Setelah memainkan imajinasi di atas kanvas, Tusita Mangalani (seniman kelahiran 1998) kini merambah ke kakinya sendiri, ia mendaratkan imajinasinya pada sepasang sepatu boots. Hasilnya sangat eye catching, semacam karya couture, dengan kinerja savoir-faire (istilah high-fashion untuk kinerja berlevel ‘mahir’). Karya ini bukan sekadar eksplorasi visual, tetapi juga bentuk ekspresi diri yang artistik. Tusita mengenakan boots nya sendiri di acara-acara Art di Jakarta, tempat kakinya menjadi yang paling stand out di antara kaki semua tamu.

Decorate my Feet
Dorongan untuk berkarya di medium ini berawal dari ketertarikannya dalam menyesuaikan busana dan aksesori. Ia terbiasa melakukan embellishment pada pakaian dan tas menggunakan beads serta cat. Namun, satu hari saat bercermin, muncul pikiran sederhana: “I want something cool to decorate my feet.” Dari sana, boots menjadi kanvas baru bagi imajinasi liar yang ingin ia tuangkan. Tusita menganggap setiap karya yang ia buat sebagai jurnal pribadi – sebuah perjalanan menuju penerimaan diri yang dituangkan dalam tekstil, sulaman, dan kini, alas kaki.

Bukan Hanya Sepatu Tusita
Ada sensasi yang berbeda ketika Tusita akhirnya mengenakan boots hasil karyanya sendiri. “Wow…” begitu reaksinya saat pertama kali mencobanya. Bukan sekadar estetika, tetapi juga dampak psikologis dari memakai sesuatu yang benar-benar mencerminkan karakter diri. Bagi Tusita, ini bukan hanya sepatu, melainkan manifestasi keberanian dan keunikan yang bisa ia bawa ke mana saja. Ia begitu merdeka menata visual yang berbeda antara sisi kanan dan sisi kiri. Kemerdekaan yang mencerahkan.

“I want to be a walking work of art”
Tentu ada tantangan dalam mentransformasikan karya seni ke dalam bentuk seni terapan. Berbeda dengan kanvas datar, boots memiliki struktur dan material yang harus disesuaikan dengan teknik artistik yang ia kuasai. Aspek fungsional juga menjadi pertimbangan – bagaimana elemen visual yang diinginkan tetap bisa diterapkan tanpa mengorbankan kenyamanan penggunaannya. Dengan boots ini, Tusita membuktikan bahwa seni bukan hanya untuk dinikmati sebagai pajangan, tetapi juga bisa menjadi bagian dari keseharian. “I want to be a walking work of art,” ujar Tusita yang memulai karir kesenimanannya di tahun 2024, sangat belia, ia mengikuti program inkubasi seniman, AMP – Atreyu Moniaga Project #12: Ad Maiora.