Kemana kita menatap alam luas terbuka dengan hanya duduk di dalam rumah? Gambaran-gambaran alam dan lansekap yang tidak klise, yang imajinatif, yang antah berantah, tempat pelarian yang tak berujung. Dulu kita punya maestro pelukis yang menggambarkan hamparan lanskap yang personal, ada Affandi yang menangkap esensi lanskap walau tidak realis, ada Wakidi yang membuat rindu kampung halaman, ada S. Sudjojono yang menghiasi lanskap dengan drama kehidupan, dan tentu saja Lee Man Fong dengan bentangan lanskap puitis tempat bertemunya east dan far east. Karya-karya maestro ini seperti perlahan redam dengan gejolak maraknya figurative art dan kawan-kawan saat ini, sehingga ketika ada sedikit saja visualisasi lanskap muncul di arena, maka visualisasi tersebut terlihat stand out. Seperti karya-karya seniman asal Bandung, Prabu Perdana, yang sedang berpameran Tunggal di Jakarta.
Tinggalkan distopia dan sambut imajinasi
Prabu Perdana yang pernah raih penghargaan tingkat Asia Tenggara, UOB Painting of the Year 2020, dengan karya berjudul “Isolated Garden”, menggambarkan hamparan alam bebatuan yang sepi. September 2024 ini Prabu muncul kembali dengan pameran Tunggal bersama V&V Gallery, berjudul “Beyond Horizons: Modern Vistas of Mountains and Landscapes”. Di pameran ini Prabu menampilkan hamparan lansekap imajiner yang progresif, lebih marak dari karya-karya sebelumnya yang berdera distopia, lebih membawa kita ke arah penuh harapan. Langit biru yang megah, tebaran awan berwarna pink, dan flora liar berwarna-warni menyatu dalam komposisi yang dinamis, seolah-olah lanskap ini bukan sekadar pemandangan, melainkan sebuah gerak yang hidup dan berdenyut, yang terdorong oleh energi angin yang tenang tetapi sangat kuat.
Jati diri di alam terbuka
Permainan komposisi dan detail lukisan yang dibuat Prabu tampak konsisten dan berciri, sehingga karya-karyanya bisa dengan mudah dikenali (ini impian semua seniman). Hal ini pertanda Prabu sudah menemukan jati diri, tinggal memainkan jati diri tersebut ke segala arah, sesuai dengan suasana hatinya. Seperti usahanya kali ini untuk mengundang kita menjalin interaksi di dalam lanskapnya, membuat kita merenung berlama-lama, escape, mempertanyakan hebohnya kontras riak awan di langit dengan danau luas tenang tanpa tekstur berwarna pistachio (White Crater, acrylic on Canvas 100cm x 150cm 2024). Di banyak kanvas lain, selalu ada benda-benda perabotan rongsok dan puing yang mulai terselimuti oleh jalaran bunga-bunga yang tumbuh liar meneriakkan kehidupan yang penuh warna, bunga-bunga yang siap menutup semua rongsokan. Semacam ajakan untuk mari bangkit dengan kehidupan, tanam jiwa-jiwa rongsok dalam-dalam, lalu melesat ‘Beyond Horizon’.