“Musim ini, saya ingin menjauh dari Roma, atau setidaknya saya ingin meletakkan Roma dalam konteks global,” ujar Kim Jones, Artistic Director Fendi untuk lini couture dan womenswear. “Di koleksi ini, kami mencari fragmentasi dari kota lain, misalnya Kyoto, Paris, dan Rome. Detail-detail hasil fregmentasi bertebaran di seluruh koleksi, bagaikan satu kenangan atau kesan dari masa lalu, masa kini, dan masa depan, yang mencuat kepermukaan.” Begitu penjelasan Kim pada materi siaran pers yang dibagikan ke seluruh dunia. Kedengarannya rumit ya, bagaimana ketiganya bisa lebur harmonis manis, jika semuanya sama kuat? Disinilah power seorang Kim Jones bertindak, segala sumber ide tersebut langsung redam dalam kelembutan palet warna-warna pastel, semua pakaian tampak realistis, mudah dipakai dalam irama kesederhanaan. Warna paling terang adalah kuning neon, lalu ada hitam yang solid, dan coklat yang hangat. Siluet bagaikan asimilasi t-shirt dan kimono, terkadang polos saja, terkadang transparan, terkadang berbalur beads dan sequins. Terdapat juga pecahan-pecahan bahan print Kata Yuzen, satu teknik cetak tangan yang sudah ada sejak tahun 1700an di Kyoto. Seni beading pada beberapa permukaan rancangan bergaya art deco Japonisme, gaya serapan Jepang yang popular di Paris tahun 1920an.















