Tradisi jenama COACH sebagai house of leather berlanjut dengan mempersembahkan pakaian-pakaian berbahan leather yang semakin tampak nyaman, yang ditampilkan di New York Fashion Week, berlokasi di New York Public Library. Bahan-bahan leather tampak dikenakan dengan nyaman oleh model karena desain serba oversized dan slouchy yang masih digemari hingga saat ini. jacket, overcoat, dan suit berbahan leather yang dikaryakan ulang dari stok Coach yang belum terlepas ke market. Tim Coach juga berburu produk-produknya sendiri di pasar pre-loved. Hasil yang terkumpul adalah leather yang lembut, yang sudah overused, washed, dan ‘aged’ dengan lembut, lyang kemudian upcycled menjadi pakaian-pakaian yang terbarukan. Proses ini juga diterapkan oleh COACH ke bahan katun dan denim. Selain suit serba aman dan nyaman, Coach juga menghadirkan rancangan yang sangat menantang, berupa gaun-gaun rajut transparan yang memaparkan pakaian dalam bahan leather serba skimpy di dalamnya. Seri yang ini pastinya rada sulit dan bakal bermasalah jika dipakai di kota-kota di Asia, apalagi ke dalam perpustakaan. Mungkin bisa dipakai ke tempat-tempat yang tidak bakal bertemu Ayah Ibu, keluarga besar atau sanak saudara. Kami tidak menampilkan image dari seri tersebut di sini, mungkin bisa ditemukan di media lain.
Syahmedi Dean
Syahmedi Dean adalah seorang penulis yang telah menerbitkan sejumlah buku dan juga seorang jurnalis Mode dan Seni. Ia sudah meliput London Milan Paris Fashion Week sejak tahun 2000. Ia lulus dari Fakultas Seni Rupa Isntitut Seni Indonesia Yogyakarta, Program Studi Desain Komunikasi Visual. Kemudian memulai karir jurnalistik di majalah Femina tahun 1996, lalu berturut-turut menapak naik ke media-media terkemuka nasional seperti majalah Harper’s Bazaar Indonesia, majalah Dewi, majalah SOAP, Harian Media Indonesia, dan majalah Estetika. Dengan segenap perjalanan karirnya, kini ia menjadi Co-Founder dan Editorial Director LUXINA.