Sepanjang tahun 2019, fashion show desainer Indonesia adalah yang terbanyak dari tahun-tahun sebelumnya. Terhitung hampir 100 fashion show tunggal termasuk fashion show di dalam arena fashion week dan pertunjukan non-fashion. Dari semua fashion show tersebut, Luxina memilih tujuh fashion show terbaik yang pernah ada dibuat oleh desainer Indonesia. Kriteria pemilihan ini mencakup pada dekorasi interior, lokasi, sitting arrangements, tata lampu, koreografi, musik pengiring, model casting dan konsep keseluruhan.
7. Adrian Gan Couture
Fashion show berlangsung di ballroom hotel Mulia Senayan pada 3 April 2019. Tema yang diangkat berjudul Conquerence, yang diartikan sebagai masa penaklukan bangsa Eropa di daratan Cina. Otomatis dekorasi runway adalah replika istana bergaya Eropa dengan sentuhan Chinoiseri. Tata lampu dibuat dramatis, terang dibagian runway dan temaram pada backdrop yang mirip sebuah teras istana karena terdapat susunan pilar. Koreografi dibuat standar dengan model yang keluar satu per-satu untuk memberikan kenikmatan mata pada gaun yang dipakai. Namun dengan grand finale model yang berjalan ramai tanpa aturan hingga berbaris pada backdrop sehingga terlihat saling melengkapi dan satu nafas. Interior dan backdrop terlihat bersih dari pesan-pesan sponsor.
6. Wilsen Willim
Posisi ke enam adalah Wilsen Willim yang baru pada bulan November tanggal 22 lalu mengadakan fashion show untuk koleksi spring/ summer 2020. Fashion show diadakan di Gelora Bung Karno dengan mengambil lokasi hutan yang berada persis dibelakang Aquatic Center. Fashion show berlangsung pada pagi hari sehingga show ini tidak memerlukan tata lampu. Sungguh pintar. Backdrop runway adalah pepohonan sehingga pada saat difoto, model terlihat natural seperti tidak sedang berjalan pada sebuah fashion show. Koregrafi model keluar satu per-satu dengan grand finale model yang berbaris tidak beraturan pada tanah berbukit.
5. Hian Tjen Couture
Fashion show diadakan di ballroom hotel Raffless, Jakarta pada 26 Agustus 2019. Temanya adalah kehidupan kaum Amish di Eropa Timur yang digubah Hian ke dalam koleksi couture. Setting runway adalah perbukitan dengan rumput lalang kering yang dibuat oleh Agam Riadi di dalam ballroom. Tempat duduk tamu berupa bench kayu untuk mendapatkan feel sebuah ranch atau peternakan. Koreografi model keluar satu per-satu dengan tata lampu yang fokus pada runway. Pada saat grand finale, model yang didominiasi oleh model caucasia juga berjalan berbaris seperti biasa kemudian diam untuk pose di sekeliling runway yang bagian tengahnya adalah bukit lalang buatan. Epic.
4. Tangan
Fashion show Tangan sebenarnya menjadi bagian dari Jakarta Fashion Week 2020 pada 22 Oktober 2019 lalu di Senayan City. Tapi label ini berkeras hati untuk tidak melaksanakan fashion show di tenda Jakarta Fashion Week. Mereka lebih memilih lokasi bekas Starbucks dan Portico yang berada di bagian depan mall ini, alias ruang terbuka. Dan yang menambah unik presentasi Tangan adalah tamu undangan dimodali dengan earphone untuk mendengarkan lagu pengiring fashion show. Konsep koreografi seperti panggung teater dengan model yang keluar satu per-satu. Kemudian pada saat grand finale model berbaris di atas panggung dan menghadap satu arah ke tamu.
3. Studio 133 Biyan
Fashion show diadakan di hotel Dharmwangsa, Jakarta Selatan. Ruangan show dilapis dengan dinding berwarna toska, sehingga vibe ruangan sungguh terasa berbeda ketika masuk. Modern dan minimalis serta bersih dari logo sponsor. Sitting arrangements undangan duduk mengelilingi ruangan mengikuti luas dinding, kemudian dengan sistem island (ditengah ruangan) dan model yang rata-rata model Indonesia baik wanita dan pria, berjalan diantara undangan. Tidak ada bangunan panggung sama sekali. Tata cahaya dibuat terang dan mengutamakan rute jalan model. Suasana fashion show menyiratkan fashion show brand X.S.M.L yang dulu sempat ditangani oleh Biyan.
2. Edward Hutabarat
Posisi kedua adalah abang Edo. Beliau selalu berpikiran beyond immagination. Presentasinya ini untuk koleksi Ulos, pada 17 Oktober 2019 lalu di area kolam renang The Dharmawangsa Hotel, Jakarta. Saat undangan memasuki area acara, yang sebenarnya adalah area kolam renang, undangan disuguhi dengan alunan lagu Batak yang komplit didatangkan dari Sumatra Utara. Sitting arrangements dibuat mengelilingi kolam renang, sehingga model yang 90% adalah model Indonesia, juga berjalan mengelilingi kolam renang. Musik pada saat fashion show adalah lagu modern berbahasa Inggris. Kemudian pada grand finale model dibagi menjadi dua kelompok, wanita dan pria, yang pada akhirnya mereka bertemu di pulau yang berposisi di tengah kolam renang untuk berpose. Tata cahaya hanya berasal dari lampu gantung yang juga sebagai dekorasi, tapi ternyata mampu memberikan hasil yang maksimal.
1. Sapto Djojokartiko
Posisi teratas adalah fashion show Sapto Djojokartiko yang diadakan pada 20 Agustus 2019 di Bali Room Hotel Indonesia Kempinski. Sapto merubah mood ballroom menjadi sebuah ruangan function fashion show secara total. Apalagi format ruangan adalah oval, dan dengan cara membangun level sebagai tempat duduk undangan, maka vibe ruangan juga terasa berubah. Sapto membangun bentuk-bentuk piramida di tengah runway yang terbuat dari cermin. Dengan tata cahaya merata terang pada runway dan temaram cahaya merah pada backdrop. Sapto ingin mendapatkan karya seni ukir di dinding ballroom menjadi latar belakang model saat di foto berjalan di runway.
Ketujuh desainer di atas, mampu merubah persepsi bahwa fashion show harus dilakukan dengan cara yang formal dan konservatif. Sapto Djojokartiko adalah contoh nyata saat ia pertama kali mengadakan show pagi hari di area Gelora Bung Karno pada tahun 2018. Sejak itu, desainer Indonesia berlomba-lomba ingin membuat sebuah fashion show dengan konsep yang juga berbeda.