benda memorabilia koleksi Arya. Di antara tiga batang pepohon tua yang menjulang tinggi, terdapatlah panggung segi tiga yang di atasnya diletakkan tempat tidur anak-anak. ”Itu tempat tidur saya waktu kecil dulu,” kata Arya. Lalu di dekat balai-balai mushalla, terdapat batang pohon kelapa yang akarnya masih menancap, lalu di atasnya tersusun karakter Thompson & Thompson, Snowy, Tintin, Kapten Haddock, Professor Calculus, Nobita, Takeshi Goda, Suneo, dan Doremon, mereka terlindung dari curah hujan karena ada atap mushalla. Di dinding sisi luar restroom, terdapat tempelan puluhan kotak korek api (masih ada koreknya) yang dikumpulkan Arya dari perjalanannya ke mana-mana, ada korek api Hotel InterContinental Seoul, Hotel Gästehaus Petersberg, Minto Suite Hotel Ottawa Ontario, Universal Studios Hollywood, The Fullerton Singapore, hingga korek api Istana Presiden Republik Indonesia, dan banyak lagi dari berbagai restoran di dunia.
Di tengah-tengah halaman Omah Kepel, terdapat satu karya instalasi yang sangat focal sebagai center point di Omah Kepel. Berupa satu sepeda Onthel tua yang mengangkat dua belas keranjang bambu dan dua kotak kayu, susunannya menjulang tinggi, membentuk segitiga ramping dan cukup monumental. Karya ini mengekspresikan kehidupan rakyat, market, endurance, kekuatan, nafkah, dan puitis. Sambil Luxina memotret karya sepeda Onthel ini, Arya terus mengalir dengan cerita dan cita-citanya. “Dusun ini harus jadi sesuatu, dusun yang produktif dalam konteks seni dan budaya. Di atas sana, di Pedukuhan kami itu ada tradisi aktif kesenian Jathilan, Ketoprak, Karawitan, Gamelan, Sendratari. Setiap tahun di bulan Safar, penanggalan Jawa, ada acara Merti Bumi. Ada arak-arakan buah dan sayur-sayuran berupa dua gunungan yang diarak keliling kampung. Rutin setiap tahun.”