Saat perang Prancis dan Prussia pada tahun 1870 pecah, Louis Vuitton terpaksa meninggalkan Asnières, dimana rumah dan bengkel (workshop) pembuatan peti dan tas pesanan berlokasi, dan kemudian tinggal di kamp pengungsian di kota Paris. Setelah perang selesai, pada tahun 1971, Louis kembali ke Asnières dan menemukan rumah dan bengkelnya habis dijarah serta hancur. Tanpa membuang waktu membangun kembali rumah dan bengkel, Louis memutuskan untuk membeli properti di tengah kota Paris, di 1 rue Scribe dsitrik 9, disaat harga rumah jatuh akibat perang. Tidak menunggu berbulan-bulan, Louis back to business dengan cepat dan menerima pesanan dari seluruh dunia.
Kemudian Louis melakukan inovasi terhadap material kanvas yang selama ini digunakan. Dimana saat itu, teknologi membuat motif pada kain sudah mulai maju, dan Louis memanfaatkannya untuk membuat motif pada kanvas. Maka lahirlah motif stripes yang digunakan pada peti-peti Louis Vuitton dan membuat orang-orangf kaya saat itu merasa sangat up-to-date dengan memiliki peti bermotif garis tersebut.
Pada tahun 1885, bisnis peti ini mendapatkan demand yang sangat tinggi, termasuk pesanan dari luar negeri. Yang membuat Louis Vuitton membukan toko pertamanya di luar kota Paris, London. Peti-peti Louis Vuitton menjadi standar baru bagi keluarga kerajaan dan kaum elite Eropa, untuk digunakan berpergian, hingga ke ujung dunia manapun. Sehingga pada tahun 1892, Louis membuat katalog pertamanya yang berisi berbagai gambar peti, koper, tas dan kotak-kotak untuk membawa apapun, lengkap dengan spesifikasi setiap benda. Namun ditahun yang sama, Louis Vuitton meninggal dunia di rumahnya di Asnières.
George Dan Gaston Vuitton
Setelah itu, George Vuitton, mengambil alih usaha ayahnya dan mulai mengembangkannya dengan membuka toko pertama di Amerika pada tahun 1893 di New York. Tiga tahun kemudian, pada tahun 1896, George mengembangkan motif Louis Vuitton menjadi interlocking monogram LV dengan motif bunga untuk mengingat sang ayah. Dengan motif ini, Louis Vuitton semakin dikenal dan semakin diburu untuk dimiliki, karena bila memiliki peti atau apapun dari Louis Vuitton, akan membuat status sosial hampir mendekati derajat keluarga kerajaan.
Gaston Vuitton, anak George Vuitton, kemudian juga ikut terlibat dalam pengembangan bisnis ini. Maka, Louis Vuitton sejak itu mulai membuat tas-tas yang bisa digunakan untuk sehari-hari. Dimulai dari Keepall yang pertama kali dibuat pada tahun 1930 dan Noe bag yang dibuat pada tahun 1932 untuk membawa champagne, serta tas Alma yang dibuat pada tahun 1934 dengan commission dari Coco Chanel. Sejak itu, lahirlah berbagai tas dengan berbagai fungsi untuk berpergian dengan desain yang berbeda. Pada tahun 1936, George Vuitton meninggal dunia, disaat perang dunia kedua baru saja dimulai, dan meninggalkan bisnis di pundak Gaston Vuitton sendiri. Yang memaksanya untuk menutup beberapa toko di berbagai negara, tapi pemerintah Prancis memberikan kebebasan untuk toko Louis Vuitton tetap buka di kota Paris, dimana toko-toko lain harus tutup.
Pada tahun 1946, setelah perang selesai, Gaston mulai mengajak anak-anaknya, Henry, Jacques dan Claude Vuitton untuk terlibat ke dalam bisnis. Mereka mengembangkan berbagai model koper yang lebih praktis dari peti yang dibuat oleh kakek mereka, Louis Vuitton. Setelah kematian Gaston Vuitton pada tahun 1970, ketiga mengajak adik perempuannya, Odile Racamier untuk terlibat yang kemudian juga melibatkan suami adiknya tersebut, Henry Racamier. Henry sendiri memiliki bisnis penjualan besi dan baja dalam skala besar saat itu, serta sangat mahir dalam bidang bisnis retail dan pemasaran. Yang membawa Louis Vuitton kemudian membuka toko pertamanya di Asia, Osaka dan Tokyo, Jepang, pada tahun 1978. Dalam waktu enam tahun, dengan dibukanya toko-toko baru di seluruh dunia, penjualan Louis Vuitton naik signifikan berlipat-lipat.
Era Baru Louis Vuitton
Pada tahun 1984, Louis Vuitton membuka sahamnya untuk umum dan diperjual belikan di pasar saham, yang pada tahun 1987, Moet Hennessy membeli saham mayoritas dan membuat perusahaan baru bernama Louis Vuitton Moet Hennessy atau LVMH. Maka era baru Louis Vuitton pun dimulai saat itu dengan mulai membuat strategi bisnis yang lebih modern dan relevan. LVMH maka mencari direktur kreatif untuk membuat koleksi pakaian siap pakai yang akhirnya jatuh ke tangan Marc Jacobs, pada tahun 1997, sebagai direktur kreatif pertama. Sejak Marc Jacobs menjabat, secara rutin pula Louis Vuitton berpartisipasi pada pekan mode Paris untuk menggelar koleksi terbaru yang mengikuti musim. Termasuk dengan masuknya Paul Helbers sebagai style director pada tahun 2006 untuk Louis Vuitton menswear dan digantikan oleh Kim Jones pada tahun 2011 yang akhirnya menjadi direktur artistik untuk koleksi pria Louis Vuitton.
Selama Marc Jacobs menjabat, koleksi Louis Vuitton begitu berevolusi dengan pesat, termasuk koleksi-koleksi kolaborasi dengan desainer lain dan berbagai seniman lintas industri, yang diinisiasi oleh Marc. Begitu juga dengan Kim Jones untuk koleksi pria. Saat ini, yang menjabat sebagai direktur artistik untuk koleksi wanita Louis Vuitton setelah Marc Jacobs, adalah Nicolas Ghesquière. Sedangkan untuk koleksi pria adalah Virgil Abloh.
Louis Vuitton kini bukan hanya menjual peti dan tas saja, tapi semua keperluan dan benda yang berhubungan dengan perjalanan (traveling), fashion hingga panduan perjalanan dan parfum. Namun Louis Vuitton masih tetap mempertahankan warisan dan keunggulan dari brand ini, yang dari awal di rintis, pesanan custom yang lebih personal.
Foto dok. Louis Vuitton